Pasuruan, radar96.com –
Islam memiliki konsep dan prinsip yang kuat dan relevan terhadap semua kondisi zaman. Karena itu, umat Islam, khususnya pesantren perlu konsisten memegangi prinsip salaf tersebut sambil terus berinovasi sesuai kebutuhan jaman.
Dengan prinsip salaf-inovatif ini, maka pesantren tidak perlu lagi silau dengan kemajuan modern di dunia barat, sebaliknya harus siap berkompetisi untuk kemajuan peradaban umat manusia.
Demikian kesimpulan
Daurah ilmiah bertajuk “Teladan Salaf Sebagai Kunci Kemajuan Peradaban”, yang digelar Panitia Milad ke-287 Pondok Pesantren Sidogiri di Gedung 1455 IASS Sidogiri, Pasuruan, Senin (26/2).
Hadir sebagai narasumber, Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf, Lc, MA, Jakarta dan Gus Muhammad Idror Maimoen, dari PP Al Anwar Sarang Rembang.
Turut hadir Ketua Umum PPS, KH Bahruddin Thayyib, Ketua Milad ke-287 Sidogiri, Mas Abdul Djalil Sholahuddin, Wakil Ketua Milad ke-287, Mas Jibril Nawa, Ketua II PPS dan anggota Forum Musyawarah Keluarga Muda (FMKM) Sidogiri, Ust. A. Saifullah Muhyiddin.
Dauroh dipandu Ust. Dairobi Naji itu diikuti delegasi dari pesantren Se-Jatim serta perwakilan Pengurus Wilayah Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS).
Dalam presentasinya, Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf memaparkan, kaum santri dan pesantren perlu terus menjaga dan mempertahankan cara pandang salaf warisan ulama terdahulu, serta terus mengasah kemampuan wawasannya tentang petkembangan di luar.
Dengan demikian, santri akan bisa berpikir kritis dan selektif, tidak mudah kagum terhadap konsep baru, yang datangnya dari Barat.
Menurut Habib Geys, panggilan akrabnya, pembaharuan atau tajdid pada dasarnya telah dimiliki Islam secara dzatiyah, namun sering tidak digali dan disadari.
“Kadang kita mengaku orang yang idealismenya salaf, namun secara realitas kita sebenarnya modern, karenanya, yang terpenting adalah bagaimana cara kita terus berinovasi tanpa meninggalkan jiwa salaf,” tandasnya.
Habib Geys tidak setuju dengan tuduhan cara pandang salaf sebagai anti kemajuan. Ia mencontohkan, kaum Yahudi peradabannya maju berkat para rasul dan nabi yang diturunkan kepada mereka. Namun setelah habisnya masa kenabian mereka hancur, karena meninggalkan budaya salaf mereka.
“Oleh karena itu, tajdid harus terus bergulir, namun harus tidak melenceng dari rel syariat,” tambahnya.
Sementara itu, Gus Idror Maimoen Zubair dalam kesempatan itu, menyampaikan pesan Mbah Maimoen, bahwa salaf adalah orang yang masih menjaga tradisi baca kitab, yaitu pesantren. Salaf tidak bisa diartikan orang kuno, katrok, dan nggak mengerti manajemen. Malah salaf, lanjutnya adalah masa keemasan, kalau memang peradaban ingin maju maka harus kembali kepada salaf.
“Oleh karena itu, kesalahan kita pada era modern seperti saat ini, justru karena meninggalkan salaf,” jelas putra bungsu Mbah Moen ini.
Dalam pandangan Gus Idror, santri tidak perlu silau dengan kemajuan Barat, karena mereka hanya unggul dalam hal fasilitas dan kecanggihan teknologi, sedang kita unggul di atas mereka dalam hal prinsip kehidupan.
Ia mencontohkan, dulu dengan serba keterbatasan, Salaf bisa melahirkan ulama-ulama hebat seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan tokoh besar lainnya. Sementara hari ini, denga kemajuan yang ada dan kecanggihan yang semakin berkembang, justru tidak mampu melahirkan orang-orang hebat seperti mereka.
“Karenanya, kita perlu tanamkan kembali, bahwa kita kaum salaf ini unggul dalam esensi spiritual dan moralitas,” pungkasnya.
Sebelumnya, dalam sambutan atas nama penyelenggara, Mas Abdul Djalil Sholahuddin menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesedian peserta dalam mengikuti acara dauroh ilmiah. Acara daurah ilmiah ini, lanjutnya, sebagai wasilah mempererat ikatan silaturrahmi antar pesantren.
“Semoga acara ini dapat memotivasi kita untuk istikamah meneladani ulama salaf,” tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Milad 287 Sidogiri dan Ikhtibar 88 MMU berlangsung mulai Jumat (24/2) hingga hingga ditutup pada Rabu (28/2) dengan gelaran Shalawatan Sidogirian.
Sebelumnya telah digelar Malam Pembagian Hadiah (25/2), Daurah Ilmiah (26/2 pagi), Wisuda Bersama (26/2 malam), Bahtsul Masail Wustha (27/2 pagi).
Adapun Adapun malam puncak Milad 287 akan digelar pada Selasa (27/2) malam di Lapangan Sidogiri. (*/fpnu)