Boyolangu, Tulungagung, radar96.com –
Bertepatan dengan minggu pertama bulan sya’ban, Ranting NU Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, menutup/akhir kegiatan rutinan silaturahmi MWC (Majelis Wakil Cabang) NU Boyolangu dan NU Ranting se wilayah kecamatan Boyolangu (4/2/2025).
Bertempat di Balai Desa Gedangsewu, kegiatan setiap bulan (jawa : selapan) sekali tersebut di ikuti ratusan jamaah yang terdiri dari seluruh jajaran Pengurus Harian MWC, pengurus lembaga, banom serta pengurus ranting NU se Kecamatan Boyolangu.

Sebelum musyawarah silaturahmi dimulai, acara diawali terlebih dahulu dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya serta bait lirik Ya Lal Wathon ciptaan KH. Wahab Hasbulloh.
KH. Nasihudin Alwi, selaku Rois Syuriah MWC NU Boyolangu menyampaikan beberapa hal mengenai nilai kebaikan yang terdapat dalam kemulyaan bulan sya’ban.

Menurut KH. Nasih, bulan Sya’ban adalah bulan dimana Allah SWT dengan rahmad Nya akan menjadikan manusia berbebas dari siksa api neraka, yang dikecualikan bagi 5 golongan.
Lima golongan yaitu :
Musyrik atau menyekutukan Allah,
Seseorang yang masih bermusuhan terhadap sesama lainnya, dan Seseorang yang memiliki sifat kesombongan atas segala hal yang dimiliki.
Selain itu, seseorang yang memutuskan silaturahmi, dan pemabuk yang senantiasa minum minuman keras.
KH Nasih menambahkan bahwa Sayyid Alwi Al Maliki dalam salah satu kitab karangannya menjekaskan, bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya seluruh amal manusia secara besar besaran selama kurun waktu satu tahun.
Sebelumnya, Ketua Ranting NU Desa Gedangsewu, Miswan, menyampaikan pentingnya tali silaturahmi karena merupakan perwujudan dari menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara itu, dalam tausiahnya, KH. Anang Muhsin sekaligus Wakil Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tulungagung menerangkan mengenai kebiasaan masyarakat jawa, dimana sebelum memasuki bulan ramadhan selalu melaksanakan selamatan (jawa : megengan) dan ziarah kubur.
Disampaikan oleh KH. Anang Muhsin, bahwa amalan tersebut tidak bertentangan dengan hukum agama. Karena diqiyaskan pada apa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya “Man Fariha Biduhuni Ramadhan, Harramallahu Jasadahu ‘alan Niran”.
“Barang siapa bersuka cita atas datangnya bulan ramadhan, maka Alloh mengharamkan jasad seseorang tersebut dari api neraka”, terang KH. Anang (4/2).
Dijelaskan oleh KH. Anang, melakukan selamatan sebelum datangnya bulan ramadhan mempunyai korelasi dengan hadist Nabi Muhammad tersebut. Dimana selamatan di akhir sya’ban (sebelum ramadhan) merupakan ungkapan rasa bahagia masyarakat jawa sehingga memberikan sedekah kepada sesama dan lingkungan dengan melaksanakan selamatan. (*/mlq)