Surabaya (Radar96.com) – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur membangun gedung baru 17 lantai yang dinamai “Menara 17 PWNU Jatim” di halaman parkir sisi utara kantor PWNU Jatim di Jalan Masjid Al-Akbar Surabaya, Ahad (10/3/2021), untuk menyambut Hari Santri Nasional 2021 dan Satu Abad NU (1926-2026).
Pembangunan dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dengan disaksikan KH Miftachul Akhyar (Rais Aam PBNU); Nizar (Sekjen Kementerian Agama); KH Agoes Ali Masyhuri (Wakil Rais PWNU Jatim); Abdul Halim Iskandar (Menteri Desa); Emil Dardak (Wakil Gubernur Jatim); dan Kusnadi (Ketua DPRD Jatim).
Dalam laporannya, Matorurrozaq Ismail selaku Ketua pelaksana pembangunan menjelaskan Menara 17 PWNU Jatim dibuat dengan desain yang diadopsi dari tiga pilar NU, yaitu Nahdlatul Wathan , Tashwir Al- Afkar , dan Nahdlatut Tujjar.
“Karena itu, bentuk belakang gedung ini ada tiga menara. Adapun 17 lantai diambil dari angka kemerdekaan RI. Hal itu menunjukkan komitmen NU terhadap NKRI. Gedung didirikan di atas lahan seluas 2.100 meter per segi,” katanya.
Melalui system crowd founding, PT AKN (Aula Kontruksi Nusantra) sebagai perusahaan jasa kontruksi milik PWNU Jawa Timur ditunjuk langsung untuk mewujudkan pembangunan gedung tertinggi milik PWNU Jatim, yaitu Menara 17 PWNU Jatim, sekaligus menjawab kebutuhan kontruksi jamiyah nahdlatul ulama di Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar mengatakan warga NU mulai banyak yang menengah ke atas, sehingga banyak yang mengadakan acara pernikahan di hotel-hotel atau di tempat-tempat yang menurut mereka cukup representatif.
“Nah, daripada memakai gedung milik orang lain, mending di gedung milik PWNU. Selain itu, Menara 17 nantinya juga berfungsi sebagai apartemen laiknya saat ini yang menyediakan ruang-ruang perkantoran, penginapan, layanan-layanan publik, dan lainnya, yang sesuai dengan syariat Islam dan tradisi pesantren dan NU,” kata pengasuh Pesantren Sabilur Rosyad Gasek, Malang, Jatim, itu.
Dia mengambil contoh ketika ada kegiatan NU yang memakan waktu lama dan dihadiri banyak kiai dan ulama dari luar daerah. “Yang dari Jakarta acara dari pagi, malamnya bermalam di Surabaya. PBNU, Kemenag Pusat, bermalam di Surabaya. Alangkah baik jika bolo-bolo bermalam di tempat yang nyaman, representatif, ada jamaah subuhnya, ada pujiannya, dan semuanya mulai resesepsionis sesuai dengan situasi, nilai-nilai rasa yang ada di pesantren. Itu yang kita inginkan di gedung ini,” katanya.
“Kalau tidak, kadang kiai harus cari hotel, resepsionisnya dandannya kayak begitu, tamu-tamu lain dandannya seperti itu. Kita ingin akhoffudl dlorurain, sedikit mengurangi hal-hal yang kurang baik itu. Mohon dukungannya semua, gedung ini penting untuk itu semua.Menara 17 merupakan wajah NU saat ini yang mulai berbaur dengan masyarakat perkotaan, tidak masyarakat perdesaan seperti yang diidentikkan dengan NU. NU hadir di tengah masyarakat yang mulai modern,” ujarnya.
Rencananya, lantai 1-5 berfungsi sebagai lobi, office center, pemberdayaan perekonomian, dan parkir, lalu lantai 5-9 untuk lobi, rumah sakit spesialis, perkantoran, tempat kuliner, serta lantai 10-16 untuk loby, restoran, dan guess room. Lantai 17 adalah gedung pertemuan. Pembangunan membutuhkan dana Rp163 miliar, bahkan dukungan awal datang dari Lesbumi Jatim berupa lukisan tentang “Menara 17 PWNU Jatim” yang dilelang saat peletakan batu pertama gedung itu (3/10/2021). (*./NUO/pna)