Jombang (Radar96.com) – Beberapa pondok pesantren di Kabupaten Jombang, Jawa Timur memulangkan santri-santrinya lebih awal sebelum akhirnya pemerintah memperbarui kebijakan peniadaan mudik di bulan Ramadhan ini.
Awalnya, pemerintah melarang mudik sejak tanggal 6 hingga 17 Mei 2021. Namun, peraturan itu kemudian diperluas dalam bentuk “pengetatan syarat” bagi masyarakat yang hendak bepergian “sebelum dan sesudah larangan mudik”. Tidak hanya Jatim, santri “pulang awal” juga dilakukan pesantren di Cirebon dan Cianjur.
Di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, siap memulangkan santrinya pada 27-28 April 2021. Pemulangan santri ini momentum sakral, setelah cukup lama wali santri dilarang menjenguk ke pesantren.
Santri Tebuireng mulai kembali ke pesantren dalam beberapa gelombang setelah libur Covid-19 pada 2021. Santri mulai balik ke pondok pada Juli dan Agustus 2021. Selain kelas XII yang masih menetap di pesantren.
Penanggung jawab pemulangan santri Tebuireng Ustadz Ahmad Daru Qutni menjelaskan bahwa pihaknya sudah merencanakan pemulangan santri sejak beberapa bulan terakhir. Tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Teknis pemulangan santri dibuat beragam. Khusus santri di wilayah Provinsi Jawa Timur akan dipulangkan pada tanggal 27 April 2021. Dengan syarat harus dijemput orang tua atau wali santri. “Sebenarnya jadwal pemulangan ini sudah diatur cukup lama. Kita mandiri. Tidak dibantu pihak lain,” jelasnya, Senin (26/4).
Untuk pemulangan santri di luar Jawa Timur maka dilakukan pada tanggal 28 April 2021, meliputi santri Jawa Barat, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT dan Papua.
Titik penjemputan dan pemberangkatan dipusatkan di terminal Kawasan Makam Gus Dur (KMGD) dan Pesantren Sains Tebuireng 2 Jombang. “Ada sekitar 2.000-an santri yang dipulangkan sementara dari pesantren putra Tebuireng.
“Untuk menghindari penumpukan maka kita buat jadwal khusus penjemputan setiap daerahnya,” imbuhnya. Untuk santri yang Jawa Barat dan Jawa Tengah dibuatkan rombongan khusus. Dengan menyewa bus dan setiap busnya didampingi dua pengurus dari Tebuireng.
Khusus santri dari luar Pulau Jawa yang pulang lewat Bandara Juanda dan Pelabuhan Perak Surabaya akan diantar hingga terminal keberangkatan. “Untuk tiket dipesan oleh wali santri khusus pesawat dan kapal laut. Bagi kendaraan bus maka diatur oleh pengurus,” ungkapnya.
Secara khusus, pihaknya tidak meminta keistimewaan kepada pemerintah terkait pemulangan santri Tebuireng Jombang. Bagi santri yang didampingi kepulangan oleh pengurus maka dijadwalkan akan dijemput wali santri di titik penjemputan yang disepakati atau Masjid Agung setiap daerah.
“Kita buat aturan yang ketat agar santri dari pondok bisa langsung ketemu orang tua. Jadi keluar pesantren langsung diambil orang tua,” katanya.
Sementara itu, Pengurus Pondok Pesantren Ar-Raudloh Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Abdurrahman mengatakan pihaknya akan melakukan pemulangan santri pada 30 April 2021. Untuk teknis pemulangan akan dipusatkan di Gedung Serbaguna KH Hasbullah Sa’id.
Pemulangan santri akan dilakukan sesuai keputusan Ribath, di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum ini ada banyak pesantren kecil atau ribath. Ada yang mulai memulangkan santrinya pada tanggal 29 April 2021. Namun secara umum akhir April akan mulai ada pemulangan santri.
Di Bahrul Ulum sendiri terdapat santri kurang lebih 14 ribu. Santri tersebut berasal dari berbagai daerah seluruh Indonesia dan tersebar di belasan lembaga pendidikan mulai pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
“Wali santri yang akan jemput putranya, kita berikan surat jalan, surat ini dikeluarkan oleh Ribath masing-masing di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum,” tandasnya.
Keringanan dari Gubernur
Sebelumnya (22/4), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberi keringanan bagi santri pondok pesantren untuk pulang ke rumahnya masing-masing selama Lebaran.
Ia mengatakan bahwa kondisi para santri sudah libur memasuki masa libur lebaran Idul Fitri 1442 H. Mereka juga sudah tidak ada lagi kegiatan dan pelajaran di pesantren. “Para santri ini sudah libur, tidak ada pelajaran di pondok,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) itu (Antaranews, 22/4).
Untuk mensinergikan kebijakan yang ia ambil, Khofifah akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Agama. Untuk kepulangan para santri, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian. “Karena saat ini sudah mulai ada penjagaan di sejumlah daerah,” imbuhnya.
Untuk memastikan para santri bisa sampai rumah, Khofifah juga meminta para pengasuh pesantren untuk memberikan surat pengantar bagi para santri. Ia berharap para pengasuh pesantren dan para wali santri untuk tidak khawatir.
Selain Jatim, Pondok Buntet Pesantren Cirebon juga memulangkan santri-santri lebih awal, yakni pada Kamis (29/4). Ketua Bidang Kepesantrenan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren K Muhammad Lutfi NZ menyampaikan bahwa pemulangan itu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Menurut dia, para santri tidak dijemput di dalam area pondok. “Penjemputan dilakukan di luar area pondok Buntet. Bagi yang menjemput ke Buntet, tidak sampai masuk ke dalam,” katanya (25/4).
