Awalnya, WAG dijejali dengan link berita berjudul “73 Santri PP Madinatul Ulum Jenggawah Diduga Sakit Usai Imunisasi Difteri” dari Radio Prosalina, Jember, Jatim, yakni http://www.prosalinaradio.com/2018/02/28/73-santri-pp-madinatul-ulum-jenggawah-diduga-sakit-usai-imunisasi-difteri/
Link itu menjadi kegaduhan dunia maya pada Minggu (10/1/2021) sepanjang pagi hingga petang, karena di berita itu ada foto puluhan santri yang bergelimpangan itu mengenakan masker, padahal pemerintah merencanakan vaksinasi COVID-19 mulai pekan depan (13/1/2021), sehingga informasi itu tampaknya ingin “mengoreksi” rencana vaksinasi itu.
Tidak hanya berhenti di situ, video tentang hal serupa dari Jember TV pun muncul. Kalau pun benar terjadi, bukankah vaksinasi itu belum ada (tiga hari lagi), tapi kok sudah ada yang bergelimpangan?.
Bila ditelusuri pada link berita dari Radio Prosalina itu tertera dengan sangat jelas bahwa kejadiaannya pada 18 Februari 2018 dengan penyebab difteri, bukan penyebab lain, namun informasi itu dikaitkan dengan kejadian sekarang, yang terlihat pada share berita itu yang mencantumkan tahun share pada 2021 dan diberi gambar santri bergelimpangan memakai masker. Meski belum waktunya ada imunisasi/vaksinasi memakai masker.
Dalam berita dari Prosalina itu, pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Ulum di Desa Cangkring, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, KH Lutfi Ahmad menjelaskan 73 santri mengalami mual-mual, pusing dan lemas diduga pasca menjalani imunisasi difteri. Akhirnya, pengasuh pesantren kmeminta bantuan Kepala Puskesmas Jenggawah melakukan mendapatkan penanganan medis.
Dalam berita Prosalina itu juga, Kepala Dinas Kesehatan Jember, dr Siti Nurul Qomariyah, menjelskan seluruh santri yang mengeluh sakit sudah mendapatkan penanganan medis dari puskesmas. “Peristiwa tersebut terjadi karena efek samping atau reaksi dari obat pasca imunisasi difteri, salah satunya badan meriang. Hal ini terjadi karena mereka belum makan saat menjalani imunisasi. Namun secara keseluruhan, tidak ada masalah kesehatan,” katanya.
Yang jelas, berita dari Prosalina itu membuktikan bahwa informasinya terjadi pada 28-02-2018, jadi tidak ada kaitan dengan imunisasi/vaksinasi COVID-19, masker, dan protokol kesehatan lainnya, meskipun foto-nya Prosalina atau video-nya Jember TV itu mencantumkan santri memakai masker.
Hal itu menunjukkan bahwa dunia digital itu sangat mudah untuk mempermainkan konten/materi. Narasi dan foto yang beda, tapi digabung itu sangat bisa, bahkan dua video yang sama dengan suara berbeda juga bisa. Tergantung kepentingannya buat apa, apakah mau adu domba atau debat kusir. Foto dan video itu sangat jelas memakai “tempelan” masker secara kasar. Itu baru kasus sederhana, bagaimana kalau medsos dibawa ke ranah politik, ideologi/agama, ekonomi, budaya, kesehatan, lingkungan, energi, pariwisata, dan sebagainya. Pasti: gaduh.
Bukti yang lebih kuat lagi adalah munculnya Surat Edaran dan pesantren itu yang ditandatangani KH Lutfi Ahmad beserta Ketua Yayasan tertanggal 10 Januari 2021 dengan lima poin klarifikasi, yakni vaksinasi pada video itu merupakan vaksinasi difteri di Puskesmas Jenggawah pada 28 Februari 2018.
Selain itu, SE Nomor 138/YPP.MU/I/2021 dari YPP Madinatul Ulum itu menyatakan tidak benar bila video itu dihubungkan dengan Vaksinasi COVID-19, kondisi terkini santri juga sehatdan beraktivitas seperti biasa, seluruh kegiatan YPP Madinatul Ulum dilakukan dengan protokol kesehatan, dan masyarakat diminta tidak menyebarluaskan video yang akan dapat memancing kegaduhan. (emy)