Surabaya, radar96.com – Siswa dan siswi TK Maarif Al Islam Surabaya peringati Hari Santri 2024 dengan mengadakan kunjungan ke gedung Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO).
Kunjungan ke kantor PCNU Kota Surabaya yang dulu dikenal dengan istilah Gedung Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) itu juga dengan menyaksikan
monumen resolusi jihad NU.
“Mengenalkan sejarah sejak usia dini merupakan salah satu cara menumbuhkan nilai-nilai budaya yang baik pada anak,” kata Kepala TK Maarif Al-Islam Surabaya, Yuli Masfufah, Sabtu.
Dengan mengunjungi situs bersejarah, anak-anak akan berkembang wawasannya, memberikan stimulasi berupa informasi baru dan menarik pada anak tentang para pendiri Nahdlatul Ulama yang turut berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia hingga tercetus resolusi jihad NU.
Nilai-nilai nasionalisme, semangat belajar, dan mengenal tokoh-tokoh NU itu diceritakan dengan cara menunjukkan gambar-gambar tokoh NU di dinding kantor PCNU Surabaya.
“Mengenalkan presiden Gus Dur sebagai pionernya santri,” katanya.
Sembari bersholawat Busyro dan menyanyikan mars Ya lal Wathon bersama-sama, memberikan kesan dan pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak, ditutup dengan berdoa bersama untuk KHM Hasyim Asy’ari dan semua muassis Nahdlatul ulama.
“Alhamdulillah, Terimakasih kami telah diizinkan untuk bersilaturahmi ke gedung PCNU Kota Surabaya dan mengunjungi monumen resolusi jihad NU sebagai tempat bersejarah yang patut dibanggakan oleh masyarakat Nahdliyyin,” katanya.
Murid dan walimurid senang sekali dengan tempatnya yang sejuk dan bersih, dengan gambar-gambar yang penuh edukasi terkait sepak terjang NU di Indonesia maupun internasional.
“Menjadi semangat dan panutan kami dan teladan bagi putra putri kami.
Penjaganya ramah dan tempatnya strategis sehingga mudah sekali dijangkau,” katanya.
Setelah kunjungan, kegiatan di-posting dan share di medsos, sehingga banyak sekali sekolah dan beberapa rekan yg bertanya tentang cara perizinan kesana, karena kegiatan ini menarik dan baru.
“Mungkin lembaga kami adalah lembaga yang pertama kali berkunjung, jadi belum ada buku tamu, guide yang membantu menemani kami berbagi informasi tentang gedung serta sejarahnya, sehingga kami harus bercerita sendiri seperti ketika di sekolah, harapan kami semoga di kunjungan berikutnya kami bisa bersapa langsung dengan salah satu pengurus PCNU sehingga transfer ilmu dan barokahnya semakin terasa,” katanya. (*/pna)