Sidoarjo (Radar96.com) – Puluhan santri terlihat di Convention Hall dari sebuah hotel di Sidoarjo untuk mengikuti Sekolah Meracik Kopi Bersertifikat SCA – The Speciality Coffee Association.
SCA yang didirikan pada tahun 1982, merupakan Organisasi Perdagangan Nirlaba untuk Industri Kopi Khusus. Dengan anggota di lebih dari 40 negara, SCA The Speciality Coffee Association, mewakili berbagai segmen Industri Kopi Khusus, termasuk Produsen, Pemanggang, Importir / Eksportir, dan Pengecer,
serta Peralatan Praktik Pengolahan Kopi berstandar Premium.
Pelatihan yang berlangsung lima hari, sejak Rabu hingga Ahad (8-12/9/21) itu diselenggarakan oleh Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren), One Pesantren One Product (OPOP) Provinsi Jawa Timur, dan Kepala Wilayah Bank Indonesia (KPw-BI).
Sementara itu, para peserta adalah utusan dari beberapa Pondok Pesantren di Jawa Timur. Dalam angkatan pertama yang fokus untuk Ekosistem Hulu Hilir Komoditi Kopi Dalam Penguatan Pengembangan Ekonomi Syariah itu diikuti 20 utusan pondok pesantren.
Para santri berasal dari Pondok Pesantren Manbaul Ulum Malang, An-Nur 1 Malang, Roudlotul Muttaqin Probolinggo, Amanatul Ummah Mojokerto, At-Tibyan Pasuruan, Nurut Tawwabin Sumenep, An-Nuqoyyah Sumenep, Nurul Jadid Probolinggo, Bahrul Maghfiroh Malang, dan Nurul Amanah Bangkalan. Bertindak sebagai instruktur dari SCA adalah Lia Zen, Sang Duta Kopi Indonesia dari Kementerian Koperasi dan UMKM.
Ketua Hebitren Jawa Timur, H Faiz AHZ, M Fil I mengatakan, sekolah meracik kopi yang diselenggarakan bertujuan untuk membekali para santri dan alumni pondok pesantren dengan ketrampilan kerja agar lebih mandiri.
Sengaja dipilih Komoditi kopi karena selain terkait dengan kegemaran para ulama dunia sejak dulu, kopi juga sangat digandrungi seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari remaja hingga usia tua.
“Kita berikhtiar membekali para santri dan alumni pesantren merintis usaha sendiri agar lebih mandiri,” kata Gus Faiz, sapaan akrab H Faiz AHZ.
Lebih lanjut, menurut Gus Faiz, sengaja pelatihan difokuskan pada kopi kelas premium, agar kelas penjual kopi di negeri ini naik kelas. Tidak hanya di kelas bawah, sedangkan pangsa pasar kelas atas diambil oleh produsen merek luar negeri.
Bagaimanapun, kualitas kopi di Indonesia tidak kalah dengan kopi-kopi produk negara lain. Lalu mengapa pangsa pasar atas itu harus diserahkan pada orang lain.
“Kita ingin menjadi tuan rumah di kampung sendiri, meskipun ini baru rintisan,” Gus Faiz berharap.
Untuk itulah materi yang diberikan selama lima hari yang seluruhnya tentang kopi itu terbilang lengkap. Mulai dari sejarah kopi, jenis-jenis kopi, cara mengolah kopi yang benar, mengenal berbagai jenis rasa, mengatur rasa yang nikmat , cara penyajian, dan lain sebagainya. Termasuk praktik langsung dengan membandingkan rasa kopi produk luar negeri dengan produk buatan mereka yang tidak kalah enak.
Senada dengan Ketua Hebitren Jawa Timur, Koordinator Bidang Pengembangan Pondok Pesantren OPOP Jawa Timur, H.M. Alaikal Fajri, SHI, MM menuturkan, kegiatan tersebut menjawab Challenge Gubernur Jawa Timur Ibu Hj. Khofifah Indar Parawansa Untuk Pesantren Siapa Yang Berani Membuat Coffee Shop Setara Starbuck dengan Konsep Comunal Branding!!!
“Maka Kami Ber Ikhtiar Mewujudkan Cita-cita Ibu Gubernur Selaras Dengan Nawa Bhakti Satya Ke 7 Yaitu Jatim Berdaya dalam Program One Pesantren One Product (OPOP) Jatim dan bertujuan untuk merintis Pasar Coffee Shop Premium Cluster Pesantren dan Masyarakat Sekitar Pesantren Untuk Menumbuhkembangkan Geliat Halal Value Chain Komoditi Kopi dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekonomi Syariah di Jawa Timur,” katanya.
Pondok-pondok pesantren yang mengirimkan santrinya sebagai Kader/peserta dalam pelatihan tersebut nantinya akan mendirikan Coffee shop kelas Premium di wilayah masing-masing. Bisa di sekitar pesantren atau di tempat-tempat lain yang dipandang prospek. Sedangkan para santri yang menjadi peserta pelatihan tersebut akan bertindak sebagai peraciknya.
Brand bersama atau Lebih Beken Istilahnya Comunal Branding Komoditi kopi itu nanti adalah Nahla Kofie.
“Insyaallah Semua Brand Awarness Tersusun dalam SOP yang telah Terstandarisasi Secara Management, Kwalitas dan Rasa Nahla Kofie Sehingga Disemua Outlet nanti rasa dan kualitasnya sama, meski dibeli di tempat yang berbeda,” kata Gus Alaik.
“Yang jelas, pasti Worth It, dan Berkelas” imbuhnya berpromosi.
Pantauan di tempat pelatihan, para peserta tampak antusias mengikuti seluruh materi. Meski setiap sesion dimulai pukul 08:00 Pagi hingga pukul 20:00 Malam, namun mereka tampak menikmati. Tidak terlihat sorot kejenuhan di wajah-wajah mereka. Bahkan waktu makan malam yang mestinya pukul 18:30 pun kadang harus ditunda, meski makanan sudah disiapkan. Semua terlanjur asyik dengan dunia baru dan dibimbing instruktur yang sudah bersertifikat SCA & CQI tersebut.
Bahkan Ust. Habib Hasbullah, pendamping dari para santri utusan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Kembang Belor Pacet, turut kerasan mendampingi mereka.
“Melihat mereka terus bersemangat, saya juga jadi terus semangat,” ujarnya sambil tertawa. (*/pna)