Jombang (Radar96.com) – Presiden Joko Widodo menilai inisiator, pendiri, dan penggerak Jam’iyah NU KH Abd Wahab Chasbullah merupakan ulama besar yang memiliki wawasan luas, pandangan yang jauh kedepan, dan cita-cita mulia yang mengajarkan cinta Tanah Air.
“Pahlawan nasional Almaghfurllah KH Abd Wahab Chasbullah adalah ulama pejuang yang mengajarkan cinta Tanah Air, hubbul wathon minal iman, yang menggelorakan semangat kebangsaan, dan selalu berjuang untuk tegaknya NKRI,” katanya dalam sambutan virtual pada Haul Emas Virtual KH Abd Wahab Chasbullah yang disiarkan dari Jombang, Selasa malam.
Presiden Jokowi mengatakan teladan akhlak dari KH Abd Wahab Chasbullah akan terus abadi dan menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia, terutama saat menghadapi kondisi bangsa seperti saat ini. “Saya yakin dengan berbekal doa para kiai dan ikhtiar seluruh masyarakat, kita akan mampu melewati ujian dan cobaan yang sulit ini dengan kemenangan,” katanya.
Dalam Haul ke-50 KH Abd Wahab Chasbullah yang juga dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj (daring) dan Gubernur Jatim Khofifah (luring) itu, pendakwah asal Yogyakarta H Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) mengajak warga NU untuk meneladani pendiri NU dan pejuang NKRI KH Abd Wahab Chasbullah.
“Untuk meneladani hikmah beliau yang luar biasa pada NU, kita jangan meninggalkan tradisi lama yang masih baik di lingkungan NU, diantaranya madrasah diniyah (madin), ngaji Qur’an dengan Turutan, ziarah kubur, tahlil, dan sebagainya, kita harus malu kepada beliau, karena kita bukan siapa-siapa dan tidak ada apa-apanya,” katanya.
Dalam refleksi pada Haul Virtual yang juga ditandai dengan peluncuran Asosiasi YouTuber Santri Indonesia (AYSI) itu, Gus Miftah yang juga pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta menilai warga NU sekarang sudah “mengubah” tradisi para ulama, semisal madin jadi TPQ/TPA, mengganti Turutan dengan Iqro, ziarah kubur diganti dengan wisata religi, tahlil diganti kalimah thoyyibah.
“Saya datang haul untuk ngalap barokah, kalau kita mau ngalap barokah ya jaga tradisi yang baik, seperti Imam Maliki yang ngalap barokah pada Imam Syafii, padahal itu muridnya. Untuk itu, kita pakai madin, kalau TPQ atau TPA milik orang lain. Juga Iqro. Ziarah atau tahlil itu khas, kalau wisata atau kalimah thoyyibah bisa macam-macam, bukan khas,” katanya.
Hal itu juga diceritakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj. “Mbah Wahab Chasbullah itu merupakan tokoh yang dihormati semasa hidup hingga wafatnya, karena memiliki visi dan misi untuk kebangsaan yang diemban dengan amanah, bukan sekadar hidup, namun ada tujuan insaniah yang dipertanggungjawabkan kepada-Nya,” katanya.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar menyatakan KH Abd Wahab Chasbullah itu merupakan tokoh yang “pasang badan” untuk kemerdekaan dan kejayaan NKRI. “Beliau rela di-bully dan bahkan dikafir-kafirkan, asalkan NKRI tetap harga mati, tidak diganti negara radikal, sekuler, liberal, negara agama, atau negara atheis,” katanya.
Menurut dia, kegigihan KH Abd Wahab Chasbullah membela NKRI itu karena sistem NKRI untuk negara majemuk itu sudah sesuai dengan sunnah Rasulullah, sebab Kota Madinah juga menaungi semua suku dan agama, bahkan Nabi sempat menyatakan siapa yang mengganggu non-Muslim “dzimmi” itu berarti menyakiti dirinya.
“Ibarat buka toko atau warung yang diberi nama toko artomoro, warung lumintu, dan nama macam-macam, namun hal penting bukan nama, melainkan pemiliknya amanah, timbangan jujur, harga berkualitas, janji tepat, zakat, shalat ya itu warung Islam, meski tanpa nama warung Islam. Itu sama dengan NKRI yang bukan dengan menyebut Islam,” katanya.
Haul Emas Virtual 50 Tahun KH Abd Wahab Chasbullah yang disiarkan langsung dari Masjid Jami’ Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur itu disiarkan juga oleh 250 channel YouTube dengan total subcribe mencapai 4 juta dan MAXstream Telkomsel, yang menyebar di berbagai provinsi dan luar negeri. (*)