Prof Kacung: NU jangan fokus politik, tapi pendidikan, ekonomi, media baru

Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Drs. Kacung Marijan, MA., Ph.D.(kanan) saat berbicara dalam webinar bertajuk "Meneguhkan Islam Wasathiyah An-Nahdliyah Dalam Dinamika Politik Nasional dan Global" di Gedung PWNU Jatim, Jumat (12/11/2021). (*/pna)
Bagikan yuk..!

Surabaya (Radar96.com) – Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Drs. Kacung Marijan, MA., Ph.D. menyarankan Nahdlatul Ulama (NU) jangan terlalu fokus politik, tapi fokus ke pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan media baru (media sosial), karena politik bersifat sesaat, sedangkan pendidikan-ekonomi-media baru bersifat strategis.

“Ibarat teori penawaran (penjual/supply) dan permintaan (pembeli/demand) dalam ilmu ekonomi, NU jangan fokus pada produk tapi pada pasar, karena produk belum tentu sesuai kebutuhan pasar, tapi kalau menyimak pasar (kebutuhan pasar), maka akan bisa lebih strategis,” katanya dalam webinar PW ISNU Jatim di Surabaya, Jumat (12/11/2021).

Dalam webinar di Gedung PWNU Jatim yang bertajuk “Meneguhkan Islam Wasathiyah An-Nahdliyah Dalam Dinamika Politik Nasional dan Global” menjelang Musykerwil ISNU se-Jatim di Malang itu, ia menjelaskan pasar itu memiliki tiga pemain yakni individu, komunitas, dan organisasi/perusahaan.

“Nah, NU cukup menjadi fasilitator, NU tidak harus memiliki lembaga pendidikan, usaha ekonomis, dan media baru atas nama organisasi NU, namun NU yang mengembangkan sinergi dengan individu-individu atau komunitas dari warga NU yang memiliki usaha, lembaga pendidikan, dan media baru,” katanya.

Dengan begitu, NU memiliki relevansi dengan pasar. “Kalau NU fokus ke politik justru bisa tidak relevan dengan pasar atau masyarakat, karena kepentingan sesaat, sehingga NU juga akan terkendala dalam berdakwah dengan menawarkan Islam Wasathiyah (Islam Moderat),” katanya.

Iklan
Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Drs. Kacung Marijan, MA., Ph.D.(kanan) saat berbicara dalam webinar bertajuk “Meneguhkan Islam Wasathiyah An-Nahdliyah Dalam Dinamika Politik Nasional dan Global” di Gedung PWNU Jatim, Jumat (12/11/2021). (*/pna)

Apalagi, katanya dalam webinar yang dibuka Ketua PW ISNU Jatim Prof M Mas’ud Said itu, Islam Moderat itu bisa saja dianggap lembek karena terlalu lunak, tapi kalau mampu menjadi fasilitator untuk pasar (pendidikan, ekonomi, media baru), maka NU akan menemukan relevansinya dengan masyarakat.

“Kampus NU di Jatim saja ada 300-an kampus, tapi mungkin yang bernama NU hanya 10-15 kampus. Selain itu, NU pernah punya usaha atas nama organisasi tapi tidak sukses, padahal banyak individu dan komunitas NU yang punya usaha sukses, baik retail, BMT, maupun media baru (media sosial/media online) yang membawa ‘dakwah’ NU, jadi tinggal difasilitasi,” katanya.

Iklan

Menurut dia, fokus NU pada pasar/market (demand) itu lebih strategis, karena dunia yang kini berkembang dari sekulerisasi ke de-sekulerisasi akan justru membutuhkan NU, sebab NU memperhatikan “pasar” (kebutuhan masyarakat), bukan sekadar “supply” (produk).

“Bisa saja NU memasarkan Islam Wasathiyah, tapi kalau masyarakat merasa tidak membutuhkan, tentu NU akan ditinggal, tapi kalau NU mengembangkan relevansi melalui ekonomi, pendidikan, dan media baru, maka masyarakat akan membutuhkan NU dan Islam Wasathiyah akan dibutuhkan masyarakat dengan sendirinya. Jika supply dan demand bertemu, maka ajaran agama Islam Wasathiyah An-Nahdliyah bisa diikuti seluruh masyarakat muslim secara global,” katanya.

Sementara itu, Ketua PW ISNU Jatim Prof M Mas’ud Said mengajak pengurus ISNU se-Jatim untuk merapatkan Barisan Kembali dengan melakukan penguatan keorganisasiaan dengan menyelenggarakan kegiatan sosial-kemasyarakatan, sekaligus membangkitkan Cabang-Cabang ISNU se-Jatim.

“Dalam bidang pengkaderan dan penguatan Aswaja, ISNU Jatim telah empat kali menyelenggarakan MKNU (Madrasah Kader Nahdlatul Ulama) di pesantren dengan 1.000 kader. Di bidang pengabdian dan kesehatan, ISNU Jatim bekerjasama dengan Asosiasi Rumah Sakit NU, Pehimpunan Dokter NU, dan Dinas Kesehatan Jatim serta Dinkes Kabupaten/Kota melakukan vasksinasi di tiga Pondok pesantren, Perguruan Tinggi dan masyarakat selama Agustus-Oktober 2021,” katanya.

Selama dua tahun, ISNU Jatim juga sudah menyelenggarakan serangkaian kegiatan sarasehan dan seminar nasional, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan penulisan buku dan menguatkan sinergi dengan Balitbang Pemprov Jatim dan lembaga nasional seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Di bidang teknologi informasi, PW ISNU Jatim membangun website sebagai rumah informasi dan sosialisasi program. ISNU Jatim juga membangunan basis ilmiah dan penguatan Aswaja dengan membangun DINUN, Dai Nusantara Network yang berisi para ahli agama dan ahli IT. “ISNU Jatim menjadi salah satu Banom NU yang sangat dinamis dan maju,” kata Guru Besar Ilmu Pemerintahan Unisma itu.

Webinar secara Hybrid itu menandai pembukaan Musykerwil ISNU se-Jatim di Selorejo Malang pada 15-16 November 2021. Selain dihadiri pengurus PW, webinar/halaqoh juga diikuti pengurus badan otonom, lembaga dan badan khusus NU Jawa Timur, diantaranya Ketua Dewan Pensehat ISNU Jatim, Prof. Dr. KH. Shonhadji Sholeh, Dip.IS.; Ketua LPTNU Jatim, Prof. Dr. Jazidie, MA.; dan Ketua ISNU Kabupaten/Kota se-Jatim. (*/my)

Iklan

BeritaTerkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *