Surabaya (Radar96.com) – Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur Arief Rahman mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergandengan tangan guna membersihkan ruang publik dari hoaks, berita adu domba, dan ujaran kebencian yang memang banyak terjadi di media sosial.
“AMSI adalah lembaga yang membidangi dunia digital tersebut, karena itu tanggung jawab kita bersama untuk membersihkan ruang publik agar bersih. Kalau ruang publik kotor, maka semua akan sakit dan kita sendiri akhirnya akan habis,” katanya dalam ‘Stakeholders Meeting’ di Gedung Mahameru Mapolda Jatim, Senin.
Dalam pertemuan bertajuk “Kolaborasi Konten Terpercaya dan Komunikasi Media Era Digital” yang dihadiri pimpinan media serta “stakeholder” di Jatim itu, ia menjelaskan upaya “membersihkan” ruang publik itu tidak bisa dilakukan sendirian, namun harus bersinergi.
“Ya pemda, ya polisi, TNI, masyarakat media. Semangat untuk melayani masyarakat agar mendapatkan informasi yang benar hendaknya semakin mendapatkan perhatian, salah satunya dari AMSI, tentunya dengan menggandeng lembaga-lembaga lain untuk menyatukan langkah,” katanya.
Dalam acara yang menghadirkan Dewan Pers, Mafindo (masyarakat anti fitnah Indonesia), Pemprov, Kodam V/Brawijaya, Humas Polda dan Polres se-Jatim, dan humas-humas lain, ia menyatakan pihaknya menyelenggarakan acara ini untuk mencari solusi atas ruang publik tetap bersih.
“Kalau ruang publik tidak sehat, maka masyarakat menjadi tidak sehat. Dan akhirnya, kita sendiri juga akan habis,” katanya dalam acara yang dipandu pakar komunikasi Unair Suko Widodo dengan dukungan Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak sebagai narasumber secara daring.
Sementara itu, anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, menyatakan dukungan kepada AMSI untuk “membersihkan” ruang publik, bahkan tidak hanya pemilik konten negatif dan penyebarnya yang dikenai sanksi hukum, tapi platform global seperti FB, Google, dan sejenisnya yang juga menjadi penyebar harus dikenai sanksi yang sama, seperti di Amerika dan Eropa.
“Selain itu, pemasang iklan, terutama pemda sebaiknya tidak memasang iklan di media platformn global, karena uang akan lari ke luar negeri. Berbeda dengan iklan di dalam negeri yang uangnya akan tetap berputar di dalam negeri. Saat ini, platform global (google, fb, dan sebagainya) sampai saat ini meraup 45-50 persen anggaran pemasang iklan dunia,” katanya. (*/sub)