Surabaya (Radar96.com) – Panglima Kodam V/ Brawijaya, Mayjen TNI Nurchahyanto, melakukan kunjungan silaturahmi ke PWNU Jawa Timur, Selasa 11 Januari 2022. Rombongan disambut oleh Wakil Rais Syuriah PWNU KH Anwar Iskandar, Ketua PWNU KH Marzuki Mustamar dan jajarannya.
Pangdam yang baru dilantik tanggal 10 Desember 2021, hadir bersama Kasdam Brigjen Ari Subekti dan Aster Kol Inf Ahmad Basuki. Sedang dari PWNU Jatim tampak Wakil Ketua Prof A’la Basyir, KH Abdussalam Shohib, KH Fahrurrozi, M Koderi, KH Ahsanul Haq, Ma’ruf Syah, Wakil Sekretaris Hasan Ubaidillah, H Mujib Syadzili, dll.
“Kami ingin kulonuwun kepada para kiai di PWNU Jatim. Saya asli Jatim, dibesarkan di Malang. Selama 30 tahun dinas TNI AD baru kali ini di Jawa Timur,” tutur Mayjen TNI Nurchahyanto, yang sebelumnya Asisten Teritorial (Aster) KSAD, menjelaskan.
Sementara itu, KH Marzuqi Mustamar menjelaskan, pihaknya selalu berusaha untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Apalagi dengan Kodam V/ Brawijaya, karena para kiai pesantren dan NU mempunyai sejarah cukup panjang dalam perjuangan negara,” tutur KH Marzuqi, yang juga Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang.
Sambutan Wakil Rais Syuriah
“Di kalangan kiai-kiai sepuh Jawa Timur, dipahami bahwa kata-kata yang berbunyi “Nusantara” merupakan kata kunci bagi keselamatan Indonesia. Bila dijabarkan ‘Nusantara bermakna NU, Santri dan Tentara’. Insya Allah bila tiga komponen ini bersatu, Indonesia akan kuat dan aman,” tutur KH Anwar Iskandar, mengawali sambutannya.
Kedua, menurut Kiai Anwar Iskandar, kehadiran Panglima Kodam V/ Brawijaya seraya diiringi doa agar tugas-tugas di Jawa Timur sukses.
Ketiga, tentang posisi NU, Agama dan Negara.
NU berpandangan, negara merupakan rumah besar seluruh warga bangsa yang terdiri latar belakang yang bermacam-macam, majemuk, plural, tak hanya satu agama melainkan bermacam-macam.
Bagi NU, kebhinnekaan adalah keniscayaan yang harus dihargai. Dengan kebhinnekaan itu, di mata NU, negara NU yang merupakan negara bangsa, hasil prakarsa atas Pendiri Bangsa, sudah selesai.
“Tidak boleh ada pikiran dan usaha-usaha yang mengubah bentuk negara. Menjadi negara agama, misanya, NU tidak akan menyetujui,” tutur Kiai Anwar Iskadar, mewakili Rais Syuriah PWNU Jatim KH M Anwar Manshur yang berhalangan hadir.
Dasar Negara Pancasila, yang menjadi payung bagi seluruh elemen bangsa menjadi keniscayaan. Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Menurut Kiai Anwar Iskandar, NU akan menentang dengan segala daya dan upaya, adanya rongrongan dari berbagai kekuatan yang ingin mengubah dasar negara. NU tak ingin Indonesia ada yang disebut “kekuatan yang menginginkan politik aliran”.
“Karena kita memahami negara bangsa dan Pancasila sebagai dasar negar, karenanya politiknya adalah politik kebangsaan, bukan politik aliran. Itulah pandangan-pandangan NU, yang bisa disamakan frekuensinya,’ tuturnya.
Tentu prinsip-prinsip tersebut ada yang mengganggu: komunisme, sekularisme, materialisme. Itulah yang menjadi gangguan yang menjadi prinsip-prinsip kebangsaan.
“Warga NU selain memahami wawasan keagamaan yang moderat, dan wawasan kebangsaan yang nasionalis. Membangun kesadaran bersama untuk menyemalatkan NKRI,” kata Kiai Anwar Iskandar.
Meski begitu, Kiai Anwar mengingatkan, ada kelompok-kelompok yang menggerogoti keutuhan negara ada di tengah masyarakat.
Maka, menurutnya, penting sinerji antara Babinsa dengan NU ranting atau pondok pesantren.
“Sinergi bisa dilakukan bukan hanya di Kodam dan PWNU melainkan juga di tingkat Kodim dan PCNU. Kami buka pintu 24 jam bagi para tentara yang hadir ke kiai-kiai untuk menyamakan visi dan demi keutuhan NRKI,” kata Kiai Anwar Iskandar.
Tanggapan Pangdam V/ Brawijaya
“Kebijakan pimpinan kami, khususnya TNI AD, sudah akan dimulai rekrutmen santri untuk menjadi prajurit.
“Peluang itu sudah dibuka, akan dicoba untuk sosialisasi kepada para santri dan NU guna melaksanakan rekrutmen,” tuturnya.
“Ini peluang yang luar biasa. Bila prajurit direkrut dari santri, khususnya dari NU, niscaya dijamin komitmennya pada NKRI dan nasionalismenya.
Kami akan menindaklanjuti dengan menyampaikan pada para Komandan Kodim hingga di jajaran bawah,” kata Mayjen Nurchahyanto, kelahiran Malang pada 28 Oktober 1964. (*)