Jakarta (Radar96.com) – Hasil riset lama yang dikeluarkan oleh lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 18-25 Februari 2019 tapi tergolong survei terbaru sampai saat ini (2021), mendaulat Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Hasil survei tersebut menetapkan ormas NU yang lahir di Surabaya pada 31 Januari 1926 itu berada pada posisi teratas dengan jumlah persentase 49,5 persen dari 250 juta penduduk Indonesia, atau 108 juta nahdliyyin.
Survei itu melibatkan sebanyak 1.200 responden ini dilakukan melalui wawancara secara langsung yang dipilih menggunakan multistage random sampling. Dari total responden, komposisi pemilih Muslim sebesar 87,8 persen, sedangkan pemilih minoritas 12,2 persen, sedangkan margin of error atau tingkat kesalahan survei ini pada kisaran 2,9 persen.
Ormas Muhammadiyah yang lebih dulu lahir daripada NU, harus puas berada pada peringkat kedua dengan memiliki jumlah persentase yang sangat jauh bila dibandingkan dengan NU, yakni berjumlah 4,3 persen.
Pada urutan ketiga diduduki oleh gabungan ormas Islam lain berjumlah 1,3 persen, mengalahkan ormas Persatuan Alumni 212 (PA 212) yang berjumlah 0,7 persen dan ormas FPI yang berjumlah 0,4 persen.
Namun, ada 35 persen orang yang tidak merasa bagian dari ormas yang jumlahnya justru mengalahkan ormas-ormas Islam, kecuali NU.
Survei LSI ini membuktikan bahwa NU saat ini bukan hanya sebagai pemilik ormas terbesar dalam skala nasional saja, namun juga membuktikan bahwa NU adalah ormas terbesar di dunia. Jika saat ini total seluruh penduduk Indonesia berjumlah kurang lebih 250 juta penduduk dengan jumlah penduduk Muslim yang berkisar 87 persen, maka NU dengan persentase 49,5 persen yang dimiliki, memiliki basis massa yang berjumlah kurang lebih 108 juta orang.
Sebentar lagi (1926-2026), NU memasuki usia seratus tahun, bukan hanya akan “menghijaukan” Indonesia saja, namun juga “menghijaukan” dunia.
Penguatan Jam’iyah
Menjelang Satu Abad NU itu, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim akan menguatkan posisi Jam’iyah/organisasi melalui turba ke 18 titik PCNU se-Jatim sesuai zona yang ada mulai pada Sabtu (29/05/2021).
“Tujuan kami turba adalah untuk konsolidasi organisasi supaya NU dalam satu abad ini semakin kokoh dan bersatu antara jam’iyyah dan jamaah, sehingga tercipta langkah yang sama antara PWNU sampai ranting,” kata Katib Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Syafrudin Syarif, di Surabaya (25/5/2021).
Menurutnya, jika hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka kehadiran NU akan semakin berarti di mata masyarakat.
“Jika itu terjadi, maka NU, khususnya di Jatim, akan sangat bermanfaat dan diperhitungkan oleh masyarakat, serta kehadirannya akan dirasakan dan gerakannya akan selalu membawa manfaat dan maslahah bagi umat,” ujarnya.
Untuk memperkuat posisi NU itu, PWNU Jatim akan menyampaikan sejumlah program strategis kepada PCNU dalam turba, diantaranya tertib organisasi atau kembali pada AD/ART yang sudah disepakati bersama. Selain itu, PWNU Jatim akan menyampaikan tentang pentingnya literasi digital NU yang harus digalakkan oleh masing-masing PCNU hingga ke ranting.
“Program-program yang kita buat, baik yang menyangkut tentang diniyah maupun ijtimaiyah itu, betul-betul dapat disosialisasikan kepada masyarakat dengan baik. Oleh karena itu, nanti ada yang disebut dengan literasi NU. Di situ ada peningkatan literasi di setiap cabang yang kita minta ada tim untuk teknologi informasi, sehingga apa yang sudah dilakukan oleh NU dan keilmuan para ulama NU bisa diekspose melalui media NU,” jelasnya.
Program penting lainnya, PWNU ingin di setiap PCNU memiliki layanan konsultasi keagamaan secara gratis untuk masyarakat. “Kita ingin nantinya agar PCNU membuka layanan konsultasi keagamaan secara gratis agar masyarakat jika ada permasalahan agama bertanyanya pada NU. karena kita yakin jika NU yang menjawab tidak hanya maslahah untuk pribadi namun juga maslahah untuk lingkungan dimana kita hidup,” ucapnya.
Selain layanan konsultasi keagamaan, PWNU menginstruksikan di setiap cabang agar memiliki Baitul Mal wat Tamwil (BMT) agar ekonomi umat dapat bangkit. “NU sejak sebelum berdiri kita sudah merintis nahdlatut tujjar. Ini kita hidupkan kembali agar kesejahteraan pengurus NU masyarakat NU pemasukan per kapitanya naik,” tambahnya.
Selain layanan konsultasi keagamaan dan layanan ekonomi lewat BMT, kesehatan juga menjadi sorotan utama PWNU untuk kesejahteraan masyarakat. “Kita juga menginginkan dalam menyongsong 100 tahun NU ini setiap cabang punya fasilitas kesehatan, sehingga nantinya kesulitan-kesulitan kesehatan masyarakat akan teratasi,” harapnya.
Untuk semua itu, PWNU Jatim akan berusa mewujudkan pembangunan NU Center melalui kebersamaan PCNU se-Jatim. “Diperkirakan akan menelan biaya Rp750 miliar. Untuk itu, suatu hal yang tidak mustahil jika kita bisa bersama-sama bisa membangunnya,” pungkasnya. (*/LSI/NO)
Sumber:
*) LSI Denny JA (survei 2019)
*) https://jatim.nu.or.id/read/turba-nu-jatim–kuatkan-konsolidasi-jam-iyah-menuju-satu-abad