Kudus (Radar96.com) – Penguatan moderasi beragama terus dilakukan oleh seluruh lini Kementerian Agama. Salah satunya dilakukan Tim Kuliah Kerja Nyata Institut Agama Islam Negeri Kudus di Desa Dersalam (Tim KKN-IK Dersalam) yang menciptakan permainan edukasi “Ular Tangga Moderasi Beragama”.
Permainan ular tangga berukuran 3m x 3m ini untuk pertama kalinya dimainkan di SDN 4 dan SDN 5, Desa Dersalam, Kecamatan Bae, Kudus, pada Jumat, 17 September 2021.
Anggota KKN-IK Dersalam, Maurin Pratiwi mengatakan, permainan ini bertujuan untuk mengenalkan moderasi beragama pada anak sejak dini.
“Materi moderasi beragama yang umumnya berat dikemas menjadi permainan menarik,” ungkap Maurin.
Maurin menjelaskan, permainan ini, menyasar siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar dan madrasah Ibtidaiyah. Ia menambahkan, pembelajaran pada tahap kelas atas SD berkisar pada pengenalan agama resmi di Indonesia dan toleransi.
Melalui ular tangga raksasa, siswa kelas 4 hingga kelas 6 diajak mengenal arti penting saling menghargai dan menghormati antar agama. “Jadi kalau kita di kelas 4, 5, 6 SD mengajarkan tentang agama di Indonesia sama sikap kita kepada teman atau orang yang berbeda agama,” ujar mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) mengungkapkan.
Sementara anggota KKN-IK lainnya, Melina menjelaskan bahwa pendidikan moderasi beragama pada anak bertujuan untuk memupuk pendidikan karakter toleransi dan kerukunan. “Selain itu, kita juga mengajarkan nasionalisme melalui Pancasila dan semboyan bangsa Indonesia,” ujar Melina, Mahasiswa KKN-IK.
Dalam permainan, siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4-5 anak. Kemudian siswa bermain layaknya permainan ular tangga pada umumnya.
“Yang membedakannya dengan permainan lain adalah ukuran permainan sangat luas sehingga anak bisa menjadi ‘bidak’ sendiri. Selain itu ada kotak berisi pertanyaan seputar moderasi beragama dan toleransi yang harus dijawab siswa,” jelas Melina.
Dari uji coba yang dilakukan, bermain “Ular Tangga Moderasi Beragama” memberikan kesan positif bagi siswa sekolah dasar. Salah satunya diungkapkan Vella, salah seorang siswa yang memainkan permainan tersebut.
Bagi Vella, ini pengalaman pertama kali bermain ular tangga raksasa. “Seru bisa injak ular tangganya. Tadi juga dikasih pertanyaan soal semboyan Indonesia senang banget,” ujar Vella.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN IK Dersalam Rofiq Addiansyah, mengaku salut atas kreatifitas mahasiswanya, “Saya sangat mendukung kegiatan ini. Materinya sangat bermanfaat dan mudah diterima,” ujarnya.
Agen Moderasi
Di Makassar, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid berpesan kepada mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk bersiap menghadapi tantangan era Society 5.0, sekaligus harus siap menjadi agen dan teladan dalam praktik keagamaan yang moderat.
Pesan ini disampaikan Wamenag saat memberikan pembekalan Mahasiswa UIN Alauddin Makassar, Kamis (16/9/2021). Wamenag berbicara tentang “Peran Mahasiswa Sebagai Katalisator Keberagamaan Moderat Pada Masyarakat” yang diikuti lebih kurang 3.000 mahasiswa secara online.
Selain literasi digital, kata Wamenag, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan ekstremisme dan intoleransi. Hasil penelitian Pusat Studi Agama dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018) pada 18 kota/kabupaten di Indonesia menunjukkan bahwa ancaman ekstremisme di kalangan kaum muda berusia 15-24 sangat mengkhawatirkan. Tren konservatisme ini dicirikan dengan scriptural plus komunal yang juga menguat.
Penelitian sejenis dilakukan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di 18 kota/ kabupaten di Indonesia, berkenaan literatur keislaman Generasi Milenial. Hasilnya, generasi milenial sangat memiliki minat untuk mengakses literatur keagamaan. Masalahnya adalah terletak pada pilihan topik, di mana jihad dan khilafah paling banyak diminati.
Fakta ini, kata Wamenag, harus direspon PTKI dengan memberikan bekal mahasiswanya tentang perspektif moderasi beragama dalam pemahaman teks-teks keagamaan dan kehidupan sosial, sehingga mereka bisa menjadi agen dan katalisator dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Pengarusutamaan moderasi beragama setidaknya dilandasi oleh tiga hal: Pertama, kehadiran agama untuk menjaga martabat manusia dengan pesan utama rahmah (kasih-sayang). Kedua, pemahaman bahwa pemikiran keagamaan bersifat historis, sementara realitas terus bergerak secara dinamis, sehingga kontekstualisasi adalah keniscayaan, tidak justru terjebak pada teks yang melahirkan cara beragama yang ekslusif. Ketiga, tanggung jawab kita untuk menjaga NKRI dari siapa saja yang ingin merongrong kehormatannya.
“Anda semua harus bangga menjadi bagian dari PTKI yang selama ini menjadi tempat penyemaian terbaik Islam yang rahmatan lil alamin yang dipadu dengan ilmu-ilmu filsafat dan sosial humaniora. Karenanya, jadikan anda duta moderasi beragama yang menjadi katalisator untuk mendesiminasikan wawasan dan paham ke-Islaman yang inklusif, toleran dan damai,” jelas Wamenag kpada peserta KKN mahasiswa UIN Alauddin Makassar selama 60 hari. (*/kemenag.go.id)
Sumber:
*) https://www.kemenag.go.id/read/mahasiswa-kkn-iain-kudus-ciptakan-ular-tangga-moderasi-beragama-a9mjv
*) https://www.kemenag.go.id/read/mahasiswa-ptki-harus-siap-hadapi-society-5-0-dan-jadi-agen-moderasi-8njq2