Surabaya (Radar96.com) – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur meminta seluruh pengurus dan kader NU di jajaran sospol se-Jawa Timur untuk memperkuat ukhuwwah nahdliyyah dengan prinsip dan praktik tabayyun/klarifikasi dalam menyikapi setiap polemik, termasuk polemik tasyakuran HUT Gubernur Jatim yang menekankan pentingnya mematuhi protokol kesehatan.
Semuanya harus memperkuat ukhuwah nahdliyah antar sesama warga atau kader NU di semua jajaran dan posisi di tengah masyarakat demi terciptanya persatuan dan kesatuan nahdliyyin serta menghindari provokasi yang berorientasi pada kegaduhan sosial-politik, demikian pernyataan sikap PWNU Jatim Nomor 933/PW/A-II/L/V/2021 yang diterima di Surabaya, Selasa.
Pernyataan sikap yang ditandatangani Rais Syuriah PWNU Jatim KH Anwar Manshur, Katib Syuriah KH Syafrudin Syarif, Ketua PWNU KH Marzuqi Mustamar, dan Sekretaris Prof Akh Muzakki MAg Grad Dip SEA MPhil PhD itu merespons polemik tasyakuran ulang tahun Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang diinisiasi Sekdaprov dan kepala OPD Pemprov Jatim, hingga muncul respons negatif di media sosial, lalu disikapi DPRD Jatim dan bahkan dilaporkan ke Polda Jatim.
Dalam instruksi tertanggal 25 Mei 2021 itu, PWNU Jatim juga mengimbau kadernya untuk senantiasa mengedepankan prinsip dan praktik tabayyun dalam menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya demi terciptanya kebajikan bersama, seraya mematuhi protokol kesehatan guna memohon kepada Allah SWT untuk segera diangkatnya wabah Corona di wilayah ini.
Hal itu penting untuk terjaganya kondusivitas sosial-politik di dalamnya dalam upaya membangun Jawa Timur yang lebih baik. Tetap menjaga ketenangan dan kedamaian di lingkungan masing-masing dari upaya provokasi pihak manapun yang menimbulkan kegaduhan sosial-politik di tengah Pandemi Covid-19.
Sebelumnya (22/5), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memohon maaf dengan video “pesta ulang tahun” yang viral, karena tidak ada terbersit rencana syukuran bersama OPD, apalagi pesta ultah, sebab hal itu jauh dari tradisi keluarganya selama ini.
“Angle yang diambil medsos, terkesan berkerumun, saya mohon maaf. Posisi berdiri adalah posisi menjelang bubar, karena pada dasarnya undangan duduk, kecuali tim katering dan bagian umum,” katanya.
Menurut dia, tempat acara di halaman luar rumah dinas itu memiliki kapasitas normal bisa 1.000 orang, bahkan jika ditambah denan sisi samping bisa mencapai 1.500 orang. “Saat itu, yang hadir 31 orang plus 10 anak yatim dan delapan dari tim sholawat dan rebana,” katanya.
Namun, Gubernur Khofifah memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang telah membaca berita atau video viral dengan narasi “pesta” ulang tahun Khofifah dan ada kerumunan atau serupa itu. Mantan Mensos itu menjelaskan syukuran tanggal 19 Mei itu semua persiapan tanpa sepengetahuan, apalagi persetujuannya.
“Berita yang muncul cenderung terdistorsi, padahal tidak ada lagu ulang tahun, tidak ada ucapan ulang tahun, tidak ada bersalam atau berjejer, bahkan potong kue tart ultah juga tidak ada. Yang ada justru santunan yatim dan Sholawat Nabi, seperti kegiatan lainnya. Ada 10 anak yatim dan dua orang tim sholawat dengan 6 orang rebana. Selesai acara, mereka makan terus pulang. Acara lain, ada penyerahan buku penanganan Covid-19 karya Dr. Suko Widodo (Unair),” katanya.
Terkait undangan yang hadir, katanya, adalah Wagub yang hadir tanpa istri. “Saya juga tanpa putera, lalu ada sekda dan beberapa OPD tapi semua tanpa pendamping sebanyak 31 orang,” katanya.
Tentang band, ia mengaku ada band yang biasa dipakai latihan OPD. “Ada Katon Bagaskara karena tanggal 18 Mei memang sedang ada kegiatan di Surabaya. Katon juga kawannya pak Sekda,” katanya.
Mengenai katering yang katanya katering nomer satu adalah Sono Kembang yang biasa menjadi langganan Gedung Negara Grahadi setiap ada tamu. “Sekali lagi, mohon maaf jika video yang beredar seolah kami tidak memperhatikan protokol kesehatan, sebab hal tersebut tidak benar sama sekali,” katanya. (*/hmn)