Probolinggo (Radar96.com) – Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ), Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, kini sudah memiliki marketplace bernama BELANJ yang dibuat oleh Fakukltas Teknik bekerja sama dengan tim IT wilayah Malang dan pusat.
“Dalam waktu dekat akan diuji coba di internal pesantren, setelah itu disosialisasikan kepada para alumni,” kata Ketua P4NJ (Pengurus Pembantu Pondok Pesantren Nurul Jadid) Pusat KH Junaidi Mu’thi di pesantren setempat, Minggu (14/3/2021).
Dalam moment Haul Masyayikh dan Harah ke-72 PPNJ, Kepala PPNJ KH Abdul Hamid Wahid menyampaikan dalam pengembangan ekonomi harus mengikuti perkembangan zaman serta dilaksanakan bersama-sama, berkelompok, dan berjejaring. “Saya’ti Zamanun la Yaqumud din illa bi dinarin,” katanya.
Kiai Hamid memamparkan kalau dulu orang harus punya toko untuk memulai usaha, maka kalau sekarang cukup dengan membuka lapak di marketplace, seperti shoppee, bukalapak, dan lain-lain. PPNJ sendiri sudah memiliki marketplace yakni BELANJ.
Menurut Ketua P4NJ Pusat KH Junaidi Mu’thi, para alumni sangat mengapresiasi hal itu. “PPNJ tidak harus menjadi objek terus, tapi harus menguasai pasar,” katanya.
Sementara itu, Kepala Inkubasi Bisnis PPNJ Ustadz H Thohiruddin MPd mengatakan PPNJ juga sudah memiliki produk, diantaranya air mineral dalam kemasan (AMDK), baju NJ, songkok NJ, kaos NJ, korek NJ, pulpen NJ, sarung NJ, buku tulis NJ, dan banyak lagi.
“Beberapa alumni pun sudah ada yang memiliki produk seperti kopi yang siap buka lapak di BELANJ, bahkan PPNJ merupakan salah satu dari tiga pesantren yang ditunjuk oleh Koperasi Syarekat Bisnis Pesantren (KSBP) untuk didirikan Distribusi Center (DC) bersama Pesantren Tambakberas Jombang dan Pesantren Sunan Drajat Gresik,” katanya.
Tidak hanya itu, PPNJ juga menjadi anggota OPOP (One Pesantren One Product). “Kebetulan juga, KH Abdul Hamid Wahid ditunjuk menjadi bendahara nasional dari Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren Nasional (Hebitren),” katanya.
Wirausaha Unuja
Sementara itu, mahasiswa dan mahasiswi Himpunan Mahasiswa program studi Ekonomi (Himapromi), Fakultas Sosial dan Humaniora di Universitas Nurul Jadid (Unuja) Paiton, Kabupaten Probolinggo, menggeluti dunia usaha kecil dengan membuat stik berbahan kulit pisang, meski belum lulus.
Stik dari kulit pisang memang terlihat aneh, namun mahasiswa Unuja mampu membuatnya dan rasanya tak kalah gurih dengan stik pada umumnya. Laily Eka Amalia, salah satu anggota Himapromi menerangkan cara pembuatan stik kulit pisang.
“Pertama, kulit pisang dicuci hingga bersih, lalu diiris menjadi potongan kecil memanjang. Kemudian irisan tersebut dicuci kembali hingga bersih, lalu direndam pada air bersih selama kurang lebih 24 jam. Setelah itu, langsung dimasak menggunakan panci selama 15 hingga 20 menit. “Baru dicampur dengan tepung,” kata mahasiswi asal Desa Sukodadi, Kecamatan Paiton ini.
Tepung yang digunakan itu juga sudah dicampuri dengan resep rahasia mereka, kemudian digoreng selama 25 hingga 30 menit. Penggorengannya juga menggunakan teknik khusus, sehingga stik tersebut matang secara merata.
Ketika sudah matang, stik tersebut didiamkan agar minyak yang masih ada pada stik tersebut keluar dulu, lalu dipindahkan ke sebuah wadah untuk dicampur dengan empat varian rasa yang berbeda, yaitu, rasa jagung, rasa original, rasa balado dan rasa extra pedas. “Baru akan dikemas,” katanya.
Dalam setiap kemasan berisi 100 gram stik, dan dijual seharga Rp 6 ribu. Tetapi, harga itu akan berbeda kalau harus diantar ke pembelinya. Semisal, diantar ke wilayah Kraksaan, maka pembeli selain membayar harga stik 6 ribu rupiah juga harus membayar ongkos kirim sesuai dengan jarak pembeli dengan rumah produksi.
Awal pembuatan stik ini berawal dari keinginan mahasiswa prodi Ekonomi Unuja untuk berwirausaha mandiri. Tak berselang beberapa lama, salah satu dari teman mereka melihat sebuah tumpukan sampah dari kulit pisang. Dari situlah mereka berfikir untuk membuat olahan makanan dari kulit pisang. Berbekal pengetahuan dari google dan membaca berbagai macam artikel tentang manfaat kulit pisang, mereka pun langsung memulai untuk melakukan percobaan.
Dalam setiap harinya, mereka mampu memproduksi 80 hingga 100 pcs. Produk mahasiswa itu kemudian dipromosikan dengan cara penyebaran pamflet, termasuk promosi melalui media sosial whatsapp dan facebook pribadi anggota, serta di instagram Himaprodi. Setiap minggunya, mereka mampu menghasilkan omzet sekitar Rp500 hingga Rp600 ribu. (*/nuruljadid.net/tadatodays.com)
Sumber:
*) https://www.nuruljadid.net/11113/bersama-alumni-pesantren-nurul-jadid-tingkatkan-ekonomi-umat
*) https://tadatodays.com/detail/renyah-dan-beraneka-rasa-stik-kulit-pisang-karya-mahasiswa-unuja