Malang (Radar96.com) – Wakil Ketua PWNU Jatim DR KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) mengusulkan kepengurusan di NU hingga badan otonom (banom) dibatasi dua periode untuk mendorong regenerasi di NU.
“Kemenangan Gus Yahya (Ketua Umum PBNU KH Yahya Tsaquf) bermakna regenerasi berjalan dengan baik,” kata Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Annur 1, Bululawang, Malang, Senin (27/12/2021).
Ketua Ikatan Gus-Gus (IGGI) itu termasuk salah seorang kiai yang getol memperjuangkan agar ada regenerasi ketua umum PBNU dalam dua periode (10 tahun).
“Saatnya yang muda tampil ke muka. Kita ini kan punya bonus demografi anak muda yang berlimpah, maka sudah saatnya mereka harus diberi kesempatan dan ini kan memang secara alamiah mesti silih bergant,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap Gus Yahya yang terpilih sebagai ketua umum PBNU dari proses regenerasi itu bisa bekerja dengan baik, memajukan pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, dan menjadi perekat untuk semua friksi yang ada sebelum muktamar.
“Beliau kan tagline-nya kan menjadi perdamaian dunia, maka itu harus dimulai dari perdamaian dengan kawan kita sendiri. Soal perbedaan dan kritik sebelum muktamar itu dinamika, biasalah. Ibarat sebelum acara kan biasa ada tabuhan-tabuhan gitu lah,” katanya.
Kedepan, ia menyatakan perlunya periode jabatan ketua umum PBNU, dibatasi dua periode untuk memberi kesempatan secara bergantian dan semua tidak harus bertahan di satu jabatan.
“Berkhidmat di NU itu bisa dilakukan di luar struktur. Tidak semua harus mempertahakan jabatan mati-matian. Jadi, kita semua harus menyadari bahwa jabatan itu akan berputar silih berganti. Ini harus menjadi tradisi ya, termasuk banom, saya juga setuju kalau ada pembatasan,” katanya.
Menurut dia, regenerasi itu sudah menjadi kelaziman di era reformasi di seluruh dunia. “Pemimpin yang terlalu lama itu tidak akan efektif. Bisa jadi tidak produktif, dan itu akan membuat dia membangun satu kroni yang menjadi kultus, itu menjadi tidak sehat, menjadi sulit dikritik. Jadi dua periode itu sudah cukup,” katanya.
Ia menambahkan pengabdian di NU tidak boleh dibatasi umur dan jabatan. “Kita ini kalau enggak jadi pengurus pun harus tetap komitmen pada NU, jangan waktu hanya menjabat aja, gitu lho, maknanya begitu. Jadi, Kiai Said tetap akan memberikan pikirannya, ilmunya untuk NU. Itu tidak ada masalah,” katanya. (*/pna)