Jakarta (Radar96.com) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyebut kemenangan Taliban mengalahkan pemerintah Afghanistan akan berdampak kepada Indonesia. Dampak itu, misalnya, orang radikal mendapatkan angin dan termotivasi sehingga mereka mengatakan: “Allah telah menolong dan memberi kemenangan pada gerakan Islam Taliban”. Hal itu menjadi justifikasi perjuangan mereka.
“Oleh karena itu kita harus waspada. NU, TNI, Polri, semua komponen bangsa ini harus semakin bersatu, semakin merapatkan barisan,” ajak Kiai Said, dalam Haul Syuhada Kemerdekaan Republik Indonesia dalam rangka memperingati HUT Ke-76 Kemerdekaan RI yang digelar secara daring pada Kamis, (19/8) malam.
Alumnus Universitas Ummul Qura, Makkah itu juga memberi semangat agar tak lelah dan takut dalam membela tanah air dengan mengutip sebuah hadits. “Man māta liajli wathanihi māta syahīdan waman khāna liwathanihi halālun damuhu. Barangsiapa mati demi membela negaranya, mati syahid. Barangsiapa berkhianat terhadap negaranya boleh dibunuh, boleh, halal darahnya,” ungkapnya.
Kiai kelahiran Cirebon pada 3 Juli 1953 itu juga mengutip Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 60. “Wal-murjifụna fil-madīnati lanugriyannaka bihim ṡumma lā yujāwirụnaka fīhā illā qalīlā. Orang-orang yang bikin gaduh di Madinah, usir Muhammad. Jangan beri kesempatan hidup di Madinah bersama kamu. Jangan menjadi tetanggamu,” tegasnya, menginterpretasikan.
Dalam kesempatan itu, kiai yang sering menggelorakan “hubbul wathan minal īman” itu juga mengajak semua pihak untuk terus mengawal dan menjaga keselamatan Indonesia. Bukan hanya secara geografis, yaitu menjaga batas negara, tetapi juga keselamatan budaya, akhlak, dan moralnya.
“Silakan sekolah di Arab, tapi pulang bawa ilmu, jangan bawa budaya Arab. Begitu pula yang sekolah di Amerika, Eropa, Australia, Jepang, Korea, silakan. Pulang bawa teknologi, jangan bawa budaya Barat,” pintanya. Ia mengingatkan, jangan mentang-mentang keluaran Barat atau Amerika, kemudian ke sana ke mari membawa pacar, minum wiski di pinggir jalan.
Menurutnya, tidak pantas orang Indonesia seperti itu. “Budaya kita lebih mulia, lebih unggul daripada budaya luar negeri baik Arab, Eropa maupun Amerika,” aku kiai yang pernah 13 tahun lebih tinggal di Arab itu.
Tidak Mungkin Memberontak NKRI
Sejarah mencatat, dari dulu sampai sekarang peran kiai-kiai NU dalam merawat keutuhan NKRI sudah terbukti. Oleh karena itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan, tidak akan mungkin kiai NU memiliki niat untuk mengancam keutuhan NKRI.
“Saya yakin, tidak ada satu pun Kiai NU yang berniat memberontak NKRI, meskpiun ia hanya seorang kiai ndeso,” jelas KH Said Aqil Siroj saat mengisi acara Haul Para Syuhada Kemerdekaan Republik Indonesia yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube TVNU, Kamis (19/8).
Sejumlah jejak sejarah menjadi bukti loyalitas kiai-kiai NU terhadap bangsa. Kiai Said menyebutkan, KH Hasyim Asy’ari yang terkenal dengan jargon hubbul wathan minal iman-nya; Muktamar NU tahun 1936 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan mencetuskan Indonesia sebagai Darus Salam (negara damai), bukan Darul Islam (negara Islam); dan Muktamar NU di Situbondo tahun 1984 menegaskan NU menerima asas tunggal Pancasila.
Dalam forum yang juga dihadiri KH Abdullah Kafabihi Mahrus itu, Kiai Said menjelaskan, saking kentalnya semangat nasionalis pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, jargon hubbul wathan minal iman (naisonalisme bagian dari iman) dikenal luas, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga mancanegara.
“Jargon itu diakui ulama dunia. Saking terkenalnya, sampai-sampai dikira hadits. Padahal itu jargon Mbah Hasyim,” papar Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah itu.
Dijelaskan oleh Kiai Said, berkat jasa para ulama, Indonesia tidak menjadi negara sekuler yang memisahkan urusan agama dengan negara. Juga bukan negara Islam, yang justru akan mengancam keutuhan Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.
Kiai Said menyayangkan para pejuang di Timur Tengah. Banyak pejuang Muslim yang bukan nasionalis kendati beragama Islam. Sebaliknya, banyak pejuang nasionalis tetapi bukan Muslim. Akibatnya, antara kedua pihak tidak menemukan titik temu dan banyak terjadi konflik.
“Berbeda di Indonesia. Pejuang Muslim, ya pejuang nasionalis. Pejuang nasionalis, ya pejuang Muslim. Tinggal kita sekarang, bagaimana menerima estafet amanah yang sangat berat ini. Mari kita jaga dan rawat keberlangsungan NKRI,” pungkas Kiai Kelahiran Cirebon pada 68 tahun lalu itu.
Fakta yang ada mencatat Taliban memang bukan Alqaeda atau ISIS, apalagi HTI, tapi Taliban juga bukan “role model” karena Taliban suka dengan cara-cara kekerasan. Gaya walisongo sudah paling tepat dan juga sudah mulai mendunia. (*)
Sumber:
*) https://www.nu.or.id/post/read/130871/taliban-berkuasa-kiai-said-ajak-masyarakat-kawal-keselamatan-indonesia
*) https://www.nu.or.id/post/read/130865/ketum-pbnu–kiai-nu-tidak-mungkin-memberontak-nkri