Surabaya, radar96.com – Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jatim, Abdul Mujib, mengatakan spirit hubbul wathon minal iman atau mencintai tanah air bagian dari iman sebenarnya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Penegasan disampaikan saat program Tabuh Maghrib yang digelar di Aula KH Bisri Syansuri, lantai 1, Gedung PWNU Jatim, Rabu (13/3/2024). Program Tabuh Maghrib tersebut digelar PWNU Jatim bersama lembaga, badan khusus, dan badan otonom NU.
Dalam dialog “ngabuburit” bertajuk ‘Hubbul Wathon dan Literasi Kewargaan’ yang juga menghadirkan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), Listiyono Santoso, itu, Abdul Mujib menyampaikan bahwa Rasulullah merupakan sosok yang sangat bangga dengan tanah kelahirannya.
“Rasulullah sangat ingat dimana lahir dan dibesarkan. Rasulullah bangga dengan tanah kelahirannya. Semangat tersebut menjadi landasan KH Abdul Wahab Hasbullah meyakinkan warga NU untuk mencintai Tanah Air,” katanya.
Dia menjelaskan, NU tidak bisa diragukan lagi dalam hal wawasan kebangsaan. Dalam konteks berbangsa bisa dilihat bagaimana sikap patriotisme warga NU dalam berjuang.
“Kita dulu diingatkan semboyan Bung Tomo sebelum perang harus sowan terlebih dulu kepada KH M Hasyim Asy’ari. Semangat cinta tanah air inilah yang menjadikan warga bangsa untuk berjuang memerdekakan Indonesia,” ucap pria asal Sidoarjo itu.
Sementara Ketua Lakpesdam PWNU Jatim, Listiyono Santoso mengatakan, literasi kewarganegaraan sebenarnya terkait dengan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini penting untuk diletakkan pada politik kebangsaan.
“Indonesia bukan negara agama, juga bukan negara kesukuan. Sebagai negara bangsa, maka kita perlu memberikan pemahaman secara baik bahwa konsep negara bangsa sudah selesai dan final,” ujarnya.
Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) itu menyebutkan, bila setiap orang paham akan hak dan kewajiban sebagai warga bangsa, maka ia akan menjalankan hak dan kewajiban itu dengan baik.
Senyatanya, tidak ada negara yang memiliki sekian banyak suku. Karena itu, kondisi suku yang demikian berbeda dan beragam tersebut hendaknya tidak melemahkan keberadaan setiap orang sebagai warga negara.
“Sehingga, orang Madura, Sunda, Papua, harus memiliki pemahaman kebangsaan yang sama. Ini yang harus dipahamkan kepada warga negara. Inilah yang disebut literasi kewarganegaraan,” tandasnya.
Sebagai informasi, program tersebut digelar selama empat hari dalam sepekan di bulan Ramadhan, mulai Selasa hingga Jumat. Adapun tema yang dibahas meliputi keagamaan, pendidikan, kesejahteraan warga, serta tema khusus perempuan, milenial, dan seni-budaya.
“Masjid Media Berdakwah”
Dalam program Tabuh Maghrib sebelumnya (12/3), narasumber yang dihadirkan ialah Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PWNU Jatim KH Ilhamullah Sumarkhan dan Ketua Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) PWNU Jatim H Hizbul Wathon.
H Hizbul Wathon dalam kesempatan itu menyampaikan, bahwa masjid merupakan sentral kegiatan keagamaan. Di dalam masjid itu banyak hal dapat dilakukan untuk menciptakan hamba-hamba Allah menuju ketakwaan.
“Banyak masjid ramai tapi jamaahnya tidak tersentuh sama sekali untuk peningkatan ketakwaan. Dan inilah yang harus kita ubah,” katanya.
Ia menyebutkan, di bulan Ramadhan banyak masjid menjadi primadona sebagai tempat kegiatan, baik keagamaan maupun non keagamaan. Hal demikian hendaknya dimanfaatkan sebagai momentum meningkatkan ketakwaan umat Islam.
“Karena itu, peran masjid di bulan Ramadhan hendaknya dapat menjadi media edukasi kepada masyarakat (jamaah), utamanya dalam hal ubudiyah atau amaliyah khusus di bulan Ramadhan,” tegasnya.
Menurutnya, masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga dapat menjadi tempat konsultasi segala kebutuhan hidup masyarakat. Karena itu, dakwah yang dilakukan harus berkaitan erat dengan sasaran dakwah itu dilaksanakan.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua LDNU PWNU Jatim, KH Ilhamullah Sumarkhan. Ia menyebutkan, bahwa materi dakwah yang disampaikan dai-daiyah hendaknya disesuaikan dengan segmen jamaah, baik tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan lainnya.
“Misal sasarannya adalah orang dalam kondisi kurang mampu, maka hal yang paling bermanfaat dalam berdakwah ialah dengan menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan misal pentingnya dan keutamaan mencari rizki,” tuturnya.
Dirinya pun menegaskan, bahwa masjid hendaknya dapat mewadahi kebutuhan masyarakat (jamaah) sebagai bentuk dakwah bil hal. Misalnya, dengan memberikan bantuan berupa lowongan kerja ataupun yang lainnya.
Ia mengaku bahwa LDNU PWNU Jatim telah menyiapkan banyak dai-daiyah untuk mensyiarkan ajaran Islam, baik di mushala atau masjid masyarakat umum ataupun kantor-kantor dinas pemerintahan.
Menurutnya, penyiapan dai-daiyah adalah bagian dari tugas yang diemban oleh Rasulullah, lalu dilanjutkan para dai-daiyah, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an. Peran dai-daiyah ini adalah untuk mengajak kebaikan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Disebutkan, bahwa kegiatan dakwah sesungguhnya bisa dilakukan kapan saja, tidak harus di bulan Ramadhan. Namun ketika bulan Ramadhan semangat meramaikan masjid yang dilakukan banyak kalangan semakin meningkat.
“Itu karena masjid merupakan media untuk berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam. Makanya, dalam kegiatan ini dapat bersinergi antara mubaligh atau dai-daiyah dengan takmir masjid,” pungkasnya.
Program Tabuh Maghrib tersebut disiarkan secara langsung di kanal YouTube TV9 dan beberapa kanal youtube lembaga/banom. Pasca itu, dilanjutkan podcast dengan tema terkait secara live di Instagram PWNU Jatim mulai pukul 17.00 WIB. Podcast ini bertajuk Obrolan Jelang Buka atau Ojeka yang menyasar generasi Z dan milenial. (*/fpnu)