LPNU Musi Banyuasin-Sumsel lakukan studi banding “Nusa Mart” LPNU Jaktim

Rombongan LPNU Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, saat datang berkunjung dan berdiskusi dengan LPNU Jaktim di Kantor LPNU Jakarta Timur, Kamis (4/3/2021)
Bagikan yuk..!

Jakarta (Radar96.com) – Jajaran pengurus Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, melakukan studi banding ke kantor LPNU Jakarta Timur untuk menjawab rasa penasaran mereka terhadap bisnis “Nusa Mart” dan proses lahirnya bisnis di LPNU yang mengambil pilihan dengan mendirikan perseroan terbatas itu.

“Mereka datang dari Sumsel pada Kamis (4/3) lalu, tapi sebelumnya, kami juga menerima kedatangan LPNU dari LPNU MWC Kecamatan Menes, Kabupaten Pekalongan; LPNU Kota Semarang; LPNU Provinsi Banten; LPNU Provinsi Jawa Barat; LPNU Kota Tengerang; dan lainnya yang sebagian justru langsung menjajaki kerja sama dengan Nusa Mart,” kata Direktur Nusa Mart, kata Mustofa Afifi, dalam keterangannya, Jumat.

Ada banyak alasan yang membuat mereka datang ke LPNU Jakarta Timur, selain karena posisinya di Jakarta yang bisa dijadikan tujuan secara mudah dan strategis, kebanyakan mereka juga karena ingin berkunjung atau ada keperluan di PBNU, lalu mereka mampir ke LPNU Jakarta Timur.

Iklan.

“Dipilihnya LPNU Jakarta Timur sebagai target studi banding kami dari Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, karena kami ingin tahu tentang Nusa Mart dan bila cocok kita ingin bisa kerja sama atau setidaknya bisa dijadikan inspirasi untuk menjadi role model bisnis di komunitas NU, khususnya di LPNU Kabupaten Musi Banyuasin,” kata Ketua LPNU Kabupaten Musi Banyuasin, Ust Mahdi, yang juga sebagai ketua rombongan.

Selain mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan perhatiannya, Komisarius Utama Nusa Mart yang juga Ketua LPNU Jakarta Timur, A.Khoerussalim Ikhsan, menjelaskan banyak pengurus LPNU diberbagai Cabang kini mencoba kemampuannya dan berkreasi untuk bisa berkontribusi dalam memajukan ekonomi umat.

Iklan.

“Ada yang membuat koperasi, supermarket, agrobisnis, pertanian, jualan batik, sarung, warung sembako, dan sebagainya.
Banyak juga pondok pesantern yang kini menjadikan pengembangan ekonomi umat menjadi program-program kemasyarakatannya. Problemnya, bagaimana menemukan sumberdaya manusia NU yang konsisten berjuang untuk mengelola ekonomi umat dengan kapasitas dan kapabilitas yang profesional agar berkembang,” katanya.

LPNU Jakarta Timur menggiatkan ekonomi umat dengan membuat Perseroan Terbatas, yakni PT Nusa Utama Jakarta Timur yang memiliki brand “Nusa Mart” dengan menjalankan bisnis “consumer goods”. Bisnis ini digagas LPNU Jakarta Timur dengan saham mayoritas 51 persen dimiliki oleh PCNU Jakarta Timur lewat LPNU Jakarta Timur.

“Kepemilikan saham mayoritas itu milik orgfanisasi LPNU Jakarta Timur dengan maksud agar perusahaan ini kepemilikan sahamnya milik organisasi sehingga jika usaha ini sukses maka yang kaya organisasinya. Jangan seperti sekarang banyak kas organisasi di badan otonom atau lembaga-lembaga NU di semua level tingkatan mengandalkan sumbangan dan donasi, padahal seharusnya NU bisa mandiri, lantaran NU punya potensi social capital yang besar untuk diubah menjadi financial capital. Itulah tugas utama LPNU yaitu mengubah social capital NU menjadi financial capital,” katanya.

Selama ini, banyak bisnis digagas oleh NU, namun kebanyakan mengatasnamakan orang-orang NU atau oknum para pengurusnya. Nah, ketika itu yang terjadi, maka saat kepengurusan berganti maka bisnisnya pun dibawa oleh oknum pengurus itu sementara NU sebagai organisasi kehilangan bisnis itu. Ujung-ujungnya NU secara organisasi akhirnya tidak memiliki bisnis itu karena yang punya bisnis adalah para pengurus dan atau oknum pengurus NU itu sendiri.

Padahal, NU secara organisasi harus kaya karena NU memiliki potensi sosial capital yang sangat besar dengan pasar mencapai lebih dari 100 juta jamaah, namun saat ini pasar itu dimanfaatkan orang lain. NU belum mampu memanfaatkan pasar domestiknya secara baik, sehingga diperlukan upaya yang serius dan berkesinambungan dari seluruh elemen pemangku kepentingan organisasi masyarakat terbesar di dunia ini.

“Nah, LPNU Jakarta Timur membuat PT Nusa Utama Jakarta Timur demgan komposisi saham mayoritas milik organisasi agar ketika siapapun menjadi pengurus LPNU ya akan terus menerus menjalankan bisnis ini secara berkesinambungan. Kalau tidak mampu menjadi pengelola bisnis-bisnis itu dan tidak mampu mempertahankan dan membesarkan bisnis ini maka ya jangan coba-coba jadi pengurus LPNU Jakarta Timur, apalagi 49 persen sahamnya milik PT Nusa Utama Jakarta Timur yang tidak akan terpengaruh kepengurusan LPNU yang bergonta-ganti,” katanya.

Bisnis Nusa Mart kini sudah berjalan hampir setahun dengan performa bisnis yang kian berkembang. Pelanggannya nambah terus, produknya juga kian variatif. “Sebulan terakhir, Nusa Mart mempunyai MoU dengan Franchise Warteg Kharisma Bahari yang jumlahnya di Jabotabek mencapai lebih dari 800 warteg dan kini kebutuhan sembakonya dipasok oleh Nusa Mart,” kata Mustofa Afifi, menambahkan.

Selain warteg-warteg di Jabotabek, Nusa Mart juga memiliki member dari keluarga besar NU di Jakarta yang kini mencapai lebih dari 200 pelanggan yang setiap bulannya membelanjakan sembakonya ke Nusa Mart. Pelanggan Nusa Mart kini terus nambah dan mereka kini memindahkan belanja bulanan sembako kebutuhan rumah tangganya ke Nusa Mart.

“Sistem bisnisnya yang menggunakan sistem membership membuat banyak orang ingin tahu bisnis Nusa Mart, sehingga silih berganti berbagai pengurus LPNU dari luar Jakarta menjadikan LPNU Jakarta Timur menjadi target untuk studi banding dan bahkan mencoba menjajaki kemungkinan bisa membuka kerja sama dengan menjadi distributor atau cabang di wilayahnya,” katanya. (*/A. Khoerussalim Ikhsan)

Iklan.

BeritaTerkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *