Surabaya, Radar96.com/MAS – Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027, Ustadz DR Adi Hidayat Lc MA, menyatakan sehari saja tanpa Al-Qur’an itu rugi, meski hanya membaca, apalagi kalau hafal dan mampu menafsirkan.
“Dari Utsman bin Affan, Nabi bersabda bahwa Sebaik-baik kalian yaitu orang yang sungguh-sungguh mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya,” katanya dalam Tabligh Akbar di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Jumat.
Dalam acara untuk memperingati Milad ke-23 MAS dan Milad ke-10 Lembaga “Wafa Indonesia”
(Sistem Pembelajaran Al-Qur’an Otak Kanan) itu, pendakwah muda asal Pandeglang, Banten itu menjelaskan Al-Qur’an akan mengantarkan sukses di dunia-akhirat bila sungguh-sungguh.
“Misalnya, membaca satu huruf Al-Qur’an saja akan mendapatkan 10 kebaikan, tapi kalau lebih dari satu huruf, maka jarak satu huruf ke huruf satunya akan mendapatkan kebaikan selama 500 tahun, jadi kalau sehari tidak membaca Al-Qur’an itu rugi sekali, karena kesalahan kita dalam sehari itu juga banyak,” katanya.
Apalagi, kalau mempelajari dengan baik dan mengamalkan, maka akan mendapat kebaikan dunia dan akhirat yang berlipat-lipat. Riset terbaru di London menyimpulkan kecerdasan yang hafal Al-Qur’an itu bisa mencapai tiga kali lipat orang yang cerdas tanpa Al-Qur’an.
“Hal itu karena Al-Qur’an itu memiliki 52.000 kosakata sehingga kalau hafal akan cerdas, sedangkan kecerdasan biasa hanya dengan sepertiga kosakata dalam Al-Qur’an itu,” kata alumni Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Jawa Barat itu.
Namun, kata alumni (Lc., MA) dari International Islamic Call College, Tripoli, Libya itu, kecerdasan dari mempelajari Al-Qur’an itu bukan otomatis, melainkan bila sungguh-sungguh mempelajarinya, atau mempelajari Al-Qur’an itu membutuhkan motivasi lebih.
“Tapi, kalau mau mempraktekkan Al-Qur’an juga akan luar biasa hasilnya, karena Al-Qur’an merupakan hudan (petunjuk) bagi manusia. Sahabat Usman yang kaya itu menjadi berlipat-lipat kekayaannya setelah mempelajari manajemen bisnis yang diajarkan Al-Qur’an,” katanya.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW yang hidupnya di kampung Jahiliyyah di Mekkah yang banyak dihuni begal/penjahat, maka Nabi pun diperintah Allah untuk “hijrah” ke Yatsrib/Madinah, maka Mekkah akhirnya menjadi kampung yang dihuni orang-orang beriman. Masyarakat Jahiliyah dan beriman itu sangat jauh berbeda.
“Masyarakat Jahiliyyah itu suka kerja dan kerja, lalu di akhir pekan berfoya-foya (hiburan), sedangkan masyarakat beriman itu juga bekerja untuk dunia-nya, tapi di akhir pekan (Hari Jumat) justru berkumpul di masjid (sholat Jumat) lalu bersinergi dalam satu masjid, sehingga ekonomi/bisnis berputar internal masjid, zakat berputar dalam satu masjid, jadi kumpulnya bermakna,” katanya. (*/mas)