Surabaya, radar96.com/PWNU – Setelah ditetapkan oleh Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI sebagai Warisan Budaya Tak Benda tahun 2022, Shalawat Badar akan mendapatkan anugerah Tanda Kehormatan dari Presiden Joko Widodo yang diserahkan di Istana Negara, Jakarta pada 14 Agustus 2024.
“Kami sudah dihubungi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Sabtu (10/8). In-Sya-Allah, saya akan berangkat ke Jakarta, mendampingi Kiai Syakir, putra sulung Kiai Ali Manshur yang akan menerima tanda kehormatan dari Presiden di Jakarta pada Rabu (14/8) pukul 09.00 WIB,” kata putra bungsu KH. Ali Manshur Shiddiq (Sang Pencipta Shalawat Badar), Gus Saiful Islam Ali.
Dalam keterangannya di Surabaya, Minggu, ia menyatakan KH. Ali Manshur Shiddiq akan menjadi salah satu penerima tanda kehormatan yang diberikan oleh Presiden setiap menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaaan RI, atau merupakan Kado Proklamasi.
“Shalawat Badar ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) atas usulan Gubernur Jawa Timur, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan diterima sebagai salah satu WBTBI dalam sertifikat Nomor 2194/F4/KB.08.06/2022 tertanggal 21 Oktober 2022,” katanya.
Shalawat Badar diciptakan di Banyuwangi pada 1962 oleh KH Ali Manshur yang saat itu menjadi Ketua PCNU Banyuwangi, menyusul kebuntuan politik pasca-pembubaran Konstituante oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Saat itu, kata penulis Buku Biografi “KH. Ali Manshur, Sang Penggubah Shalawat Badar” itu, situasi politik kebangsaan memang memanas, dan ancaman perpecahan bangsa begitu nyata, yang puncaknya terjadinya kudeta yang gagal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Dari liriknya, jelas ditangkap bahwa Shalawat Badar merupaka bentuk ikhtiar batin dari ulama Indonesia agar umat dan bangsa ini diselamatkan dari berbagai kepedihan dengan berkah Rasulullah dan Ahli Perang Badar,” jelasnya.
Selain dikenal sebagai ulama, pengurus NU Banyuwangi, dan pejabat daerah di kementerian Agama, KH. Ali Manshur, juga termasuk sebagai Anggota Konstituante dari Partai NU.
KH. Ali Manshur wafat pada 1971 dan dimakamkan di Kompleks Pendidikan Syiar Islam, lembaga yang didirikannya di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jatim, yang kini menjadi salah satu tujuan para peziarah.
“Shalawat Badar dikenal luas di Indonesia, dan menjadi salah satu bagian ritual di berbagai majelis shalawat dan majelis ta’lim, salah satunya yang dipimpin Habib Ali Kwitang, Jakarta. Shalawat Badar juga banyak dibaca di negara-negara muslim di Asia, Afrika hingga Eropa,” katanya. (*/pwnu)