Lumajang (Radar96.com) – Sampai saat ini korban paling berat akibat letusan Gunung Semeru adalah Kecamatan Pronojiwo, sebab wilayah ini menjadi terisolir akibat jembatan Perak yang terputus. Orang Lumajang kalau ke Pronojiwo harus memutar lewat Malang yang membutuhkan waktu tempuh hingga sembilan jam.
Dalam masa transisi menuju pemulihan saat ini, NU Peduli Awan Panas Guguran (APG) erupsi Gunung Semeru di Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, fokus pada kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan penyintas bidang tempat tinggal. Mereka adalah para korban selamat dan telah pulih psikologisnya namun masih membutuhkan banyak bantuan untuk dapat kembali hidup normal.
“Kegiatan yang telah dan masih berlanjut adalah fasilitasi rumah sewa untuk para penyintas. Sampai hari ini, tim NU Peduli telah memfasilitasi sebanyak 53 kepala keluarga penyintas bisa tinggal di rumah-rumah yang disewakan oleh tim NU Peduli,” tutur Choirul Anam, relawan dari LPBINU Jawa Timur, tergabung dalam NU Peduli, pada Selasa 11 Januari 2021.
Menurut Cak Anam, panggilan Ketua LPBINU Kabupaten Mojokerto, di samping menyewakan rumah, Tim NU Peduli juga memberikan bantuan alat-alat dapur yang dibutuhkan oleh penyintas.
“Langkah ini diambil karena berbagai pertimbangan. Menurut hasil assessment tim NU Peduli bahwa kebutuhan penyintas untuk hunian sudah sangat mendesak. Satu bulan lebih mereka hidup di pengungsian pasti mengakibatkan kebososanan, bahkan bisa meningkatkan stres,” tutur Anam.
Sementara itu, langkah pendirian hunian sementara (Huntara) juga bukan solusi baik karena akan bisa mengakibatkan tersendatnya program pemerintah untuk memfasilitasi huntara.
Selain itu, di sisi Pronojiwo sendiri, sampai hari ini belum ada kepastian lokasi relokasi dari pemerintah.
“Alternatifnya kemudian adalah menyewakan rumah bagi penyintas dengan perhitungan satu kepala keluarga satu rumah,” tutur Choirul Anam.
Selain itu, masa sewa yang diberlakukan adalah selama tiga bulan. Sewa ini akan dilanjutkan lagi jika huntara yang dikoordinir oleh pemerintah masih belum selesai kejelasannya.
“Harapan kami, dengan adanya program ini, penyintas yag sudah mendapatkan rumah sewa, akan bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih tenang, mereka akan bisa berfikir ke depan tanpa terbayang-bayangi dengan keterbatasan gerak sebagaiman di tempat pengungsian. Selain itu, mereka bisa memulai lagi bergerak untuk kepentingan kelanjutan ekonomi keluarganya.”
Demikian Choirul Anam, sejak terjadi bencana erupsi Gunung Semeru hingga kini intens berada di lokasi bencana, menjelaskan.
Sebagaimana pantauan tim NU Peduli, keseharian mereka saat pagi dan siang, kebanyakan masih mengunjungi kediaman di area bencana yang notabene masuk zona merah.
Sumber-sumber ekonomi sebelum erupsi Semeru, mereka kebanyakan petani, baik petani sayur juga pekebun salak.
“Selain kegiatan tersebut, NU Peduli Pronijiwo juga melakukan rangkaian kegiatan lainnya. Seperti, membangun mushalla, membangun fasilitas MCK, melakukan layanan dukungan psikososial, sampai pada fasilitasi taman pendidikan Al-Quran, untuk guru ngaji,” tutur Cak Anam. (Sh)