Surabaya (Radar96.com) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi “Anugerah Inovasi Madrasah Digital Jawa Timur 2021” yang diadakan Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur, karena hal itu akan mempercepat transformasi digital.
Menurutnya, transformasi digital adalah sebuah kebutuhan untuk mempermudah koneksitas sistem yang ada. “Tidak ada kata terlambat untuk melakukan improvement, ayo berbenah dan percepat transformasi digital terutama di titik-titik strategis,” ungkapnya.
Saat menghadiri Anugerah Inovasi Madrasah Digital Jawa Timur 2021 di Surabaya, Senin (3/1), Gubernur Khofifah menjelaskan, hampir di semua lini kehidupan saat ini selalu berkaitan dengan dunia digital. Seperti pendidikan, perdagangan, perbankan, kesehatan dan lainnya. Saat ini, dakwah secara digital juga sangat efektif dan jangkauannya sangat luas.
Khofifah juga mengajak para pendidik di madrasah untuk mengasah kemampuan mereka di bidang teknologi digital secara konstruktif. Saat ini misalnya bagaimana anak-anak generasi Alfa yang erat dengan dunia digital dapat diedukasi dalam memanfaatkan teknologi digital untuk hal-hal yang positif, konstruktif dan produktif.
“Generasi alfa adalah generasi yang lahir pada tahun 2010. Mereka akan menjadi pemimpin pada saat Indonesia emas tahun 2045,” katanya.
Namun, ia mengingatkan agar jangan sampai masyarakat menyesal, karena Generasi Alfa itu menggunakan alat komunikasi atau gadget untuk hal-hal yang tidak konstruktif dan tidak sesuai harapan.
“Satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah pentingnya pendidikan akhlak, karakter moral bagi generasi penerus bangsa, khususnya generasi Alfa, yang hal ini tidak bisa dilakukan melalui digital. Menurutnya dalam proses pendidikan ada sisi – sisi yang hanya bisa dilakukan dengan memberikan contoh secara langsung seperti halnya pola-pola pengasuhan ( tarbiyah ) serta pendidikan sopan santun ( ta’dib ).
“Kalau proses ta’lim bisa secara virtual, termasuk tadris bisa mungkin setoran hafalan secara online, tapi kalau tarbiyah atau pengasuhan tidak bisa secara virtual, ta’dib atau pelajaran sopan santun, mengajari adab dan keberadaban juga tidak bisa dilakukan secara virtual, karena butuh contoh dan praktek sampai akhirnya menjadi kebiasaan,” terangnya.
Oleh karena itu, Khofifah meminta jajaran Kemenag dan para pendidik ustadz – ustadzah di Madrasah untuk duduk bersama mencari solusi agar dapat membekali generasi Alfa dengan adab, sopan santun, tata krama dan etika yang baik di era digital sepeti saat ini.
” Kakanwil Kemenag bersama tokoh pendidik dan pengasuh pondok pesantren bisa merumuskan format kurikulum bagaimana proses pendidikan ada ta’lim , tadris , ta’dib , dan tarbiyah dimana tarbiyah dan ta’dib tidak bisa diberikan secara virtual, maka kekuatan yang virtual dengan kekuatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), mohon kita hitung imbangannya,” pintanya
Menurut Khofifah, hal tersebut sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo yang ingin agar generasi penerus bangsa mampu tumbuh, berdaya saing dan produktif di tengah era digital tanpa meninggalkan tata krama, budi pekerti, dan sopan santun.
“Pak Presiden Jokowi menyampaikan tentu saja kita tetap harus terus menjaga ruang digital Indonesia agar bersih, sehat, beretika, penuh sopan santun, tata krama dan juga produktif,” tandasnya.
Pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penganugerahan bagi insan Kementerian Agama dan Madrasah di Jawa Timur dengan beberapa kategori kaitan dengan digitalisasi. Mulai dari Kategori Operator Madrasah Digital Terbaik dan Madrasah Favorit tingkat Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Kemudian Penghargaan dengan Kategori Kantor Kementerian Agama Kota dan Kabupaten Implementasi Madrasah Digital Terbaik, Pelatihan Digital Terbaik, Kampanye Digital Terbaik, Pemetaan Digitalisasi Terbaik, dan Pemerataan Digital Terbaik. (*/hmn)