Surabaya, Radar96.com – Acara wisuda 1071 mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) kali ini terbilang istimewa. Selain dihadiri empat rohaniwan berbeda agama, acara wisuda yang dilaksanakan di gedung Dyandra Convention Hall Surabaya pada Rabu (27/9/23) siang itu juga dilantunkan Shalawat Nabi.
Lantunan Shalawat Nabi yang dipimpin oleh Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M Eng dan diikuti para wisudawan dan undangan itupun berlangsung khidmat. Selain diawali bacaan Shalawat Nabi, prosesi wisuda dan pelantikan juga dihadiri oleh rohaniwan dari empat agama berbeda, masing-masing rohaniwan Islam, Katolik, Kristen, dan Hindu. Kehadiran empat rohaniwan tersebut untuk mendampingi pengambilan sumpah para wisudawan terlantik yang berasal empat agama tersebut.
“Karena peserta pelantikan dan pengambilan sumpah diikuti empat agama, maka kami menghadirkan empat rohaniwan untuk mendampingi pembacaan sumpah atau janji. Ini menunjukkan pula bahwa peserta didik Unusa memang tidak hanya yang beragama Islam,” kata Rektor Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M Eng.
Margaretha Kolo, salah satu wisudawan beragama Katolik bercerita tentang pengalamannya kuliah di Unusa. Biarawati ini mengungkapkan, pertama kali dia tidak tahu harus masuk ke mana setelah tiba di Surabaya. Temannya merekomendasikan masuk ke Unusa. Awalnya dia ragu masuk ke kampus milik Nahdlatul Ulama ini, tapi ketika mendaftar dan langsung saat itu ditemui Rektor, dia meyakini jika di kampus ini tidak ada diskriminasi.
“Saya merasa sangat diterima di Unusa dan saya memaknainya sebagai sebuah panggilan untuk berada di kampus yang mahasiswanya sebagian besar beragama Islam. Tidak ada kekhawatiran apa pun dalam diri saya,” katanya.
Dikatakannya, dirinya ikut belajar Agama Islam selama kuliah di Unusa. “Ini yang membantu saya untuk memahami lebih banyak tentang ajaran agama dan nilai-nilai universal seperti cinta kasih,” ungkap perempuan lulusan Program Studi Gizi kelahiran, Oekolo, NTT, 30 Mei 1994 ini.
Cerita Margaretha di awal perkuliahan dirinya itu menjadi pusat perhatian mahasiswa lain, sebab dia tidak mengenakan jilbab sebagaimana mahasiswa muslim lainnya. Dia tetap mengenakan pakaian biarawati saat kuliah.
Mahasiswa lainnya, Ni Komang Sukrati (Hindu), Suryaningtyas (Kristen) dan Yuni Safitri Rambu Rauna Bela (Katolik), juga berbicara tentang pengalaman mereka di Unusa sebagai mahasiswa non muslim. Mereka bangga dan senang dapat kuliah di Unusa tanpa mengalami diskriminasi meskipun mereka tidak memakai jilbab selama menjalani perkuliahan.