Tulungagung, radar96.com – Pondok Pesantren Al Azhaar Kedungwaru, Tulungagung kembali meneguhkan peran strategisnya dalam membentuk karakter pendidik. Kegiatan bertajuk Dauroh Tarbiyah Nabawiyah, yang digelar pada Senin (8/9) itu bertempat di Gedung Dakwah Abi KH M Ihya, diikuti oleh 300 guru.
Dalam sambutannya, Pengasuh Pesantren KH Imam Mawardi Ridlwan menegaskan bahwa daurah ini bukan sekadar forum ilmiah, melainkan pelatihan ruhani dan intelektual bagi para guru agar mampu meneladani pendidikan Rasulullah SAW secara bersanad dan berakhlak. “Para guru membutuhkan ilmu yang bersanad dalam menerapkan pendidikan nabawi, maka daurah ini diadakan,” ujar Abah Imam.
Momentum bulan Rabi’ul Awal menjadi latar spiritual yang kuat. Tema Tarbiyah Nabawiyah dipilih untuk menggali bagaimana Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW mendidik umat dengan cinta, kesabaran, dan keteladanan.
Narasumber utama dalam daurah ini adalah Habib Muhammad Hasan Al Jufri, pendiri dan pengasuh Al Khoirot College Mukala, Yaman. Dalam pemaparannya, beliau menekankan bahwa guru bukan hanya penyampai pelajaran, tetapi pelajaran itu sendiri.
“Anak-anak tidak hanya mendengar, tapi mereka juga meniru. Maka jika seorang guru bertutur lembut, jujur, sabar, dan penuh kasih seperti akhlak Rasulullah SAW, anak-anak akan belajar bukan hanya dari kata-kata, tapi dari perilaku,” jelas Habib Al Jufri.
Beliau juga mengingatkan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan Islam, tetapi menjadi Islam itu sendiri dalam perilaku beliau. Maka guru yang ingin dicontoh harus terlebih dahulu mencontohkan. “Jangan mengajarkan sebelum menjalankan,” tegasnya.
Dalam pelatihan ini secara mendalam, Habib Al Jufri menyampaikan bahwa profesi guru adalah ladang amal jariyah yang tak pernah kering. Ketika seorang anak tumbuh dengan akhlak mulia karena didikan gurunya, lalu ia mendidik anak-anaknya dengan nilai yang sama, maka pahala itu terus mengalir meski sang guru telah tiada.
Abah Imam kembali menegaskan bahwa keteladanan adalah inti dari pendidikan. “Mengajar bukan hanya soal kurikulum, tetapi soal keteladanan. Anak-anak tidak hanya mendengar, tapi mereka juga merasakan ketulusan. Dari ketulusan itulah tumbuh kepercayaan, lalu lahirlah generasi beradab,” tutup beliau.
Daurah ini menjadi pengingat bahwa di tengah kompleksitas dunia pendidikan, ada satu jalan yang tetap terang, yaitu jalan keteladanan Rasulullah SAW. Sedangkan guru adalah lentera yang menuntun generasi menuju keberadaban.