Oleh Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari *)
Allah Subhanahu Wata’ala, Zat yang mesti benar firman-Nya, telah berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya: “Dan apabila sembahyang telah diselesaikan maka berpencaranlah kamu (bubarlah) di bumi dan carilah fadhal (rahmat) Allah. Dan sebutlah Allah banyak-banyak, agar kamu sekalian mendapat kebahagiaan” (Q.S. Al-Jumu’ah, 10).
Di dalam tafsirnya, Ibnu Djarir menyebutkan demikian, Firman Allah: “Wabtaghu Min Fadhlillah”
(dan carilah akan rahmat Allah) bisa juga berarti: Dan carilah rizqi Allah, Dia-lah yang menggenggam kunci gudang kekayaan, baik untuk keduniaan, maupun untuk keakhiratan kamu sekalian (Dari tafsir Ibnu Djarir Jilid 28 katja 62).
Diceritakan oleh Sayyidina Anas r.a., bahwa junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. bersabda, yang artinya: “Tak ada seorang muslim yang menanam tanaman atau mencocokkan tumbuh-tumbuhan, kemudian tanaman itu dimakan burung atau manusia atau binatang, melainkan dihitung menjadi shadaqah (sedekah) baginya (Bukhori II/30).
Diceritakan oleh Sayyidina Djabir, bahwa junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda, yang artinya: “Tak ada seorang yang menanam tanaman, melainkan bahwa sebagian dari tanaman itu yang dimakan orang menjadi shadaqah baginya, dan yang dicuri orang dari padanya juga jadi shadaqah, dan yang dimakan binatang buas dari padanya juga jadi shadaqah. Pun yang dimakan burung dari padanya jadi shadaqah pula; dan tak ada sebagian dari tanaman itu yang dibencanai orang, melainkan jadi shadaqah baginya”.
Diceritakan oleh Sayyidina Djabir pula, bahwa junjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. telah masuk pada ladang kurma kepunyaan ummi Mubassyir, maka bersabdalah ia, yang artinya: “Tidak adalah seorang muslim menanam tanaman dan tidak pula mencocokkan tumbuh – tumbuhan, kemudian dimakan orang dari padanya, atau binatang atau lainnya, melainkan itu menjadi shadaqah baginya (Muslim I/678).
Pendek kata, bapak Tani adalah gudang kekayaan, dan dari padanya itulah Negeri mengeluarkan belanja bagi sekalian keperluan. Pak Tani itulah penolong Negeri apabila keperluan menghendakinya dan diwaktu orang mencari-cari pertolongan. Pak Tani itu ialah pembantu Negeri yang boleh dipercaya untuk mengerjakan sekalian keperluan negeri, yaitu di waktunya orang berbalik punggung (tak sudi menolong) pada negeri; dan Pak tani itu juga menjadi sendi tempat negeri didasarkan” (Dari
Muntaha Amaali’I Khuthabaa’ katja 355).
Setengah ahli Hikmat mengatakan: “Bahwasannya teraturnya agama adalah bergantung pada teraturnya dunia, sedang teraturnya dunia adalah bergantung pada uang. Dan uang itu terkumpul dari pada rakyat, sedang teraturnya hidup rakyat adalah bergantung pada sikap Pembesar – pembesarnya yang adil” (Dari Itchafu’Sadah Al-Muttaqin I/52).
Ketahuilah, bahwa ketertiban dunia dan
teraturnya adalah berhasil dengan 6 perkara. Yakni yang menjadi sendi dunia:
- Agama yang diturut orang.
- Pemerintahan yang berpengaruh.
- Keadilan yang merata.
- Ketenteraman yang meluas.
- Kesuburan tanah yang kekal, dan
- Cita-cita yang luhur. (Dari Adabud Dunya Waddin katja 97).
*) Tulisan Rais Akbar Hadratussyeikh KHM Hasyim Asy’ari yang disarikan ulang oleh KH Abdul Hakim Mahfudz, cicit Hadrassyeikh KHM Hasyim Asy’ari dan Ketua PWNU Jatim 2024-2029