Kiai Lutfi juga mewajibkan kepada para santri agar melakukan karantina mandiri saat tiba di rumah masing-masing. “Kami memulangkan dengan catatan sesuai protokol kesehatan dan ketika datang juga harus gak boleh ke mana-mana untuk karantina mandiri,” ujarnya.
Para santri sudah diwajibkan kembali ke Pondok Buntet Pesantren sepekan setelah lebaran Idul Fitri, yakni pada 20 Mei 2021, atau bertepatan dengan tanggal 8 Syawal 1442 H.
“Tanggal 20 Mei 2021, mereka sudah harus kembali ke Pondok dengan tetap melalui protokol kesehatan dan menjalani karantina di pondok selama 14 hari tidak keluar ke mana-mana,” lanjutnya.
Tidak hanya Buntet, Pondok Pesantren Kiai Haji Aqil Siroj (KHAS) Kempek Cirebon juga memulangkan santrinya lebih dini, yakni pada Jumat (30/4). Melalui Surat Keputusan Pengasuh Nomor 189/B/KHAS/IV/2021, KH Muh Musthofa Aqil Siroj menetapkan kepulangan santri harus dijemput orang tua atau bersama rombongan satu daerah.
Untuk wilayah Al-Jadied, pemulangan dilakukan dari pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB, sedangkan wilayah Al-Qodiem dan Al-Ghadier pukul 13.00 WIB sampai 16.00 WIB. Penjemputan dilakukan di lokasi wilayah asrama masing-masing dengan tidak memperkenankan orang tua mendatangi asrama.
Adapun waktu kembali ke pesantren, santri harus dauh tiba pada Ahad, 23 Mei 2021 atau bertepatan dengan 11 Syawal 1442 H. Saat kedatangan, santri wajib memastikan dirinya dalam keadaan sehat dan harus mengikuti tes GeNose C19 yang dilakukan Pondok Pesantren KHAS Kempek.
Saat di rumah, wali santri dimohon untuk memantau putra dan putrinya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dan tidak mengunjungi tempat-tempat keramaian, juga memantau kegiatan dan pergaulannya selama masa libur di rumah.
Selain Jombang dan Buntet, ribuan santri Pesantren Al-Ittihad Cianjur, Jawa Barat terpaksa dipulangkan lebih awal karena ada larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka mencegah terjadinya penularan dan penyebaran Covid-19.
Humas Pesantren Al-Ittihad, Wandi Ruswanur mengatakan bahwa sebelum ada larangan mudik dari Pemerintah, pesantren Al-Ittihad telah merencanakan akan memulangkan 3.265 santrinya pada tanggal 2 Mei mendatang dan waktu pemulangannya terjadwal berdasarkan daerah asal santri.
“Namun, pemerintah mengeluarkan larangan terbaru per tanggal 22 April, sehingga pengurus memajukan kepulangan seluruh santri mulai Jumat (23/4),” kata Wandi (Antaranews, 23/4).
Menurut Wandi, pemulangan santri dibagi dua tahap, tahap pertama pada hari Jumat (23/4) sebanyak 1.000 santri yang berasal dari luar Jawa Barat secara resmi dipulangkan dan tahap kedua sebanyak 2.265 santri yang berasal dari Jawa Barat dipulangkan pada hari Sabtu (24/4).
“Untuk orang tua dari luar kota yang menjemput anaknya ke pondok, harus dilengkapi dengan surat keterangan bebas Covid-19 antigen, sehingga keamanan dan kesehatannya terjamin saat melakukan penjemputan,” pungkasnya.
Sementara itu, pemulangan santri lebih awal juga dilakukan oleh Pesantren Attawazun Kalijati, Subang, Jawa Barat yang telah memulangkan 700 santrinya pada hari sabtu kemarin (24/4).
Bagian Humas Pesantren Attawazun, Oking Sudrajat mengatakan bahwa awalnya para santri akan dipulangkan pada tanggal 3 Mei mendatang, namun karena ada aturan larangan mudik akhirnya terpaksa dimajukan.
“Biasanya para santri mengikuti kegiatan pondok sampai tanggal 20 Ramadhan, berhubung ada aturan pemerintah dan banyak dari orang tua yang mengkhawatirkan anak-anaknya tidak bisa pulang dan tidak bisa lebaran di rumah, akhirnya mereka dipulangkan lebih awal,” ungkapnya.
Ditambahkan Oking, walaupun para santri pulang lebih awal dari jadwal, namun mereka tetap diberi tugas yang harus dilaksanakan di tempatnya masing-masing selama bulan Ramadhan.
Sebelumnya pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 tentang larangan mudik pada tanggal 6-17 Mei 2021 dan pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) 2 pekan sebelum dan sepekan setelah masa peniadaan mudik, yakni 22 April-5 Mei 2021 dan 18-24 Mei 2021. (*/NO/NOJ)
Sumber:
*) https://www.nu.or.id/post/read/128367/pesantren-tebuireng-dan-tambakberas-jombang-pulangkan-santrinya-lebih-awal
*) https://www.nu.or.id/post/read/128287/para-santri-di-jawa-timur-diizinkan-mudik-lebaran
*) https://www.nu.or.id/post/read/128342/pesantren-di-cirebon-pulangkan-santri-lebih-awal-dengan-protokol-kesehatan
*) https://www.nu.or.id/post/read/128339/ribuan-santri-di-cianjur-dipulangkan-lebih-awal