Surabaya, Radar96/konijatim.co – Ketua KONI Jatim, Muhammad Nabil menyambut baik dengan berdirinya Konfederasi Olahraga Nahdlatul Ulama (KONU) dan siap membantu terkait SDM (Pelatih, Atlet, dan Sport Science) serta siap memfasilitasi tentang teknis pembentukannya di Jatim.
“KONI Jatim akan mencoba membantu KONU khususnya tentang SDM keolahragaan, misalnya soal pelatih, atlet, sport science-nya, dan akan menghubungi pengprov-pengprov dan KONI kota/kabupaten yang selama ini menjadi anggota KONI Jatim,” kata Nabil saat peluncuran KONU oleh Ketua PWNU Jatim, KH Marzuqi Mustamar, di Aula Suhartatik Gedung KONI Jatim, Sabtu (1/4/2023) malam.
Menurut Nabil, potensi atlet dari kalangan Nahdliyin di Jatim sangat besar dan ini harus ditangkap oleh NU agar mereka mendapat pembinaan yang baik dan KONI akan mendukung.
“KONI Jatim akan menjembatani KONU dengan pengprov cabang olahraga yang ada di Jatim. Mungkin untuk awalnya tidak bisa semua cabang olahraga yang ada di bawah KONI,” tambah Nabil.
Nabil optimistis KONU dan KONI ini satu frekuensi karena di KONI Jatim banyak atlet dan pelatih bahkan pengurus berlatar belakang Nahdliyin, apalagi di kota/kabupaten.
“Di KONI Jatim ada Dr Makruf Syah SH, MH, wakil ketua KONI Jatim yang juga Wakil Ketua PWNU Jatim, ada juga Pak Mirza Muttaqin, Firmansyah Ali, dan Anshori yang anggota bidang pembinaan dan prestasi KONI Jatim. Ini tentu mempermudah terbentuknya KONU,” jelasnya.
Jika semua langkah itu telah ditempuh, maka saat KONU menyelenggarakan event-event, lomba atau pertandingan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, sampai nasional, kata Nabil, maka untuk menggerakkan perekonomian masyarakat semakin besar.
“Event-event KONU bisa dipadukan dengan program Ibu Gubernur Khofifah, OPOP (one pesantren one product), maka setiap penyelenggaraan event KONU bisa dipadukan dengan event pameran, atau bazar UMKM maka sektor perekonomian pun pasti bergerak,” tegas Nabil.
Dalam kesempatan itu, Ketua PWNU Jatim, KH Marzuqi Mustamar, mengungkapkan, gagasan KONU ini muncul setelah melihat besarnya potensi warga NU di bidang olahraga.
Maka itu, pengurus PWNU Jatim berniat mengembangkan bakat mereka, dan memberikan sentuhan-sentuhan Islami kepada atlet, pelatih, perangkat pertandingan, serta pengurus cabang olahraga (cabor) yang bernaung di bawah KONU.
Rencananya, gagasan ini akan dibawa ke PBNU untuk mendapatkan pengakuan dari ormas Islam terbesar di Indonesia itu. Setelah mendapat lampu hijau, akan dibuatkan akta dan diurus legalitasnya ke Departemen Hukum dan HAM (Depkumham), lalu KONU akan mengakomodir, menginventarisir, menertibkan dan mengorganisir cabor -cabor di masyarakat NU hingga akhirnya menyelenggarakan event.
Sementara itu, salah seorang inisiator dan deklarator KONU H Maksum Zuber menegaskan bahwa KONU adalah Wadah Atlet Nahdliyin berbasis Pondok Pesantren dan sekolah-sekolah di lingkungan Nahdlatul Ulama.
“Kedepan, Atlet Santri itu sangat penting peran keolahragaannya, karena KONU punya basic infrastruktur yang sangat memadai, terutama prasarana lapangan olahraga dan mess (penginapan atlet) serta infrastruktur lainnya dalam aspek religiusitas atlet,” katanya.
Selain itu, struktur NU mengakar sampai di tingkat Desa dan Jumlah Pesantren yang luar biasa banyak. “Nilai-nilai keagamaan dan Knowlage keolahragaan sudah lama ada dalam pendidikan pesantren, termasuk tenaga pendidiknya,” katanya.
Ia berharap kehadiran KONU harus betul-betul bermanfaat untuk Atlet, Pelatih, Official/Klub serta perangkat pertandingan lainnya.
KONU hadir harus bisa mengubah wajah keolahragaan secara menyeluruh yang minim prestasi, karena tidak mampu membangun iklim kompetisi olahraga yang fair play, sportif dan profesional.
“KONU harus mampu menjadikan olahraga sebagai Industri, baik dalam eventnya, Barang maupun Jasa bidang keolahragaan. Industri olahraga merupakan salah satu yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 Tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON),” katanya.
Menurut dia, kemandirian Olahraga melalui Industri sebagai Implementasi dari Desain Besar Olahraga Nasional itu mulai dari hulunya adalah kebugaran dan hilirnya prestasi. “Penting dibangun bersama-sama dari hulu ke hilir,” katanya.
Contoh untuk industri jasa olahraga, meskipun di Indonesia banyak event organizer (EO) besar, namun mereka tetap membutuhkan tenaga asing dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan besar seperti Asian Games, Asian Para Games maupun PON beberapa waktu lalu.
“Artinya kita belum bisa mandiri. Walaupun banyak EO besar untuk industri jasa olahraga ini, masih membutuhkan dukungan tenaga-tenaga asing,” katanya, didampingi deklarator lainnya, Firman Syah Ali dan Paryono Nur Abdillah.
Begitu juga untuk industri barang-barang olahraga, dari sekitar 250 perusahaan yang produksi barang-barang olahraga dalam negeri yang terdaftar di data Kemenpora, diperkirakan hanya ada beberapa saja yang produknya memiliki standarisasi dari federasi internasional cabang olahraga terkait. (*/konu/mz)
Sumber: https://konijawatimur.co/2023/04/02/6852/