Surabaya (Radar96.com) – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meresmikan dua laboratorium yang dapat digunakan untuk semua fakultas dan prodi yakni Lab. Virtual Reality dan Lab. Microteaching, sekaligus untuk melengkapi model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring di tengah Pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda bakal mereda.
Dua laboratorium ini diresmikan oleh Ketua Yayasan, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA., di Surabaya, Jumat (5/2/2021). “Laboratorium ini disiapkan untuk menjawab kegelisahan para dosen dan juga mahasiswa, terkait dengan mata kuliah yang mensyaratkan dan mewajibkan adanya praktikum. Karena hampir semua program studi ada praktikum, maka dua laboratorium ini dapat dimanfaatkan untuk semua fakultas dan program studi,” kata Nuh dalam sambutannya.
Peresmian kedua laboratorium itu dihadiri secara langsung oleh Ketua LLDikti Wilayah 7 Jatim, Prof Dr Ir Suprapto DEA, sedangkan Dirjen Dikti Prof Ir Nizam, M.Sc., DIC,Ph.D dan Prof Drs Mohammad Nasir, Ak.M.Si, Ph.D, sebagai Ketua LPTNU Pusat, juga hadir tapi secara daring. Lab microteaching di lingkungan lembaga pendidikan (Unusa) itu dianggap yang pertama di Indonesia.
“Protokol kesehatan membatasai kontak langsung dan meminimalisir kerumunan, tapi kegiatan praktikum pada beberapa materi perkuliahan, menjadi prasyarat mutlak dalam menentukan kelulusan mahasiswa. Untuk itulah, Unusa menyiapkan semuanya itu melalui dua laboratorium ini yang tidak hanya untuk praktikum melalui virtual reality, tapi juga menyiapkan bahan ajar pada laboratorium microteaching,” katanya.
Selain bisa dimanfaatkan secara bersama-sama, Lab ini sekaligus bisa disiapkan sebagai production house (PH) untuk menyiapkan materi pembelajaran daring. “Sepengetahuan saya dan informasi dari vendor, teknologi dan perangkat yang disediakan di lab microteaching ini baru Unusa yang menggunakannya di Indonesia. Kami ingin mengenalkan, sekaligus mengajak mahasiswa memanfaatkan teknologi terkini,” katanya.
Nuh menjelaskan, keunggulan lab microteaching yang pertama digunakan di lingkungan lembaga pendidikan di Indonesia adalah memiliki interactive board sebagai pengganti white board. Interactive board adalah sebuah perangkan layaknya TV berukuran 50 sampai 80 inch dengan kemampuan touch screen.
Dinamakan interactive board karena pengguna bisa langsung berinteraksi dengan apa yang ditampilkan di papan tersebut seperti, presentasi, video, dan lain lain. Selain itu agar mempermudah tenaga pengajar dalam menjelaskan suatu materi dilengkapi pula dengan teknologi bernama lightboard.
“Cara kerja teknologi ini cukup sederhana, mirip dengan papan tulis pada umumnya, namun alih-alih menggunakan papan, light board menggunakan kaca, sehingga tembus pandang,” katanya.
Secara terpisah, Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng., menyatakan sangat berterima kasih kepada pihak yayasan yang ikut memikirkan terhadap kebutuhan mendesak di tengah keterbatasan proses pembelajaran daring terkait dengan pelaksanaan praktikum.
“Kini praktikum tidak lagi menjadi kendala. Melalui lab virtual reality mahasiswa bisa melakukan praktikum secara virtual. Sementara di lab microteaching, mahasiswa bisa melakukan praktik mengajar yang sesungguhnya, sedang dosen bisa mensetup lab-nya untuk PH menyiapkan materi perkuliahan untuk daring dengan lebih baik,” katanya.
Unusa berusaha untuk bisa beradaptasi dengan kondisi ke kinian, tapi juga dibarengi dengan tindakan kreatif. “Rasanya menghadapi Pandemi Covid-19, pengelola lembaga pendidikan tak hanya dituntut mampu beradaptasi tapi juga kreatif dan inovatif.
“Kehadiran Lab virtual reality adalah contoh kecil dalam memberikan jawaban terhadap model pembelajaran konvensional dalam hal praktikum, yang mewajibkan peserta didik hadir dalam satu laboratoroium untuk melakukan berbagai macam percobaan,” kata Jazidie menjelaskan.
Diungkapkan Rektor, Unusa mencoba menembus kebuntuan model pembelajaran konvensional, dalam hal ini praktikum di laboratorium dengan memanfaatkan teknologi virtual reality (VR). Sebagai perguruan tinggi swasta yang memiliki program studi dominan di bidang kesehatan, yang mana praktikum menjadi prasyarat mutlak, maka Unusa terpikir untuk membuat terobosan dalam pembelajaran terkait dengan praktika mahasiswa.
Ada cukup banyak pilihan yang hendak dilakukan, tapi pilihan terakhir jatuh pada pemanfaatan teknologi VR. Beberapa pertimbangannya antara lain, melalui pemanfaatan VR, mahasiswa sekaligus dituntut untuk melek terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga mahasiswa memiliki digital literacy yang memadai.
“Kini, di Lab VR, sedikitnya sudah memiliki tujuh paket modul praktikum untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan serta mahasiswa kebidanan. Kedepan paket modul praktikum ini akan terus ditambah, dan karena didesain sendiri oleh Unusa, maka modul-mudul ini sekaligus akan dipatenkan,” katanya. (*/MY)