Surabaya, radar96.com – Tim Penguatan dan Pengembangan Ekonomi Berbasis Pesantren (Ekotren) melalui “One Pesantren One Product” (OPOP) Provinsi Jawa Timur menargetkan 2.000 Pesantren Berdaya hingga akhir tahun 2030.
“Hal itu sudah kami bahas dalam Rapat Kerja (Raker) di Surabaya pada 5-6 Mei 2025. Raker ini menjadi momen penting pasca dikukuhkannya Tim Ekotren OPOP Jatim oleh Gubernur Jatim pada April lalu,” kata Ketua Harian OPOP Jatim, Dr Endy Alim Abdi Nusa, di Surabaya, Selasa.

Ia menjelaskan salah satu tugas Tim Ekotren OPOP Jatim sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor: 100.3.3.1/250/013/2025 adalah menyiapkan dan melaksanakan kegiatan penguatan dan pengembangan ekonomi berbasis pesantren melalui OPOP.
“Program OPOP hendaknya mendorong kemandirian ekonomi pesantren serta memperkuat peran pesantren dalam Pembangunan daerah. OPOP memang bertujuan menjadikan pesantren sebagai basis pemberdayaan ekonomi umat melalui tiga pilar, yaitu pesantrenpreneur, santripreneur dan sosiopreneur,” katanya.
Endy yang juga Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur itu menjelaskan dari 22.039 koperasi aktif di Jawa Timur, terdapat 626 koperasi pondok pesantren aktif dengan jumlah anggota 85.472 dan volume usaha mencapai Rp870,78 Miliar.
“Kita ingin memastikan bahwa seluruh unit usaha di bawah naungan pesantren dapat berkembang dengan sehat, mandiri, dan berdaya saing tinggi,” ungkap Endy.
Raker OPOP Jatim ini membahas road map penguatan dan pengembangan OPOP Jatim 2025-2030, yang salah satu fokusnya adalah meningkatkan kemandirian ekonomi pondok pesantren yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan Masyarakat di Jawa Timur.
Dalam arahannya, Asisten 3 bidang Administrasi Umum Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr. KH. Akhmad Jazuli, M.Si., menyampaikan pentingnya program pemberdayaan ekonomi pondok pesantren.
“Pondok Pesantren itu kan mengemban tiga fungsi sekaligus, yaitu fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Nah, mana mungkin pesantren bisa menjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat dengan baik, kalau pesantrennya sendiri belum berdaya?,” kata Jazuli.
Selain itu, Jazuli ini juga menekankan pentingnya kekompakan tim dalam menjalankan program kerja OPOP Jawa Timur. “Saya berharap Tim OPOP Jatim yang terdiri dari berbagai unsur diantaranya Akademisi, Praktisi Bisnis, Asosiasi, Organ Perangkat Daerah, dan Media dapat menjaga kekompakan dalam mengemban tugas mulia ini,” kata Jazuli.
Sementara itu, Sekretaris Tim OPOP Jawa Timur, Mohammad Ghofirin mengungkapkan target pesantren yang akan diberdayakan melalui program OPOP selama 5 tahun mendatang yakni minimal 2.000 pesantren sampai akhir 2030.
“InSya-Allah, Tim siap bekerja maksimal. Kami punya pengalaman selama 5 tahun kemarin, tahun 2019-2024, program OPOP yang diinisiasi oleh Ibu Gubernur Khofifah Indar Parawansa, berhasil memberdayakan 1.210 pondok pesantren,” katanya.
Oleh karena itu, Ghofirin yang juga dosen Universitas NU Surabaya itu mengaku optimis hingga akhir 2030 minimal 2.000 pondok pesantren akan diberdayakan.
Raker OPOP Jatim dilaksanakan selama 2 hari dan diikuti oleh berbagai unsur, diantaranya nampak hadir perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, OJK Jawa Timur, ITS, Unair, Unusa, ACSB, Kemenag, Kadin, RRI, TVRI, OPD terkait dan beberapa perwakilan Pondok Pesantren di Jawa Timur. (*/opop)