Surabaya (Radar96.com) – Ketua IGGI (Ikatan Gus-Gus Indonesia) Dr . H Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur mendukung Muktamar ke-34 NU segera dilaksanakan paling lambat pada November 2021.
“Penundaan muktamar selama setahun sudah lebih dari cukup dan tidak boleh lagi ditunda dengan alasan apapun, karena pelaksaaan muktamar sangat urgen diperlukan untuk regenerasi, kaderisasi, dan jalannya roda organisasi,” katanya dalam keterangan pers, Rabu (15/9/2021).
Soal teknis pelaksanaannya, ia menjelaskan teknisnya bisa dilakukan secara luring atau hibryd (luring-daring) sesuai aturan yang diperbolehkan pemerintah dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Menurut dia, beberapa ketua PCNU di Jatim telah berkumpul dan bersepakat untuk mengusulkan pelaksanaan muktamar akhir tahun ini, karena bila muktamar ditunda lagi akan membuat preseden buruk ke semua level dibawahnya sehingga mereka ikut menunda agenda konfercab atau konferwil yang membuat kaderisasi organisasi terhambat.
“Harapan saya juga muncul kader muda yang siap meneruskan kepemimpinan Prof Dr KH Said Aqil Siradj yang dinilai telah banyak menorehkan kesuksesan di berbagai bidang,” kata pengasuh Pesantren An Nur I Bululawang, Malang itu.
Wakil Ketua PWNU Jawa Timur dan Wakil Sekjend MUI Pusat itu menilai Kiai Said berhasil meneguhkan jati diri Aswaja dan kemajuan dalam bidang pendidikan dengan pendirian universitas NU di seluruh Indonesia, serta kemajuan lainnya yang membuat NU disegani dan bisa menjadi penentu serta pengayom.
“Seorang pemimpin yang baik justru harus mampu melahirkan pemimpin baru dengan melakukan regenerasi yang baik. Regenerasi di tubuh organisasi bisa meneladani cara Nabi Muhammad SAW yang telah sukses melahirkan pemimpin-pemimpin hebat pasca Nabi meninggal. Proses kaderisasi pucuk kepemimpinan NU di masa lalu dapat menjadi contoh dari Gus Dur ke almarhum Dr KH Hasyim Muzadi dan berlanjut ke Prof. KH Said Agil Siradj,” ujarnya.
Ada pelajaran yang bisa dipetik ketika Gus Dur memimpin, yakni hampir tidak terlihat tokoh sekaliber Gus Dur. Seakan tidak ada yang layak menggantikannya, namun ternyata tampil KH Hasyim Muzadi yang sukses memimpin NU dengan sangat baik, santun dan sejuk bahkan bisa bermain di kancah Internasional sehingga terbentuk jaringan PCINU internasional di berbagai negara dan melahirkan ICIS : International Conference of Islamic Scholar (Konferensi Sarjana Islam internasional).
“Setelah dua periode, Ketum PBNU KH Hasyim Muzadi tidak berkenan maju kembali untuk ketiga kalinya dan tampillah Prof Dr KH Said Aqil Siradj. Almarhum Prof Dr KH Tholchah Hasan mengatakan waktu dua periode sudah sangat cukup untuk melakukan kaderisasi dan melahirkan pemimpin baru,” katanya.
IGGI mengharapkan tampil pemimpin muda NU dalam muktamar mendatang yang berkomitmen meneguhkan NU sebagai ormas Islam berpaham Aswaja yang moderat, toleran, dan selalu memperkuat tiga ukhuwah, yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia). (*/hmn)