Surabaya, radar96.com – Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE.,MT., Ak., CA., bersama beberapa pimpinan PWNU Jatim, serta ISNU Jatim, tokoh dan kiai NU di Surabaya, meluncurkan “ISNU Airlangga” di Kampus B Unair, Surabaya, Sabtu, untuk reinterpretasi “Resolusi Jihad” era kekinian.
Di hadapan ratusan Nahdliyyin Airlangga yang menandai puncak peringatan Hari Santri 2024 itu, Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih berharap adanya sinergi dan kolaborasi kekuatan-kekuatan intelektual NU, baik di Unair maupun kampus lainnya, untuk meraih goal yang dicita-citakan bersama.
“Ibarat lidi kalau cuma satu ya tidak dianggap apa-apa dan tak bisa berbuat banyak, tetapi ketika menjadi sapu, maka ada banyak hal yang dapat dikerjakan dan disumbangsihkan kepada almamater, masyarakat, bangsa dan negara,” ujar Prof Nasih.
Menurut Prof Nasih, Resolusi Jihad yang dicetuskan Hadratush Syeikh KHM Hasyim Asy’ari sebagai muassis (pendiri) NU, perlu dilakukan re-interpretasi untuk disesuaikan dengan kondisi kekinian dan ISNU Airlangga bisa memainkan perang signifikan dalam konteks itu.
“Perlu diketahui, dalam konteks SDG’s untuk pengentasan kemiskinan, Unair merupakan kampus dengan peringkat pertama di dunia yang dinilai sukses mencapai No Poverty. Karena itu, dalam kaitan berdirinya ISNU Airlangga ini, maka upaya lebih luas dan masif, saya kira dapat dilakukan ke depannya sehingga kiprahnya menjadi lebih fokus tapi substantif, dengan semangat Resolusi Jihad memerangi kemiskinan,” katanya.
Oleh karena itu, Prof Nasih mengapresiasi peluncuran ISNU Airlangga yang dipadukan dengan talkshow bertema “Menyambung Juang Intelektual, Merengkuh Masa Depan Finansial” yang digagas dengan menggandeng KMNU Unair dan PWNU Jatim.
Talkshow itu menampilkan tokoh yang mewakili teoretisi dan praktisi, yakni Prof. Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., M.FIN (Unair); Ning Dr. Fatin Fadhilah Hasib, SE., M.SEI (Unair/moderator); H.A. Hakim Jayli, M.Si (Direktur Utama TV9 dan Wakil Ketua PWNU Jatim); dan H. Yusuf Adnan Kikin, S.Kom., M.M., M.BA (Direktur NU Online Jatim/Wakil Bendahara PWNU Jatim).
Dalam kesempatan itu, Prof Madyan menegaskan pentingnya manajemen anggaran bagi seorang santri dan mahasiswa santri sehingga mampu membedakan dengan itu mana yang menjadi kebutuhan, mana yang menjadi keinginan.
Dengan memiliki manajemen anggaran, kata Wakil Rektor Unair Bidang Sumber Daya itu, santri atau mahasiswa bisa terhindar dari pinjaman online (pinjol) atau aplikasi paylater lainnya yang kerapkali menjebak dengan bunga kecil tapi harian sehingga jatuhnya sangat tinggi per tahunnya itu.
“Mengapa bunga pinjol itu kesannya kecil. Ya karena harian hitungannya tapi jatuhnya lebih dari 100 persen per tahun. Untuk itu, jangan terjebak pada trap Pinjol yang nampak mudah mencairkan dana pinjaman, tapi bunga tinggi karena risiko sudah include di dalamnya,” katanya.
Karena itu tanpa kemampuan manajerial yang bagus dalam mengelola anggaran, santri dan atau mahasiswa bisa terjebak pada pinjol yang dalam data terbaru sebagaimana dikutip oleh Ning Fatin bahwa pengakses pinjol terbesar ketiga berada pada rentang usia 19-34 tahun. “Yang artinya itu usia mahasiswa atau santri mahasiswa,” tegas Ning Fatin.
Sementara itu, Gus Hakim lebih menekankan pentingnya ISNU Airlangga untuk melakukan napak tilas dari sepak terjang pendiri NU dalam konteks ekonomi (Nahdlatul Tujjar) yang sebenarnya telah dipetakan dengan baik oleh KH Wahab Hasbullah.
“KH Wahab telah memetakan dengan baik tentang tiga kota kunci di Jawa Timur untuk melawan penjajah dalam bidang ekonomi yakni Kediri sebagai sumber produksi, Jombang bagian pengemasan, dan distribusi serta Surabaya sebagai etalase atau hilirisasinya. Itulah esensi Nahdlatul Tujjar atau kebangkitan sisi ekonomi,” katanya.
Menurut dia, ada perlunya ISNU Airlangga melakukan napak tilas soal itu untuk ke depan lebih baik, misalnya ada CEO Gathering dari HPN (Himpunan Pengusaha Nahdliyyin), karena Nahldatul Tujjar memang lebih merupakan sebuah bentuk gerakan kesadaran bahwa Islam ekonomi itu penting.
“Tentu untuk kuat secara ekonomi, seorang pengusaha harus memiliki modal dasar yakni integritas. Itu kenapa Nabi Muhammad disebut Al-Amin. Jangan lupa Nabi disebut demikian adalah ilmu dasar dalam bisnis yakni branding. Branding adalah apa yang dipikirkan market terhadap sesuatu dan Nabi Muhammad memiliki itu. Baru kemudian kita bicara soal kolaborasi dalam lingkungan ISNU Airlangga,” katanya.
Senada dengan Gus Hakim, Gus Yusuf Adnan Kikin lebih menekankan penting perubahan mindset pada diri santri atau mahasiswa santri untuk bangkit secara ekonomi dan mampu memberikan kontribusi pada diri, keluarga, umat dan bangsa serta negara.
“Penguatan ekonomi tidak dimulai dari penguatan nominal uang tapi dari perubahan mindset pelaku ekonomi pada tiga faktor. Pertama, orientasi solusi. Jangan bermain media sosial yang justru menambah polemik yang tak berujung. Kedua, fokus pada upaya-upaya adaptif. Kuncinya, tidak malu, tidak gengsian. Ketiga, resiliensi atau mampu bertahan pada situasi apapun, sehingga kita bisa kreatif dan inovatif,” katanya. (*)