Trenggalek, Radar96.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyambut positif festival magrove keempat di Hutan Mangrove Cengkrong, Trenggalek pada Maret 2023. Menyongsong momentum tersebut, Gubernur Khofifah bersama Bupati Trenggalek Nur Arifin, alias Cak Ipin meninjau progres pelestarian ekosistem hutan mangrove Cengkrong di kawasan Prigi, Trenggalek, Jumat (17/2).
Gubernur Khofifah menyampaikan, rencana festival mangrove keempat tersebut setelah kordinasi dengan Bupati Trenggalek.
“Jadi kalau festival mangrove ya menanam mangrove, ya menyemai benih terutama kepiting, ikan dan kemudian hilirisasi dari produk mangrove,” ujarnya.
Saat ini, Gubernur Khofifah mengaku hilirisasi produk mangrove telah berkembang cukup variatif. Saat festival nanti, pengunjung bisa melihat salah satu produk UMKM berupa cinderamata yang dihadirkan saat pagelaran G20 lalu, yakni batik. Bahan warnanya berasal dari mangrove. Bukti ini, semakin meyakinkan bahwa ada nilai tambah ekonomi dari mangrove bisa dirasakan oleh masyarakat ketika ada penguatan kreativitas dan inovasi dari pemerintah sementara ekosistem.mangrove tetap terjaga.
“Sisi pemberdayaan masyarakat terutama yang bisa meningkatkan derajat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terus dikembangkan. Di Cengkrong ini hilirisasinya sudah tumbuh seperti sirup dan kue. Jadi sisi ekonominya sudah dan akan bisa dirasakan masyarakat. Belum lagi budidaya kepiting yang tumbuh bagus di area mangrove,” jelasnya.
Terkait dengan ekologi, Gubernur Khofifah melihat bahwa hal itu akan terbangun dengan sendirinya. Sebab, berbicara ekosistem, maka ada daya dukung alam dan daya dukung lingkungan. Hal itu berkaitan dengan mangrove dan ekosistem mangrove. “Jadi, sering kali saya sampaikan kalau saya nandur mangrove itu adalah bagian dari sedekah oksigen. Ayo nandur mangrove semoga menjadi amal kebaikan kita semus,” tuturnya.
Disebutkan Gubernur Khofifah, saat ini luasan mangrove di Jawa Timur mencapai 1.821 hektar. Per hektar kira-kira 3.300 pohon. Jadi kira-kira sudah ada 7 juta lebih pohon mangrove di Jawa Timur dan itu setara dengan 48% hutan mangrove se Pulau Jawa. Selain konservasi hutan mangrove, Gubernur Khofifah juga mengatakan bahwa Pemprov Jatim juga melakukan rehabilitasi terumbu karang. Total rehabilitasi terumbu karang tahun 2019-2022 seluas 24,84 ha.
“Jadi bagi kita ada festival mangrove atau tidak, kita tetap nandur mangrove. Ayo bersama-sama kita nandur mangrove,” ajaknya.
Lebih lanjut, secara nasional Indonesia mencanangkan bahwa tahun 2026 net zero emisi (NZE) bisa diwujudkan. Sebab, kata Gubernur Khofifah, sesungguhnya, hampir setiap bulan dirinya selalu menanam mangrove bersama elemen-elemen strategis lain di Jawa Timur.
“Karena kita merasa bahwa penanaman dan pemeliharaan sudah kita lakukan dengan sinergitas yang cukup bagus maka kita memulai festival mangrove untuk mengukur sinergitas dan produktifitas kita di sektor mangrove,” tuturnya.
Menurutnya, nandur mangrove juga berseiring dalam mewujudkan green economy dan blue economy. Menurutnya, saat ini tidak sekadar green economy yang menargetkan pembangunan yang ramah lingkungan. Akan tetapi, juga harus mulai mewujudkan blue economy yang mana setiap pembangunan harus ramah lingkungan dan tidak menimbulkan limbah.
“Ini adalah ekosistem tata ruang laut yang rangkaian prototype-nya dicoba di Kawasan Pantai Mutiara, Pantai Prigi dan area Trenggalek sekaligus menjadi salah satu referensi bagaimana tata ruang biota laut dilakukan oleh Pemprov Jatim bersama Pemkab Trenggalek serta Pokmas kelautan setempat,” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Trenggalek Nur Arifin menambahkan, gubernur khofifah meninjau bagaimana hutan mangrove di sini. Mengingat ada ribuan hektar hutan mangrove di pesisir Jawa Timur dan ratusan hektar di pesisir selatan Trenggalek khususnya yang ada di wilayah cengkrong.
