Oleh Ayik Heriansyah *)
Tren radikalisme menunjukkan ada penurunan. Daya aksi, rekrutmen dan galang opini kelompok radikal dari semua faksi, makin melemah, seiring meningkatnya kesadaran berbangsa dan bertanah air masyarakat. ( https://m.antaranews.com/berita/1899920/survei-bnpt-2020-nyatakan-potensi-radikalisme-menurun ).
Tren menurun ini disebabkan oleh reformasi di Timur Tengah, khususnya di Arab Saudi. Arab Saudi tidak lagi mensponsori penyebaran paham wahabi ke seluruh dunia. Yang tersisa, individu-individu muhsinin di Arab Saudi yang mendermakan dananya untuk yayasan-yayasan wahabi. Da’i-da’i wahabi di sini, kini membiayai dakwah mereka sendiri secara mandiri. Waktu mereka terbagi lagi untuk mencari dana dakwahnya.
Faktor lainnya yaitu, kegagalan pemerintahan yang dipegang Ikhwanul Muslimin di Mesir, Sudan, Turki dan Palestina dalam menyejahterakan rakyat. Masyarakat kemudian menyimpulkan, pemerintahan yang dipegang Ikhwanul Muslimin sama saja dengan yang lain, serta perpecahan sesama kader Ikhwanul Muslimin di Indonesia, lalu kematian khalifah ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dan kekalahan mereka di Irak dan Suriah, pencabutan badan hukum HTI dan kasus-kasus hukum yang sedang melilit kader-kader HTI.
Penurunan tren radikalisme, bertepatan dengan tren menaiknya dakwah generasi muda NU di segala bidang, terutama media sosial. Militansi generasi muda NU meningkat tajam, setelah para kiai memberi restu. Apalagi setelah melihat para kiai turun gunung masuk ke ranah media sosial. Beberapa bulan ke depan, Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam wasathiyah akan mengambil alih dominasi narasi di media sosial.
Meski demikian, kita harus tetap waspada terhadap bahaya radikalisme, karena mereka masih dan terus bergerak dengan segala keterbatasannya. Sampai angan-angan mereka menjadi kenyataan yakni menguasai dunia dengan tegaknya khilafah. Syaikh Ibnu ‘Athaillah mengatakan: “Tidak ada sesuatu pun yang lebih kuat menuntunmu dibandingkan angan-angan”. (Angan-angan, maksudnya, dugaan dan khayalan).
Kata Syaikh Zarruq, tidak diragukan lagi, nafsu dipimpin serta dipandu oleh khayalan. Jika nafsu mengkhayal sesuatu atau menduga-duganya, lahirlah tamak dan sifat-sifat pengiringnya, sehingga seseorang jatuh dalam kehinaan, keterhalangan dan kelelahan lahir dan batin. Dikatakan: “Kalaulah bukan karena tamak yang penuh dusta, sungguh orang-orang tidak akan menyembah apa pun yang terlintas di benak mereka.”
Syaikh Ibnu ‘Athaillah melanjutkan hikmahnya. “Kau bebas dari sesuatu yang darinya kau berputus asa. Dan kau adalah budak untuk sesuatu yang kepadanya kau bersikap tamak.” Sebab, kata Syaikh Zarruq, apa pun yang kau tamaki, ia akan mengambil dan menguasai hatimu sehingga kau berserah diri kepadanya sepenuh hati.
Akar penyakit hati semua kelompok radikal, tamak terhadap kekuasaan dan berangan-angan menjadi pemimpin kaum muslimin. Mereka tidak mau qanaah (merasa cukup) dan taat kepada pemerintahan yang ada. Semoga generasi muda NU menjaga tren naik dakwah NU di segala lini, khususnya di dunia maya, demi keselamatan bangsa, negara dan umat.
*) Penulis adalah pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Barat