Jakarta (Radar96.com) – Untuk menyambut Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung pada 23-25 Desember 2021 itu, Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) bekerja sama dengan NU Online akan menyelenggarakan diskusi serial dengan tagline ‘Road to Muktamar’ untuk menjadikan forum tertinggi itu sebagai forum ilmiah, bukan hanya forum pemilihan ketua.
Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Ahmad Suaedy menyampaikan bahwa acara rangkaian tersebut menjadi bahan penting bagi peserta dan masyarakat umum dalam menyukseskan Muktamar. “Ini menjadi suplemen bagi para pembahas, menjadi sumbangan kepada masyarakat umum. Kita ikut mengondisikan masyarakat untuk berpikir,” ujarnya kepada NU Online pada Selasa (9/11/2021).
Penyelenggaraan diskusi serial ini juga, lanjutnya, guna mencegah sentimen muktamar, bahwa forum tersebut bukan sekadar perebutan ketua saja, melainkan juga forum ilmiah untuk merumuskan berbagai kebijakan penting untuk organisasi dan masukan bagi negara dan dunia.
“Untuk mencegah muktamar sentimen hanya perebutan ketua. Muktamar ini punya bobot dalam intelektual dan rumusan kebijakan, baik ke dalam organisasi, maupun luar NU,” tambah peneliti minoritas Asia Tenggara itu. Ada 14 tema berbeda yang bakal diangkat di setiap diskusinya.
Tema pertama tentang pesantren dan tatanan global. Ia melihat bahwa pesantren semakin punya tempat di dunia internasional tentang berbagai pendapat dan doktrin.
“Misalnya tentang ukhuwah. Itu pemikiran genuine pesantren,” katanya. Jika dilihat secara permukaan, ukhuwan tampak enteng. Namun, menurutnya, konsepsi ukhuwah yang dicetuskan KH Ahmad Shiddiq, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)1984-1991, meruntuhkan konsep umat yang menjadi doktrin para ideolog Islam yang mengharuskan Islam hanya satu.
Bahkan kesatuan itu dalam makna yang lebih sempit menjadi kesatuan negara. “Sekarang ini, dengan adanya konsep ukhuwah yang diangkat Kiai Ahmad Shiddiq, ideologi umat tidak bisa dijual lagi. Ada konsep ukhuwah baru menciptakan perdamaian dunia, karena mementahkan konsep yang menjadi satu-satunya pilihan. Itu sangat mendasar,” jelas Suaedy.
“Konsep baru ukhuwah itu salah satu landasan perdamaian dunia yang bisa kita tawarkan ke berbagai bangsa. Di berbagai bangsa, (konsep) umat menjadi dasar permusuhan,” imbuhnya.
Selain itu, konsep ushulul khamsah atau addharuriyatul khams, lima hal pokok yang menjadi tujuan diberlakukannya syariat, dimaknai ulang oleh KH Abdurrahman Wahid. Menjaga agama yang menjadi salah satu di antaranya, jelas Suaedy, oleh Gus Dur diartikan bukan sekadar melindungi keberlangsungan agama Islam, tetapi juga perlindungan terhadap agama lain.
“Menjaga agama oleh ideologi Islam diartikan sebagai perlindungan Islam saja, bahkan boleh menyerang orang lain. Oleh Gus Dur, diartikan sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) dalam hal agama dan kepercayaan,” katanya. Di antara yang bakal menjadi pembahasan lainnya adalah mengenai konsep kepahlawanan dalam konteks masa kini.
Dalam penafsiran terhadap konsep-konsep agama itu sendiri, kepahlawanan perlu direkonseptualisasi untuk mendorong lebih inovatif dan kreatif. “Saya berharap bahwa topik penting akan menjadi bahasan di komisi-komisi,” ujarnya.
Di tingkat tanfidziyah, hal yang harus dibicarakan adalah bagaimana membangun ekosistem lebih kreatif dan positif. Sementara di tingkat Syuriyah, itu bisa menjadi bahan fatwa bahtsul masail, bagaimana konsep tadi bisa diinternasionalisasikan sehingga pesantren dan NU bisa menyampaikan gagasan perdamaian.
Adapun tema-tema yang bakal diangkat antara lain Pesantren dan Tantangan Global pada Rabu, 10 November 2021. Tema ini akan dibawakan oleh Ketua OC Muktamar 34 NU KH Imam Aziz, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah PBNU KH Abdul Ghoffar Rozin, dan Dosen Fakultas Islam Nusantara Unusia Ulin Nuha.
Selain itu, diskusi ini juga bakal mengangkat tema Nahdlatul Ulama dan Kepahlawanan pada Kamis, 11 November 2021 pukul 20.00-21.00 WIB. Tema ini akan disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU sekaligus Sejarawan H Abdul Mun’im DZ, Sejarawan Zainul Milal Bizawie, dan Dosen Fakultas Islam Nusantara Unusia sekaligus Filolog Ahmad Ginanjar Sya’ban.
Tema lain di pekan-pekan berikutnya antara lain mengenai Jaringan Ulama NU; Peranan NU di Dunia Internasional bagi Masa Depan Kemanusiaan; Manuskrip Nusantara tentang Wabah; Keterampilan dan Kompetensi Sejarawan di Era Digital; NU dan Tantangan Penyediaan Tenaga Kerja Profesional; NU dan Keadilan Ekonomi; Etika Dakwah di Era New Media; Kemandirian Negara dan Masyarakat; dan Peranan Tokoh NU dalam Penguatan Ideologi Bangsa di Era Digital.
Tema lain lagi, seperti NU Milenial dan Milenial Ber-NU, keadilan ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. “Untuk mengikuti serial diskusi ini, calon peserta dapat melakukan registrasi melalui tautan s.id/NUO-FINUNUSIA,” katanya. (*/NUO)
Sumber: https://nu.or.id/nasional/fakultas-islam-nusantara-unusia-sumbang-suplemen-muktamar-dengan-rangkaian-diskusi-tpraq