Surabaya (Radar96.com) – Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur melalui “Ansoruna Business School” ikut aktif memberikan advokasi kepada masyarakat mengenai pentingnya melestarikan warisan budaya Nusantara dengan memasyarakatkan batik tulis.
“Selain warisan budaya ini tetap lestari, nanti tercipta pula kemandirian ekonomi di kalangan pengrajin batik tulis,” kata Ketua Bidang Perekonomian, Koperasi, dan Pengembangan UKM PW GP Ansor Jatim, Musaffa Safril, di Surabaya, Kamis (24/3/2022).
Oleh karena itu, GP Ansor Jatim berupaya membantu masyarakat pembatik untuk membuka akses pemasaran dengan cara menciptakan produk turunan dari bahan batik tulis berupa sarung batik tulis, sehingga para pengrajin bisa lebih produktif menghasilkan karya-karya terbaiknya.

“Pada mumnya, orang-orang menganggap bahwa batik itu terdiri dari tiga jenis, yaitu batik tulis, batik cap, dan batik print, padahal apa itu batik cukup banyak pola dan coraknya, yakni Batik Tulis, Batik Cap, Batik Kombinasi, dan Batik Lukis,” katanya.
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan pola dan corak batik menggunakan tangan, biasanya menggunakan canting dan pembuatannya lebih lama. “Ini teknik yang memerlukan ketekunan, sehingga harga kain yang dihasilkan umumnya lebih mahal,” katanya.
Lain halnya, Batik Cap, adalah teknik membatik yang muncul setelah perang dunia ke-2, bisa dilakukan oleh wanita dan mulai melibatkan pria. Pada teknik ini, kain-kain dihiasi corak batik yang dibentuk dengan cap. “Proses pembuatan batik jenis ini lebih cepat dan hasilnya berupa pola-pola yang berulang,” katanya.
Berikutnya, Batik Kombinasi, yang merupakan perpaduan/kombinasi dua metode membatik, yaitu tulis dan cap. “Jadi, biasanya pola utamanya akan dibuat menggunakan cap, sementara detail dan isinya (isen-isen) dibuat dengan teknik tulis,” katanya.
Terakhir, Batik Lukis. Batik lukis adalah proses pembuatan batik yang relatif baru, dan memadukan antara batik tulis atau cap dengan pewarnaan langsung pada bagian-bagian tertentu.
“Jadi, jika menemukan batik dengan warna-warna beragam di bagian tertentu, misalnya pada motif bunga, kemungkinan besar batik itu dibuat dengan teknik lukis atau colet,” ungkapnya.
Sebab, jika menggunakan terlalu banyak warna saat membatik dengan metode tulis, maka pengerjaannya pun akan lebih lama, karena harus menutup motif berulang-ulang setiap kali akan memberi warna baru. Karena itulah, beberapa pengrajin menggunakan cara colet untuk bagian-bagian tertentu.
“Batik yang dihasilkan dari semua metode di atas tentu tidak akan sempurna. Pasti ada saja perbedaan motif atau besar kecilnya garis dan titik, terutama pada batik tulis,” katanya.
Ketidaksempurnaan kain batik asli juga disebabkan oleh lubernya lilin atau malam. Pada batik tulis, titik di bagian awal dan akhir pola pun lebih besar, karena membatik dengan canting akan menggunakan tekanan yang lebih besar pada awal dan akhir pola, serta membuat goresan lebih tegas.
“Motif batik tulis juga jauh lebih luwes jika dibandingkan dengan motif batik cap dan kain print. Hal ini disebabkan tidak adanya pengulangan pada motifnya. Lalu, bagian belakang kain batik akan menunjukkan sisa-sisa pengerjaan, berupa warna yang tembus dan lainnya,” ujarnya.
Nah, berbanding terbalik dengan batik asli, maka kain print bermotif batik dibuat dengan mesin, sehingga menghasilkan motif yang sempurna dan tentu saja di bagian belakang kainnya tidak akan ada bekas warna alias mulus.
“Dari segi harga pun jauh berbeda. Batik, terutama batik tulis, dijual dengan harga yang cukup tinggi, bahkan, bisa mencapai ratusan juta. Sementara itu, kain print bermotif batik dijual dengan harga lebih murah karena merupakan cetak mesin,” katanya.
Namun, karena harga murah itulah banyak yang tergiur dengan kain print. Apalagi, sepintas kain batik asli dan kain print terlihat sama, sehingga tidak akan ada yang curiga.
“Seiring dengan semakin maraknya kain printing motif batik di pasaran, tentu berpengaruh terhadap pendapatan para pembatik asli, sehingga tidak sedikit dari para pengrajin batik tulis yang usahanya gulung tikar karena tidak mampu bersaing harga dengan dominasi kain printing,” pungkasnya. (*/pna)