Surabaya, Radar96.com – Kasubditbintibsos Ditbinmas Polda Jatim AKBP Bahrun Nasikin S.Ag, MA meminta jamaah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) untuk mewaspadai tiga kasus yakni kecelakaan lalu lintas, kasus narkoba, dan kejahatan digital.
“Izinkan kami menyampaikan sejumlah informasi, karena pepatah Arab menyatakan bahwa upaya memberi informasi itu bagian dari solusi,” katanya dalam sambutan di hadapan jamaah MAS setelah Sholat Asar di masjid itu, Kamis (22/6/2023).
Didampingi Ketua Badan Pelaksana Pengelola (BPP) MAS DR KHM Sudjak dan sejumlah staf Ditbinmas Polda Jatim, ia menjelaskan kecelakaan lalu lintas (laka lantas), kasus narkoba, dan kejahatan digital melalui medsos adalah tiga kasus yang selalu meningkat setiap tahunnya.
Pertama, kasus laka lantas tahun 2022 di Jatim meningkat 40 persen daripada kasus laka lantas pada tahun 2021. Hingga Desember 2022, tercatat 27.003 kasus laka lantas dengan 4.889 korban meninggal dunia, sehingga setiap hari ada 13 meninggal dunia di Jatim.
“Hasil anev (analisa dan evaluasi) kami, mayoritas laka lantas itu disebabkan oleh human error atau faktor manusia, misalnya menerjang lampu merasa dan merasa paling sibuk, sehingga mengambil hak orang lain. Itu kemaksiatan, karena mengambil jalan yang menjadi hak orang lain itu juga pelanggaran,” katanya.
Ada juga faktor penyebab lain, seperti menyalip kendaraan lain dari sisi kiri, melakukan kebut-kebutan, rem blong, ban halus, jalan berlubang, cuaca, dan sebagainya, tapi bukan mayoritas. “Kalau berdoa dan mematuhi peraturan lalu lintas, inSya-Allah aman,” katanya.
Kedua, kasus narkoba. Polri mencatat 1,9 persen penduduk Indonesia bergantung pada narkoba. Di Jatim ada 5.500 kasus narkoba per tahun dengan 7800 tersangka. “Coba cek setiap LP itu mayoritras kasus narkoba, jadi tugas kita untuk bentengi keluarga dan kerabat agar waspada terhadap bahaya narkoba,” katanya.
Ketiga, kejahatan saat ini beralih ke medsos. Dengan HP (handphone), katanya, banyak penipuan berkedok hadiah, iming-iming pekerjaan luar negeri dengan gaji besar, jual beli barang yang tidak sesuai penawaran, dan sebagainya.
“Setiap hari selalu ada laporan penipuan melalui medsos. Dengan HP, kita bisa meningkatkan amal saleh, contoh share info pengajian, tapi kalau share berita hoaks bukan amal jariyah tapi dosa jariyah, karena tersebar di berita, tiktok, youtube,” katanya.
Ia menegaskan bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk majemuk dengan 300 lebih etnis, 1.331 suku, enam agama, 742 bahasa daerah, dan sebagainya, sehingga warga Indonesia rawan diadu domba.
“Alhamdulillah, ada semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan dibawah naungan Pancasila serta NKRI sehingga Indonesia tetap utuh dan jaya Indonesia bukan negara agama, tapi negara yang beragama, karena Pancasila itu selaras dengan ajaran agama, apalagi Pancasila itu juga dirumuskan oleh para ulama,” katanya. (*/mas)



