Surabaya (MAS) – Pimpinan Kantor Perwakilan Taiwan atau “Taipei Economic and Trade Office (TETO)” di Surabaya, Kamis (7/3), mengunjungi Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS).
Kunjungan Director General TETO Surabaya, Isaac Chiu, yang didampingi Deputy Director TETO Surabaya, William Jiang; Secretary TETO, Henny; General Affair, Eka; dan Intership, Nur Mujahadah Khoiriyah; itu, diterima oleh Ketua BPP MAS, Dr KHM Sudjak MAg.

“Kami senang mendapat kunjungan yang dapat membangun silaturahmi dan kerja sama antara Masjid Al-Akbar dengan Pemerintah Taiwan,” kata Sudjak.
Saat menerima kunjungan itu, Sudjak didampingi Kasie Usaha, Agoes Suroso; Kasie Pengamanan, Hendro Tjahjono; dan Kasie Sosial dan Remaja Masjid, Gana Hascarya.
Dalam kesempatan itu, Director General TETO Surabaya, Isaac Chiu, menyatakan kedatangannya ke MAS untuk menjalin hubungan yang lebih baik dan saling menghormati antar-agama di Indonesia dan Taiwan.
“Di Taiwan juga ada masjid besar seperti Masjid Al Akbar. Juga ada 350 ribu pekerja migran Indonesia, 18 ribu pelajar Indonesia, dan bahkan 30 ribu masyarakat asing dari Indonesia di Taiwan,” katanya.
Oleh karena itu, Isaac Chiu mengundang Ketua BPP MAS Sudjak untuk berkunjung ke Taiwan guna bertemu dengan pengurus masjid nasional, badan dialog, migran Indonesia, museum nasional, dan sebagainya.
“Dengan berkunjung akan tahu bahwa di Taiwan tidak ada masalah agama, negara kami memberi kebebasan dalam agama, bahkan saling menghormati antar-agama, nanti akan tahu bahwa hubungan antar-agama di negara kami yang cukup bagus,” katanya.
Apalagi, Isaac Chiu juga mengaku telah menemukan hubungan yang sama juga ada di Masjid Al-Akbar. “Tadi, saya baru datang juga melihat ada dua orang asing berkunjung ke Masjid Al-Akbar,” katanya.
Menanggapi hal itu, Ketua BPP MAS, Dr KHM Sudjak MAg, menyatakan pihaknya memang menjalin hubungan antar-agama yang saling menghormati, saling menghargai, dan saling membantu.
“Di sebelah masjid ini juga ada gereja, kami sering saling pinjam lokasi parkir kalau ada acara besar. Jadi, kami menerapkan saling toleransi, moderasi, dan sama-sama mencintai NKRI,” katanya.
Selain itu, kerja sama dengan pemerintah dari negara lain juga terjalin dengan baik, bahkan kerja sama dengan Perwakilan Taiwan juga sudah lama terjalin, dan karena itu perlu dibangun selamanya.
“Banyak juga perwakilan asing yang mengunjungi kami, seperti dari Jepang, Amerika, Taiwan, Afrika, Yaman, Saudi Arabia, yang datang tidak hanya tertarik dengan arsitektur masjid, tapi juga kenyamanan lingkungan masjid yang kita tata seindah mungkin,” katanya.
Tidak hanya itu, pelayanan MAS juga tidak membedakan usia, semuanya dilayani secara prima, baik anak-anak, generasi milenial atau GenZI (Generasi Z Islami), hingga lanjut usia (lansia).
“Untuk GenZI, ada pelayanan dakwah untuk anak-anak milenial berupa komunitas Majelis Subuh GenZI yang anggotanya ribuan, juga ada pelayanan entrepreneurship,” katanya.
Untuk lansia, pelayanan yang ada seperti senam jantung sehat, kajian Al-Qur’an khusus lansia, pengajian khusus ibu-ibu atau emak-emak. “Jadi, masjid ini ramah untuk semua,” katanya.
Sudjak menambahkan pihaknya juga bekerja sama dengan NU, Muhammadiyah, dan MUI dalam dakwah, asalkan pendakwah yang diundang dari mereka itu bisa merangkul atau Islam Rahmatan lil Alamin. (*/mas)