Malang (Radar96.com) – Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi menegaskan bahwa Pancasila akan menjadi pelajaran khusus mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi.
“Perubahan PP Nomor 57 sudah diserahkan kepada Presiden. Latar belakangnya karena Pancasila saat ini sudah mulai terpinggirkan, maka perlu penguatan dan pembumian kepada seluruh lapisan masyarakat,” katanya dalam “Strategic Discussion: Penguatan Ideologi Pancasila dan Deradikalisasi” sebagai salah satu dari 37 agenda PWNU Jatim untuk Hari Santri Nasional 2021 dan dilaksanakan di Universitas Islam Malang (Unisma) pada Rabu (27/10/2021) lalu.
“Santri dan kiai adalah simbol kepahlawanan,” kata pimpinan lembaga yang berada dibawah Presiden itu dalam acara yang merupakan kerja sama antara ISNU Jatim, BPIP, Kemenag RI, Unisma, dan PWNU Jatim itu.
Menurut dia, Kemerdekaan Indonesia ini terasa khusus, karena bisa mempersatukan banyak bangsa dan kerajaan. Politik Majemuk melalui Piagam Madinah yang diolah sedemikian rupa menjadi Pancasila.
“Siapa yang melawan Pancasila, maka melawan kesepakatan bersama,” katanya dalam acara yang dibuka dengan sambutan Ketua ISNU Jatim Prof Mas’ud Said, Rektor Unisma Prof Maskuri, dan Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar itu.
Sementara itu, Stafsus BPIP, Romo Benny Susetyo selaku narasumber lain, mengatakan Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika sejak dari lahir. Negara kesepakatan itu adalah negara yang harus dijaga, terutama oleh para santri.
“Seseorang yang beriman itu mencintai bangsa dan negaranya karena sudah tercantum dalam sila pertama. Sebagai bangsa tidak boleh saling mengolok-olok, harus mencari titik temu melalui ideologi titik tengah. Disini pesantren memiliki kemampuan yang kuat, agama, wirausaha, gotong royong, dan memiliki jiwa Pancasila,” katanya.
Menurut dia, BPIP sudah berutang budi terhadap pesantren, karena sudah mengajarkan nilai-nilai Pancasila yang eksklusif terlebih dahulu. Tantangannya bagaimana menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan menjadi senjata untuk saling membenturkan.
“Tugas kita adalah memperkuat Pancasila. Menjadi tugas para orang tua dan para tenaga pengajar. Kekuatan membangun Pancasila sudah ada di tubuh NU sejak lama,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pontren Kemenag RI Prof. Waryono sebagai narasumber lain menegaskan bahwa nomenklatur dalam pembekalan santri agar menjadi moderat yaitu moderasi beragama.
“Karakter pesantren itu lekat dengan masyarakat. Harus inklusif dengan masyarakat. Kyai selalu bersama dan mengajar langsung dengan santrinya,” katanya. Ia menyebut ada 33 ribu pesantren tersebar di seluruh Indonesia. (*/pwisnujtm)