Surabaya (Radar96.com) – Tidak banyak yang tahu bahwa ibu-ibu di Kota Surabaya memiliki kiprah yang tidak kecil dalam penanganan COVID-19, bahkan hingga pemakaman jenazah korban COVID-19 ke liang lahat.
Setiap hari, ada puluhan modin dari PC Muslimat NU Kota Surabaya yang bertugas menangani jenazah secara estafet/bergantian dari berbagai kecamatan di Kota Pahlawan.
“Sejak 2020 hingga saat ini, ibu-ibu Muslimat NU Surabaya dilibatkan dalam merawat jenazah COVID-19, karena Rumah Sakit Haji sempat kewalahan akibat 40-an karyawannya harus Isolasi Mandiri, sehingga perlu bantuan,” kata Ketua II PC Muslimat NU Surabaya, Nyai Dra Hj. Masfufah Hasyim, dalam keterangannya (1/7/2021).
Akhirnya, ada pertemuan koordinasi antara Muslimat NU dengan Dinkes dan Dinsos Surabaya untuk mendatangkan bantuan tenaga dari Kecamatan Sukolilo, karena posisi Rumah Sakit Haji dan makam COVID-19 memang ada di kecamatan itu.
“Setiap hari ada dua shift (giliran) dan setiap shift ada 6-8 orang. Mereka menangani sekitar 20 jenazah per-hari,” kata pengurus yang membidangi Dakwah, Ekonomi/Koperasi/Agrobis, dan Tenaga Kerja PC Muslimat NU Surabaya itu.
Tugas penanganan jenazah itu meliputi perawatan jenazah yang terpapar COVID-19, seperti mulai dari mensucikan, membalut dengan kain kafan (mengkafani), menshalatkan, hingga ikut mengantar ke pemakaman.
“Untuk mensucikan dan seterusnya itu dilakukan di halaman krematorium. Ruang krematorium ada di area pemakaman COVID-19 di TPU Keputih, Sukolilo, Surabaya yang paling pojok,” ucapnya.
Alumni IPPNU Surabaya (1966-1970) itu menjelaskan ibu-ibu Muslimat NU yang menangani jenazah COVID-19 adalah ibu-ibu Muslimat NU yang menjadi modin perempuan.
“Beliau-beliau itu tergabung dalam wadah Paguyuban Modin Sukolilo Surabaya yang diketuai H. Abd Rahman dengan sekretaris adalah Hj.Umi Nadhiroh (Sekretaris PAC Muslimat NU Kecamatan Sukolilo),” katanya.
Keduanya merupakan koordinator modin untuk jenazah COVID-19 di Surabaya. Keduanya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kota Surabaya.
“Mereka didukung 87 orang dari Muslimat Ancab Sukolilo, tapi masih kurang dan sedang mencari tambahan dari Muslimat Ancab Rungkut. Informasihnya tambahan juga sudah ada yang masuk,” katanya.
Puluhan warga Muslimat NU di Surabaya itu sudah beberapa kali melakukan persiapan dengan brifieng pemulasaraan/perawatan jenazah dari Dinas Kesehatan dengan praktek merawat hingga mengebumikan dengan memakai APD.
“Jadi, cara merawat jenazah COVID-19 itu juga sudah mendapat pembekalan lewat pelatihan oleh PC Muslimat NU yang bekerja sama dengan Rumah Sakit atau Dinkes dan Dinsos, bahkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga sempat memantau upaya ibu-ibu itu,” katanya.
Apalagi, saat ada HIV/AIDS dulu juga sudah pernah ada pelatihan untuk menangani jenazah dengan penyakit menular, sehingga tinggal tambahan materi terkait COVID-19 dan hal-hal yang penting untuk diperhatikan saja.
“Sebenarnya sih dari awal corona muncul, Muslimat NU sudah langsung cancut tali wondo (bekerja bakti datau bergotong royong) melakukan penyemprotan desinfektan, pembagian sembako, masker, alat APD, hingga buka warung gratis,” katanya.
Tidak hanya penanganan jenazah COVID-19, ibu-ibu Muslimat NU Surabaya juga sudah setahun lebih berpartisipasi dalam melakukan edukasi tentang wabah, cara mengatasi atau solusinya. Juga, edukasi tentang vaksin.
Sikap “cancut tali wondo” dari jajaran Muslimat NU di Surabaya itu agaknya sesuai dengan program Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yakni “Surabaya Memanggil” yang merupakan program mengajak warga menjadi relawan melawan COVID-19.
“Ini ketukan hati nurani, bagi masyarakat yang bisa jadi bagian relawan lawan COVID-19. Sudah saatnya warga Kota Pahlawan semakin erat dalam bergotong-royong demi menghentikan penyebaran wabah virus dunia itu,” kata Wali Kota Surabaya itu. (*)