Tulungagung, radar96.com – Kegiatan Maulid Nabi pada Rabu (10/9) malam merupakan tradisi Pesantren Al Azhaar Kedungwaru, Tulungagung untuk menghidupkan kembali ruh kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Malam yang sejuk, karena sejak maghrib sudah turun hujan. Ribuan jamaah tetap berkumpul di Hall utama Pesantren Al Azhaar Kedungwaru. Mereka berharap keberkahan Dzikro Maulid Nabi Muhammad SAW walau kondisi hujan hingga acara berakhir.

Para kiai, masyayikh serta masyarakat berkumpul untuk memanjatkan doa bersama untuk bangsa agar damai dan makmur. KH Nashir Mansur Idris dari Jakarta menegaskan bahwa umat Nabi Muhammad SAW cinta damai. Saat banyak demo anarkis seperti saat ini, maka para orang tua agar menjaga putra-putrinya. “Jaga putra-putri agar tidak terlibat demo anarkis,” tegas Syaikh Nashir.
Tidak kurang 2500 jamaah memadati Hall Pesantren Al Azhaar. Ribuan hati yang damai bershalawat bersama KH Nashir Mansur. Sebagian duduk bersila, bahkan ada yang berdiri. Tampak ratusan jamaah berada di luar karena hall sudah tidak menampung lagi. Mereka bukan hanya hadir tubuh, tapi juga hati dengan penuh harapan. Di samping itu juga ada yang mengikuti dari layar-layar kecil di berbagai penjuru negeri. Mereka para jamaah online. Mereka larut dalam lantunan shalawat dan doa.
Di tengah gema shalawat, KH Imam Mawardi Ridlwan, pengasuh pesantren Al Azhaar Kedungwaru, menegaskan bahwa ada jaminan keselamatan bagi mereka yang selalu berkenan membaca shalawat.
Lebih lanjut Abah Imam yang juga berkhidmat di LD PWNU Jawa Timur menuturkan, “Di kesempatan yang berkah ini, kita semua mendoakan bumi pertiwi agar damai. Gema shalawat ini doa untuk bangsa dan negara. Kita doakan bangsa kita damai dan makmur.”
Ajakan Abah Imam yang juga Sekretaris PW IPHI Jawa Timur itu seolah ingin kita menjaga bumi pertiwi dengan sungguh hati. Indonesia tak hanya butuh pembangunan fisik, tapi juga pembangunan ruhani. Butuh para kiai untuk membersamai. “Kita bantu bangsa dengan doa,” tegas Abah Imam.
Kiai Nashir dengan gaya khasnya yang lembut tapi mengena, di sela-sela melantunkan nasyid mengingatkan, “Ajaran Nabi kita itu mengajak damai. Tidak ada kekerasan. Apalagi anarkis atau penjarahan.”
Kalimat itu seperti tamparan halus bagi mereka yang masih percaya bahwa perubahan harus lewat amarah, dengan merusak dan menjarah. Padahal, kata Kiai Nashir, orang yang bershalawat akan selalu teduh. Teduh dalam sikap, teduh dalam pilihan, teduh dalam menyikapi perbedaan.
Kehadiran Munsyid Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani dari Mekkah, Kiai Nashir, membawa nuansa Hijaz ke bumi Tulungagung. Dzikro Maulid Nabi semakin berkah karena ada ulama internasional hadir. Habib Muhammad Hasan Al Jufri dari Mukalla, Yaman. Ia saat ini sebagai pengasuh Al Khairot Institut Mukala Yaman. Kehadirannya sebagai saudara dalam khidmah dakwah.
Maulid di Al Azhaar bukan hanya mengenang kelahiran Nabi, namun juga menghidupkan Sunah Nabi, mahabbah, doa, dan harapan bahwa Indonesia bisa damai tanpa harus anarkis. Bisa makmur tanpa harus saling meniadakan.
Tampak hadir dalam peringatan Maulid Nabi tersebut. KH Abdul Kholiq (Mbah Dul), KH Baidlowi, Camat Kedungwaru, Kapolsek Kedungwaru, Kemenag Kabupaten Tulungagung, Kiai Salim, Kiai Abu Syamsudin, KH Yik, KH Yak, Gus Thoha, KH Ghufron, Abah Mukri, dan para masyayikh lainnya.