Jakarta (Radar96.com/www.nurfmrembang.com) – Rais ‘Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar beserta istri berziarah ke makam guru sekaligus mertuanya, Syekh KH. Masduqi bin Sulaiman Al-Lasimy, di Pondok Pesantren Al Ishlah Lasem, Jawa Tengah, Senin (10/1/2022).
Radio Nur FM Rembang (10/1/2022) melaporkan kunjungan Kiai Miftah beserta istri ke Lasem tidak hanya berziarah, melainkan menghadiri pernikahan salah satu kerabat di Lasem.
“Kebetulan beliau sebelumnya ada acara menghadiri pernikahan salah satu keluarga Lasem. Habis itu terus ziarah dan langsung balik ke Jakarta,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah Tsani, KH. Achmad Midkhom Hakim, atau akrab disapa Gus Mimid.
Gus Mimid yang juga merupakan keponakan Kiai Miftah menambahkan, bahwa Kiai Miftah telah dijadwalkan hadir dalam acara Haul Syekh Masduqi pada 20 Januari 2022.
Syekh Masduqi merupakan seorang ulama yang ahli di bidang fikih, nahwu, Sharaf, tasawuf, dan banyak fan lainnya. Nasab beliau tersambung kepada Asy-Syeikh As-Sayyid Mutamakkin Kajen, Pati.
Jauh sebelum beliau lahir, seorang ulama besar bernama Sayyid Abdurrahman (Mbah Sareman) asal Nganjuk yang tinggal di Lasem memprediksi akan ada Macan Putih dari barat yang akan menempati sebuah tempat di Lasem.
Tempat yang dimaksud adalah lokasi sebelum Pondok Pesantren Al Ishlah berdiri, sebab lokasi tersebut merupakan sarang maksiat. Ternyata Macan Putih yang dimaksud Sayyid Abdurrahman adalah Syekh Masduqi Al-Lasimy, sejak Syekh Masduqi menempati lokasi tersebut banyak lahir ulama-ulama besar di bawah bimbingan beliau.
Di antara murid beliau adalah KH. Hamid Pasuruan, KH. Bisri Mustofa Rembang, KH. Masyhuri Rejoso, KH. Mahrus Ali Lirboyo, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Miftachul Akhyar, KH. Mukhtar Lutfi, KH. Imam Daroini, dan masih banyak lagi.
Syekh Masduqi lahir pada sekitar tahun 1908 M, di Desa Soditan, Kecamatan Lasem, Rembang. Beliau wafat pada 17 Jumadil Akhir 1396 H/1975 M.
Syekh Masduqi selalu menjadi panutan bagi para santri-santrinya, keluasan ilmu yang dimiliki tersampaikan dengan cara beliau sendiri. Tawadhu, wira’i, tawakkal, dan semangat mengajar yang dimiliki Syekh masduqi memberikan ruang tersendiri di hati para santri.
“Pernah suatu ketika, saat para santri kembali dari rumah dengan membawa oleh-oleh untuk diberikan kepada Syekh Masduqi, beliau selalu bertanya dari mana asal jajan tersebut. Jika jajan tersebut berasal dari orang tuanya, maka Syekh Masduqi dengan senang hati menerimanya. Namun jika oleh-oleh tersebut dibelinya dari luar, maka beliau enggan menerimanya dengan berkata, Haram! Awakmu disangoni Bapak-Ibumu dingge sangu mondok, ora dingge nukokke jajan aku,” (Haram! Kamu diberikan uang saku oleh orang tuamu untuk mondok, bukan untuk membelikanku oleh-oleh),” katanya.
Sementara itu, KH Miftachul Akhyar ditetapkan sebagai Rais Aam PBNU melalui musyawarah mufakat sembilan anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) pada Muktamar ke-34 NU di Lampung, Kamis (23/12/2021). Sosok Kiai Miftah tak bisa dilepaskan dari sosok gurunya, salah satunya adalah Syekh KH Masduqie bin Sulaiman al-Lasimi yang kemudian menjadi mertuanya.
KH Miftachul Akhyar adalah putra dari KH Abdul Ghoni, seorang pengasuh Pondok Pesantren Akhlaq Rangkah, Surabaya. KH Miftachul Akhyar sendiri merupakan pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.
KH Miftachul Akhyar diketahui pernah nyantri di beberapa pesantren ternama diantaranya Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, dan Pondok Pesantren Al Islah Lasem.(*/www.nurfmrembang.com)
Sumber:
*) https://www.nurfmrembang.com/nahdlatul-ulama/rais-aam-pbnu-kh-miftachul-akhyar-ziarah
*) https://www.laduni.id/post/read/74008/ziarah-ke-makam-syekh-masduqi-lasem-kh-miftachul-akhyar-dijadwalkan-hadir-di-haul-syekh-masduqi