Malang (Radar96.com) – Majelis Alumni (MA) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur menggagas pembentukan yayasan untuk aktivitas alumni dan juga biaya studi lanjut khusus kader IPNU. Gagasan itu terpantau dalam “road show” ke-1 MA IPNU Jatim di Malang Raya (Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang) pada Jumat (8/10/2021).
“Road show ke-2 MA IPNU Jatim juga berlanjut ke Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk pada Sabtu (9/10/2021), lalu road show ke-3 menuju Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Tulungagung dan Trenggalek,” kata anggota MA IPNU Jatim yang berasal dari Malang, M Isa Anshori.
Selain membentuk yayasan untuk apresiasi kepada kader IPNU dalam mengakses biaya studi lanjut itu, “road show” MA IPNU Jatim ke berbagai daerah itu juga menargetkan database berbasis aplikasi yang rencananya didukung Alumni IPNU di Universitas Raden Rahmat Malang.
“Road show” MA IPNU itu juga mendorong alumni untuk berjejaring di berbagai bidang, khususnya ekonomi, pendidikan, dan kaderisasi bagi kader-kader yang masih aktif di kepengurusan.
Dalam “road show” ke-2 di Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk (9/10/2021), MA IPNU Jatim menegaskan bahwa ketika IPNU berubah dari “Pelajar” menjadi “Putra” lalu kembali menjadi “Pelajar” (student assisiation) berarti IPNU harus fokus ke studi, baik pelajar maupun mahasiswa.
Bahkan, PKPT di UIN Kediri selalu mengadakan Makesta yang setiap kegiatan diikuti 200-an mahasiswa yang merupakan mahasiswa berprestasi (ranking), meski awalnya sempat dilarang rektor. Untuk itu, MA IPNU Jatim siap menjadi “supporting system” bagi anggota IPNU yang masih aktif dalam kepengurusan dan mendorong MA IPNU yang belum terbentuk di daerah.
Sementara dalam “Road show” ke-3 di Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Tulungagung dan Trenggalek (10/10/2021), MA IPNU Jatim kembali menegaskan bahwa esensi perubahan Pelajar, lalu Putra dan kembali menjadi Pelajar berarti IPNU harus fokus kepada studi, sedangkan GP Ansor fokus kepada kekaryaan.
Untuk itu, MA IPNU bisa memberikan manfaat dalam distribusi kader di berbagai bidang. Secara internal, distribusi kader dilakukan MA IPNU dengan mendorong alumni IPNU berkiprah di kepengurusan NU pada semua level. Lalu, secara eksternal, MA IPNU “men-channel-kan” alumni yang berprofesi sebagai pengelola lembaga pendidikan untuk bersinergi dengan lembaga diatasnya. Begitu pula untuk bidang non-pendidikan, seperti ekonomi, politik, sosial, dan perkaderan.
Sebelumnya (23/9/2021), mantan Sekjen PP IPNU HM Maksum Zuber menegaskan bahwa MA IPNU itu bukan seperti wadah alumni organisasi lainnya, karena MA IPNU dengan IPNU merupakan ‘partner’ (rekan) bagi kepengurusan yang masih aktif. “Karena itu silaturahmi harus tetap dijalin untuk kepentingan kader IPNU dalam bermasyarakat,” katanya.
Anggota MA IPNU Jatim itu mengharapkan aktivis/pegiat IPNU yang aktif dalam kepengurusan hendaknya memasifkan kaderisasi sebagai bidang garap khas IPNU dan sekaligus memasifkan silaturahmi dengan alumni.
“Keberadaan MA IPNU itu penting dan strategis bagi kader-kader IPNU, karena MA IPNU telah menjadi ajang pengabdian yang nyata untuk mengawal IPNU sebagai organisasi pelajar yang merupakan ‘rekan’ sendiri dalam perjuangan NU,” kata alumni Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim itu.
Alumni Universitas Negeri Jember (Unej) itu menambahkan MA IPNU itu menjadi “tangga” bagi IPNU untuk melihat pergulatan serba kompetitif di era digitalisasi, sekaligus menjadi rumah ta’aruf, tabayyun dan silaturrahim untuk kolaborasi dan partner dalam jenjang kaderisasi dan bentuk lain kaderisasi di ruang-ruang publik.
“Saat ini, IPNU menjadi ‘kebutuhan besar’ NU, karena IPNU merupakan kader yang benar-benar mengutamakan kaderisasi dan keilmuan daripada yang lain. Yakinlah, IPNU adalah masa depan NU, terutama menyongsong Satu Abad NU pada 2026 yang merupakan milik generasi digital di NU,” katanya. (*/my)