Jakarta (Radar96.com) – Wakil Bendahara Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Niam Almuzakki bisa menunaikan ibadah haji di masa pandemi COVID-19 pada tahun 1442 hijriah.
“Saya sekarang berada di Masjidilharam, di depan Ka’bah. Mudah-mudahan rekan-rekan IPNU se-Indonesia tetap diberi kemampuan belajar, terus berjuang, dan tak lupa bertakwa hingga kelak bisa ke Baitullah,” katanya dalam laporan virtual dari Tanah Suci yang diterima Radar96.com, Minggu (25/7/2021).
Pemerintah Arab Saudi mulai menyelenggarakan ibadah haji 1442 H pada 17 Juli 2021. Tahun ini, kuota dibatasi hanya bagi 60.000 orang yang dikhususkan bagi warga Saudi dan ekspatriat yang sudah menetap di sana.
Puluhan ribu jamaah terpilih itu diseleksi dari lebih 500.000 calon pendaftar. Dari 60.000 haji itu terdapat sebagian warga negara Indonesia (WNI) yang menetap di Saudi, diantaranya dari unsur diplomat (KBRI/KJRI), Pekerja Migran Indonesia (PMI), dan mahasiswa Indonesia, termasuk aktivis IPNU itu.
“Saat ini ada 327 WNI yang menjadi jamaah haji tahun ini. Mereka adalah WNI yang selama ini sudah menetap di Arab Saudi dan ikut mendaftar sebagai calon jemaah sesuai prosedur yang diberlakukan Saudi,” terang Konsul Haji, KJRI Jeddah Endang Jumali (16/7/2021).
Menurut Niam Almuzakki, jamaah haji di masa pandemi Covid-19 menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang sangat ketat, jamaah sudah harus melakukan vaksinasi dua dosis. “Kami saat pendaftaran haji sudah harus vaksin dua kali atau penyintas yang sudah sembuh di sini,” katanya.
Selanjutnya, selama menunaikan ibadah haji pun, semua jamaah wajib menggunakan masker. Perangkat protokol kesehatan sudah disediakan untuk masing-masing jamaah. “Kami pun sudah disiapkan seperangkat alat kesehatan kebersihan sebagai hand sanitizer, tissue basah, dan lain-lain,” ujarnya.
Setiap masuk suatu tempat dan melalui pos, para jamaah juga dicek suhu. “Setiap masuk pos itu ada cek suhu,” katanya sambil menyatakan mereka yang berani mencoba berhaji ‘tanpa terdaftar’ akan dikenakan denda yang besar.
Selain itu, ia menuturkan bahwa jamaah haji untuk tahun ini menginap di tenda di Mina dengan diberikan fasilitas yang mencukupi. Mereka tidak menginap di Hotel. Tinggal di Mina, Niam berangkat ke Masjidil Haram menggunakan bus untuk menunaikan tawaf dan sai bersama rombongan. Dua bus berjalan bersama dikawal satu mobil keamanan.
“Kami berangkat dari titik kumpul menuju langsung ke Masjidil Haram dengan beberapa teman atau rombongan ada 2 bus dan dikawal dengan satu mobil keamanan,” katanya.
Ketatnya pemeriksaan Tiba di Masjidil Haram, ia dan jamaah haji lainnya diperiksa dengan ketat. Mereka dikoordinasikan oleh seorang koordinator yang bukan peserta haji atau tidak melakukan ibadah haji. Ia hanya bertugas mengkoordinasikan jamaah.
“Kami memasuki daerah Masjidil Haram melalui beberapa pemeriksaan. Kemudian masuk ke Masjidil Haram dengan berkelompok dan dipandu oleh satu koordinator yang mana koordinator ini bukan peserta haji,” ujarnya.
Di Masjidil Haram, ia dan jamaah haji lainnya melakukan tawaf qudum dan sa’i haji. Setelah itu, mereka kembali lagi ke penginapan di Mina dengan bus berbeda.
“Kami bisa naik mobil mana saja sesuai dengan zona. Jika zona hijau, maka hanya boleh menggunakan mobil di zona hijau. Pun zona kuning, biru, dan lainnya,” kata Niam.
Sementara itu, untuk wukuf di Arafah, ada dua golongan. Sebagian berangkat saat malam hari, sebagian lainnya berangkat selepas Subuh.
Jamaah haji hanya mengikuti arahan koordinator masing-masing. “Kami mengikuti koordinator untuk menunggu bus dan kita akan bersama-sama menuju Arafah,” tuturnya.
Untuk masuk ke Arafah, jamaah haji dari Mina langsung naik bus kemudian kita menuju ke Arafah. Di sana, jamaah haji disediakan tenda yang dapat memuat 43 orang. “Setiap orang mendapatkan semacam kasur tapi bisa menjadi kursi juga,” pungkasnya. (*)
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/130226/kisah-niam-almuzakki-pemuda-yang-bisa-berhaji-tahun-ini