Surabaya (Radar96.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menyatakan keberatan atas pernyataan mundur KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum MUI Pusat.
“Menyikapi informasi pernyataan pengunduran diri KH. Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, bersama ini Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur menyampaikan nota keberatan dan ketidaksetujuan atas pengunduran tersebut,” kata Sekretaris Umum MUI Jawa Timur,Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D, dalam keterangan resminya, Minggu (13/3/2022).
Nota keberatan itu tertuang dalam surat MUI Jawa Timur secara resmi bernomor A-13/DP-P/III/2022, tertanggal 9 Sya’ban 1443 H bertepatan 12 Maret 2022, ditandatangani KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H., M.M (Ketua Umum MUI Jatim) dan Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D (Sekretaris Umum MUI Jawa Timur).
MUI Jatim menyertakan empat pertimbangan dalam Nota Keberatan itu, yakni:
Pertama, Surat Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur kepada Dewan Pimpinan MUI Nomor: 162/MUI/JTM/XII/2021 tertanggal 29 Desember 2021 tentang Permohonan kepada Ketua Umum MUI agar tidak mundur dari jabatannya.
Kedua, Aspirasi di lapangan yang menunjukkan keberatan atas pernyataan pengunduran diri KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum MUI.
Ketiga, kepentingan kemaslahatan yang lebih besar bagi agama, bangsa dan negara.
Keempat, MUI masih memerlukan sosok KH. Miftachul Akhyar untuk jabatan Ketua Umum yang mumpuni yang mampu merekatkan dan memperkuat persatuan serta kesatuan umat dan bangsa.
“Pernyataan mundurnya KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum MUI Pusat cukup mengejutkan banyak pihak. Dalam internal jajaran kepengurusan MUI Pusat pun mendapat reaksi keberatan, bahkan Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengaku terkejut,” katanya.
Tidak hanya itu, MUI juga menulis surat terbuka yang ditujukan kepada jajaran PBNU dan warga NU agar mengikhlaskan KH Miftachul Akhyar yang menjadi Rais Aam PBNU untuk tetap mengemban amanah kepemimpinan umat Islam di MUI.
“Dengan alasan, figur KH Miftachul Akhyar dibutuhkan karena mampu mengayomi elemen-elemen organisasi Islam dalam naungan MUI. Buya Anwar Abbas menegaskan, Beliau Pak KH Miftachul Akhyar kami pilih untuk menjadi ketua umum kami di MUI dengan suara bulat tanpa ada lonjong sedikitpun,” katanya.
Anwar Abbas menilai KH Miftachul Akhyar adalah seorang tokoh dan ulama serta pemimpin yang sangat rendah hati, sehinga sangat dibutuhkan untuk mempersatukan umat. “Tapi herannya saya mengapa NU tidak membolehkan dan merelakannya bagi melaksanakan tugas suci dan mulia tersebut sehingga saya benar-benar jadi bingung sendiri dibuatnya,” katanya.
Padahal, kata Tokoh Muhammadiyah itu, NU sepanjang pengetahuannya itu sudah menegaskan jati dirinya bahwa dia bukan hanya untuk dirinya saja melainkan juga untuk umat dan bagi bangsa. (*)