Termasuk, kata dia, biota yang ada di sini juga masih cukup baik dan terjaga salah satunya dengan adanya budidaya kepiting dan lain sebagainya sehingga penjagaan ekologi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi dalam hal ini adalah Gubernur Khofifah kemudian bisa menghasilkan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Terbukti masyarakat Trenggalek selama ini mendapatkan berkah di kawasan kawasan konservasinya seperti tadi di pantai mutiara dan juga dicengkrong ini kemudian bisa menjadi tempat wisata yang menghasilkan ekonomi bagi masyarakat,” ungkapnya.
Adapun Pemprov Jatim memberikan bantuan tracking mangrove di 5 kabupaten/kota antara lain Kabupaten Trenggalek Pokmaswas kejung samudra, Kota Probolinggo pilang lestari, Kabupaten Sumenep Reng Peseser, Kabupaten Banyuwangi Baret dan Kabupaten Pasuruan Alfa Mina Lestari.
Ikan Koi Blitar
Pada Beringin Koi Roadshow 2023 di Desa Sumberingin, Kabupaten Blitar, Minggu lalu, Gubernur Khofifah juga mendukung budidaya ikan Koi yang sangat potensial di Kabupaten Blitar.
Orang nomor satu di Jatim ini bahkan menyaksikan langsung keindahan ikan-ikan Koi terbaik di Jatim pada acara itu.
Pihaknya optimis, Ikan Koi Blitar dapat menjadi salah satu potensi andalan sebagai komoditas ekspor Blitar.
“Ikan Koi Blitar ini sudah punya nama. Potensinya luar biasa besar untuk membangkitkan perekonomian warganya. Salah satunya di Desa Sumberingin ini,” ujarnya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya kualitas Ikan Koi Blitar telah terkenal, baik di tingkat nasional maupun mancanegara.
Bahkan tahun lalu, tepatnya pada 9 Juli 2022, Blitar melepaskan ekspor Ikan Koi perdananya ke Malaysia melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Surabaya I, Jawa Timur.
“Alhamdulillah, tahun lalu ekspor perdana ikan Koi Blitar ke Malaysia dengan melepas sebanyak 80 ekor ,” ujarnya.
Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar mencatat, produksi ikan hias di Kabupaten Blitar pada tahun 2021 memang didominasi oleh Ikan Koi.
Produksi ikan koi itu dengan nilai produksi sejumlah 222.437.851 ekor (99%), kemudian disusul oleh ikan hias dengan jumlah produksi 704.000 ekor yaitu ikan gupi, ikan siklid oscar dengan jumlah produksi 641.000 ekor, ikan barbir dengan jumlah produksi 262.000 ekor kemudian disusul ikan cupang dengan nilai produksi 210.000 ekor.
Tak hanya jumlah produksinya yang tinggi, kualitas Ikan Koi yang dihasilkan juga bagus. Oleh karena itu, Ikan Koi Blitar bisa tembus pasar mancanegara.
Keberhasilan Blitar membudidayakan Ikan Koi berkualitas tak lepas dari tingginya antusias warga. Hal ini tampak ketika Gubernur Khofifah melihat langsung kontes Ikan Koi bersama Bupati Blitar Rini Syarifah dan Wali Kota Blitar Santoso.
“Masya Allah saya lihat begitu besar antusias warga untuk membudidayakan Ikan Koi. Bahkan tadi yang menang kontes masih muda, sudah menjadi pembudidaya yang hebat sekali,” imbuhnya.
Masih dari data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, Ikan Koi yang diproduksi oleh pembudidaya dikelompokan menjadi beberapa grade sesuai permintaan pasar. Grade ikan dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, bentuk tubuh, corak warna, dan bagian-bagian tubuh ikan. Untuk menghasilkan ikan Koi yang berkualitas maka dilakukan seleksi sampai 4 kali yang memakan waktu selama kurang lebih 8 bulan. Jenis ikan koi yang diproduksi di Blitar ada berbagai macam seperti Kohaku, Sanke, Asagi, Showa Sanshoku, Tancho, Hi Utsuri, Kinginrin, Shusui, Platinum dan beberapa jenis ikan koi lainnya.
Mengingat potensi pasar yang masih luas, Gubernur Khofifah berharap agar budidaya ikan hias, terutama Koi, di Blitar kian digenjot. Melalui budidaya ini, Blitar dapat menjadi pusat Koi Jawa Timur bahkan Indonesia. Sehingga semakin mengukuhkan Blitar sebagai tempat jujugan para peminat dan kolektor Ikan Koi.
“Untuk itu perlu sinergitas dan kolaborasi yang kuat. Baik antara warga sebagai para pelaku budidaya maupun pemerintah daerah. Saya minta pemda memberikan dukungan penuh agar pelaku UMKM budidaya Ikan Koi semakin meningkat dari segi kualitas maupun produksinya,” imbuhnya.
Dengan berkembangnya produktifitas Ikan Koi di Blitar, diharapkan juga bisa berimbas pada peningkatan kesejahteraan warga Blitar. Sehingga, komoditas unggulan ini bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Blitar. (*/hmn)