Tuban (Radar96.com) – Program One Pesantren One Product (OPOP) berpotensi menjadikan Indonesia bukan lagi negara berkembang namun negara berswasembada tanpa perlu banyak melakukan impor.
“Artinya OPOP harus terus meningkatkan produktivitasnya, sehingga mampu menjadikan negeri ini sebagai negara berswasembada,” kata Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (Apvokasi) Jatim, Dr Ir Jamhadi MBA, saat menjadi narasumber Program Dialog Kopilaborasi Sambang Pesantren bertema Strategi Pemasaran Produk Pesantren, di Aula Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Selasa (29/6/2021).
Guna memperluas pengenalan dan pemasaran produk oleh pesantren – pesantren ini, menurut Jamhadi, yakni kuncinya ada pada produk itu sendiri. “Kuncinya ya dari produk itu sendiri, karena produk itu dikatakan berhasil ketika konsumen membeli lagi dan merekomendasikan produk itu kepada temannya,” ujarnya.
Memasarkan produk memang tidak mudah, kata Jamhadi, melalui OPOP ini nantinya terjalin kolaborasi antar pesantren agar tercipta satu merek guna menekan cost produksi.
“Akan diusahakan untuk membuat satu merek, misalnya satu merek dari kolaborasi sepuluh ponpes (pondok pesantren), agar supply-nya cepat untuk dipasarkan ke khalayak banyak dan menekan ongkosproduksi,” terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa tahun 2017, pernah ditemui produk lokal pesantren dari Lamongan dan Tuban di Moskow yang sudah berhasil masuk ke pasar internasional. Dengan demikian perlu memperkuat empat hal guna mencapai pemasaran yang lebih luas lagi, yakni quantity, quality, product, dan price.
“Keempatnya merupakan hal yang perlu diperhitungkan ketika ingin memasarkan produk,” katanya.
Jamhadi juga menyampaikan pesan kepada para santri agar membalik keadaan, yang semula biasanya santri menjadi konsumen produk asing, namun bisa diubah dengan menjadikan orang asing sebagai konsumen produk santri.
“Harus diubah yang dulu menjadi konsumen produk asing maka sekarang orang asing yang menjadi konsumen produk kita atau bahkan kita menjadi konsumen produk kita sendiri,” ujarnya.
Dialog interaktif yang dikemas dalam tajuk Kopilaborasi Sambang Pesantren kali ini juga menghadirkan narasumber, yaitu Majelis Pengasuh Ponpes Langitan, Bapak KH. Machsoen Faqih dan perwakilan dari Export Center Surabaya, Ir. Fernanda Reza Muhammad, MM.
Di-relay AYSI
Dialog yang diadakan bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur itu disiarkan secara langsung oleh 500 channel youtube yang tergabung dalam AYSI.
Sekretaris Tim One Pesantren One Produk (OPOP) Jatim, Mohammad Ghofirin, mendambakan produk-produk santri, pesantren dan alumni pesantren tidak hanya sekedar produk, namun benar-benar bisa menjadi produk yang unggul dan berkualitas, sehingga dapat diterima oleh pasar lokal, nasional dan internasional.
Dikatakannya, OPOP Jatim, ditopang oleh tiga pilar, yakni santripreneur, pesantrenpreneur dan sosiopreneur. Dari tiga pilar tersebut santri, pesantren dan alumni pesantren diharapkan mampu membangkitkan perekonomian di Jatim.
“Kita ingin meningkatkan kesejahteraan di Jatim, bagaimana caranya? Kita berdayakan pilarnya, siapa itu? Santri, kita sebut santripreneur. Yang kedua pesantrennya, institusinya, kita sebut pesantrenpreneur, yang ketiga alumninya kita sebut sosiopreneur. Apabila ketiga pilar ini kita berdayakan, insyaAllah dampaknya kita harapkan akan meluas ke masyarakat,” terang Ghofirin.
“Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan ekosistem bisnis pesantren. Dengan demikian diharapkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur akan bangkit dan barakah untuk kita semua,” katanya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, Abdul Rahman Faqih, berharap acara dialog Kopilaborasi Sambaing Pesantren ini mendapat manfaat yang banyak, dan mendapat keberkahan dari Allah SWT.
“Kami mewakili dari para masayikh Pondok Langitan, berterimakasih kepada semua pihak yang ikut serta mendukung terlaksananya kegiatan ini, terutama Ibu Gubernur Khofifah yang begitu banyak memperhatikan dan memajukan ekonomi pondok pesantren,” tuturnya.
Dikatakannya, berbicara mengenai pondok pesantren dan santri, maka bayangan setiap orang akan tertuju terhadap hal agama dan kehidupan akhirat. Hal itu memang benar adanya, namun bukan berarti urusan dunia tidak begitu diperhatikan.
“Kami menekankan pada para santri pengusaha, untuk menjadikan mindset kita, yaitu keberkahan. Profit dari usaha santri harus dilandasi dengan keberkahan atau kebaikan-kebaikan yang banyak kita dapatkan. Artinya, dalam berbisnis, seorang santri bukanlah menghitung berapa omzet yg didapatkan, namun untuk apa omzet yg telah kita dapatkan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Bidang Informasi Publik, Dinas Kominfo Provinsi, Edi Supaji, mewakili Kepala Diskominfo Jatim, mengatakan, untuk memperkuat keberadaan produk santri melalui OPOP Jatim, berbagai upaya dan terobosan dilakukan oleh Diskominfo Jatim. Antara lain dengan mengadakan pelatihan, workshop dan talkshow. Salah satunya talkshow Kopilaborasi yang saat ini digelar di Pesantren Langitan.
Hal ini, kata Edi, tentu mempunyai tujuan. Antara lain, membantu meningkatkan wirausaha santri untuk memiliki keterampilan yang memadai. Baik itu kemampuan manajemen, kemampuan koordinasi berbagai kegiatan bisnis, maupun konsep bisnis yang mencukupi.
“Melalui dialog Kopilaborasi ini diharapkan wirausaha santri mampu meningkatkan keunggulan dan daya saing yang belum maksimal. Dengan begitu membuat wirausaha santri mampu meraih keunggulan serta daya saing yang berkelanjutan,” katanya. (*)