Jakarta. Radar96.com. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim potensi resesi di Indonesia relatif kecil jika dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut lantaran stabilnya pertumbuhan ekonomi dan terjaganya inflasi di dalam negeri.
“Situasi domestik kita relatif baik. Beberapa negara sudah masuk resesi, namun potensi resesi di Indonesia relatif sangat kecil jika dibandingkan negara lain, yaitu sekitar 3 persen,” kata Airlangga.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia memang cukup baik untuk saat ini. Bhima mendasarkan penilaiannya pada berberapa indikator, salah satunya cadangan devisa.
Menurutnya, kondisi ekononomi Indonesia lebih baik dari krisis 2008 dan taper tantrum 2013 yang merujuk pada lonjakan imbal hasil surat berharga AS pada 2013 karena kebijakan Bank Sentral AS mengenai pelonggaran kuantitatif. Kondisi itu sempat membuat ekonomi di ambang resesi dan membuat nilai tukar rupiah terpuruk cukup dalam.
“Beberapa indikator ketahanan ekonomi Indonesia memang jauh lebih baik dari krisis 2008 dan taper tantrum 2013, misalnya cadangan devisa cukup gemuk yakni 136,4 miliar dolar,” kata Bhima.
Selain itu, potensi resesi Indonesia juga kecil jika ditinjau dari indikator windfall komoditas. Ketika windfall komoditas tinggi, harga-harga komoditas juga tinggi. Windfall terkait erat dengan inflasi yang menjadi salah satu penyebab utama resesi.
“Kemudian ada windfall harga komoditas yang bantu menjaga rupiah tidak terkoreksi sedalam negara peers,” terangnya.
Meski demikian, Bhima menekankan agar tetap waspada, meski indikator ketahanan ekonomi Indonesia menunjukkan positif. Pemerintah diminta mengurangi ketergantungan terhadap harga komoditas tertentu.
“Tapi indikator ketahanan tadi bisa dalam waktu cepat berubah, contohnya ketergantungan terhadap harga komoditas tentu cukup berisiko,” sambungnya.
Bhima mencontohkan harga CPO (crude palm oil) di pasar internasional anjlok 6,3% dalam setahun terakhir menjadi 3.762 RM/ton pada 13 Juli 2022. Harga nikel juga mulai mengalami koreksi dalam sebulan terakhir.
“Artinya, menggantungkan ketahanan eksternal dengan fluktuasi harga komoditas sama dengan naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Sekali harga komoditas anjlok, hilang pendapatan, devisa dan pertahanan ekonomi langsung melemah,” tegasnya.
Kinerja Airlangga
Ekonom Indef Eko Listiyanto menambahkan, Menko Perekonomian Airlangga juga berkinerja baik dalam pemulihan ekonomi Indonesia.
“Kalau dari aspek ekonomi saja, kita bisa lihat dari pemulihan ekonomi itu sendiri, beliau adalah koordinator, dirijen perekonomian dan kelihatan, pelan tetapi pasti lebih kuat. Dari tahun lalu (inflasi) 3,7% sekarang (target inflasi) 4% lebih sedikit. Memang ada progress yang meningkat, setidaknya pemulihan on the right track, meski jalannya tidak sangat cepat karena kompleksitas pemulihan itu sendiri yang tidak sepenuhnya ada di tangan Kemenko,“ kata Eko saat berbincang hari ini (18/07/22).
Airlangga, yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini dia sebut memiliki kemampuan ekonomi-politik yang mumpuni. “Modal Pak Airlangga itu lebih kepada kemampuan mengorganisasi dan diplomasi, lebih ke ekonomi politik, dengan latar belakang pengusaha,” ujar Eko.
Dalam bidang ekonomi, sebagai tuan rumah G20, Indonesia memiliki peran besar untuk memastikan para anggota menciptakan kata sepakat. “Temanya kan Recover Together, Recover Stronger, Harusnya ada kata sepakat antara negara-negara G20, apa sih pulih bersama ? Semua punya kepentingan yang sama untuk memulihkan kembali ekonominya di luar aspek geopolitik, seharusnya mereka ada komitmen bersama yang sisi ekonomi tidak usah mencampuri urusan politik tetapi arahnya ke ekonomi,“ tandas Eko.
Dalam presidensi G20, Indonesia memiliki tiga topik besar, yaitu Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi Digital, dan Transisi Energi. Tiga hal ini, Kata Eko, jika bisa ditemukan kata sepakat dan konkret, maka pemulihan ekonomi di negara-negara anggota maupun seluruh dunia, akan semakin kuat. (*)