Surabaya, Radar96.com – Puluhan siswa-Siswi MI Tarbiyatussibyan, Kauman, Baureno, Bojonegoro, Minggu (24/12/2023), mengunjungi Museum NU Jl Gayungsari Timur 35 Surabaya, untuk mengenal lebih dekat, bagaimana sejarah perjuangan para masyayikh NU, baik sebelum Kemerdekaan RI sampai dalam mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia.
“NU ini dikenal sebagai Islam moderat, Islam yang memegang teguh toleransi antarumat beragama. Dengan begitu, NU berperan aktif menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini membuat posisi NU sangat penting dalam mengawal perjalanan negara Republik Indonesia,” kata salah seorang ustad dari MI Tarbiyatussibyan, kepada Mokhammad Kaiyis, pengelola Museum NU.
Rombongan siswa-siswi MI Tarbiyatussibyan Kauman Bojonegoro ini, didampingi langsung oleh Kepala Sekolah H Munif Alawai SPd, MPdI, Kepala Kurikulum Moh Anang Ashari SPd, Bendahara Hj Lilik Muktamiroh, SPdI, dan Kepala Tata Usaha Hendri Agus Prayudiawan, SSos.
“Terima kasih, dengan begini anak-anak bisa mengenal sejarah NU. Mohon tidak bosan-bosan menjelaskan kepada generasi penerus,” kata H Munif Alawai SPd, MPdI.
Menurut Mokhammad Kaiyis, pengelola Museum NU sekaligus Pemred HU Duta Masyarakat, banyak mahasiswa, pengamat, siswa SD atau MI yang ingin mengenal ‘lebih dalam’ soal perjuangan para kiai NU. Sehari sebelumnya (23/12/2023), 18 mahasiswa (PMII) berkunjung Museum NU. Sebelumnya 3 orang dari TP2GD Cirebon (Jawa Barat).
“Tujuannya, sama, ingin mengenal lebih dekat perjuangan para masyayikh NU. Dari PMII, rombongan dipimpin Ayu Ulandari. Mereka tidak hanya mengulik sejarah NU dan NKRI, tetapi juga membaca peran NU dalam kancah global sebelum Indonesia merdeka,” tegas Kaiyis, yang juga anggota Dewan Kehormatan PWI Jatim ini.
Hampir tiap liburan, kata Kaiyis, kader-kader muda NU mengunjungi Museum NU. Tidak hanya dari Jawa Timur, bahkan mahasiswa dari luar Jawa sering berkunjung ke tempat ini. Selain itu, para pengamat NU dari dalam dan luar negeri juga menjadikan Gedung Museum NU ini sebagai jujugan.
“Kemarin dari Prancis. Hanya ingin melihat apa isu Museum NU? Mereka terkagum melihat banyak hal penting tersimpan di sini. Kata mereka, inilah potret utuh Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah An-Nahdliyah Indonesia. Ini potret Islam Moderat Indonesia,” tegas Kaiyis mengutip komentarnya.
Apa saja benda yang menjadi perhatian pengunjung? Pertama, mereka melihat kamar pondok almaghfurlah Hasyim Asyari di Pondok Pesantren Al Hamdaniyah, di Desa Siwalanpanji, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Kedua, bukti otentik adanya Ianah Syahriyah (iuran bulanan) warga nahdliyin demi tegaknya organisasi NU.
Ketiga, ada surat Raja Saud (balasan) untuk Komite Hijaz yang terjadi sebelum Republik Indonesia merdeka. “Ini membuktikan kiai-kiai NU sudah berperan dalam kancah global (dunia). Bagaimana kiai NU mengamankan benda-benda bersejarah di tanah cuci. Kalau tidak, makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW mungkin sudah dihancurkan oleh pemerintah Arab Saudi saat itu. Terpenting lagi, diterimanya fiqh ‘Ala Mazahabil Arba‘ah, di haromain,” tegas Kaiyis.
Keempat, pengunjung bisa menyaksikan betapa NU memiliki keteguhan dalam berbangsa dan bernegara. Toleransi antarumat beragama, begitu tinggi. “Sampai saudara kita, Riyanto (Banser) harus meninggal dunia untuk mengamankan Ibadah Natal warga Kristiani di Mojokerto. Ini sejarah yang harus kita ketahui,” terangnya.
Tentang sejarah Museum NU itu, Kaiyis menjelaskan, Gedung Museum NU ini, memang, tidak lepas dari nama Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), Dr (HC) KH Mohammad Achmad Sahal Mahfudh dan Drs H Choirul Anam (Cak Anam).
Atas perintah Gus Dur, almarhum Cak Anam berjuang keras untuk mewujudkan Museum NU. KH Sahal Mahfudh (Rais Aam PBNU) yang meresmikannya di Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Boyolali.
“Hari ini, konsep modernisasi Museum NU kita kerjakan. Digitalisasi harus berjalan demi kemudahan anak-anak kita. Tujuannya, agar anak-anak kita, khususnya generasi Z, bisa lebih cepat memahami visi-misi besar NU demi NKRI,” pungkas alumni Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Institut KH Hasyim Asyari (IKAHA), Tebuireng Jombang ini. (*/mky)