Mojokerto (Radar96.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mendorong para pelaku UMKM di Jatim untuk tidak lelah melakukan adaptasi (penyesuaian) atau terobosan usaha denan 2-3 langkah adaptasi agar mampu bertahan di tengah kondisi pandemi saat ini, karena tak sedikit bisnis atau usaha yang kemudian terdampak COVID-19 sampai akhirnya gulung tikar.
“Pandemi ini belum bisa diprediksi kapan berakhirnya, sehingga untuk bertahan di kondisi saat ini, para pelaku usaha, terutama UMKM, harus melakukan adaptasi dengan berbagai penyesuaian,” kata Emil, sapaan lekat Wagub Jatim saat menjadi narasumber dalam Rapat Kerja ke-2 Pokja Wartawan DPRD Jatim di Mojokerto, Sabtu (20/2/2021).
Emil mengatakan, salah satu dari 2-3 langkah adaptasi usaha saat pandemi adalah melalui diversifikasi usaha. Saat pandemi ini, sebanyak 16 persen Usaha Mikro Kecil (UMK) dan 11 persen Usaha Menengah Besar (UMB) di Jatim cenderung melakukan diversifikasi usaha, termasuk penambahan produk dan lokasi usaha.
“Bahkan sekarang banyak usaha kuliner yang dia hanya jual untuk delivery sistem lewat aplikasi ojek online. Jadi dia tidak melayani makan di tempat, jadi hanya open kitchen saja tidak perlu sewa tempat luas hanya cukup untuk memasak saja kemudian makanannya dijual lewat aplikasi,” katanya.
Langkah adaptasi kedua, lanjut Emil, pelaku usaha juga bisa melakukan pemasaran secara online. Saat pandemi ini, sebanyak 83 persen UMK dan 80 persen UMB mengakui adanya pengaruh positif dalam menggunakan media online untuk pemasaran.
“Salah satu dampak pandemi ini adalah transaksi dagang secara online atau e-commerce meningkat. Maka visualisasi produk harus bagus. Jadi bukan hanya packaging tapi juga foto produk sehingga punya daya saing,” katanya.
Langkah adaptasi berikutnya, adaptasi usaha juga bisa dilakukan dengan melakukan pengurangan jam kerja atau pengaturan Work From Home (WFH) untuk tetap mempertahankan tenaga kerjanya, meskipun aktivitas usaha terdampak oleh pandemi.
“Berdasarkan analisis hasil survei BPS pada Bulan Juli Tahun 2020 tentang dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha di Jatim menunjukkan bahwa sebanyak 59,5 persen UMK dan 53,7 persen UMB masih tetap beroperasi normal di tengah pandemi. Namun, 84 persen UMK dan 85 persen UMB cenderung mengalami penurunan pendapatan sejak pandemi terjadi,” ungkapnya.
Emil menambahkan, Pemprov Jatim juga melakukan berbagai upaya untuk menjaga ekonomi Jatim tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Seperti menjaga trust atau kepercayaan masyarakat. Menurutnya, kepercayaan masyarakat menjadi kunci menjaga ekonomi tetap survive.
Upaya lain dari Pemprov adalah menjaga basis konsumsi masyarakat. Mengingat, sebanyak 60,82 persen PDRB Jatim Tahun 2020 merupakan konsumsi rumah tangga. Untuk itu, Pemprov Jatim terus berupaya mengamankan daya beli masyarakat melalui social safety net (kolaborasi antara program pemerintah pusat dan daerah), serta memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan bahan pokok melalui Lumbung Pangan Jatim.
“Selain itu kami juga terus menyerahkan bantuan dari Pemprov Jatim sebagai stimulus pemulihan ekonomi, memperkuat keberadaan Kampung Tangguh sebagai satuan terkecil PPKM Mikro di masyarakat, serta program pemulihan ekonomi berbasis UMKM sebagai backbone perekonomian Jatim,” pungkasnya.
“Nusa Mart”
Sementara itu, PT Nusa Utama Jakarta Timur yang menangani usaha retail “Nusa Mart” di bawah manajemen Lembaga Perekonomian NU (LPNU) Jakarta Timur berusaha meningkatkan layanan kepada 820-an warung tegal dari Group Waralaba Warteg Kharisma Bahari (WKB) se-Jabodetabek dan 200-an member rumah tangga.
“Untuk itu, kami membutuhkan sekitar 50-an karyawan, namun kami membutuhkan enam karyawan untuk tahap awal, karena itu kami melakukan rekrutmen karyawan yang kami prioritaskan untuk earga Nahdliyin yang menjadi korban PHK dan atau menganggur,” kata Ketua LPNU Jakarta Timur, A.Khoerussalim Ikhs., dalam keterangan tertulis (16/2/2021).
Yang luar biasa, proses rekrutmen karyawan untuk enam orang lewat email itu justru ada 70 orang lebih yang mendaftar. “Banyaknya orang yang butuh pekerjaan itu menunjukkan dampak krisis akibat Covid-19 yang cukup parah, sehingga bisnis consumer goods ini bisa membantu mereka,” katanya.
Selanjutnya, mereka yang sudah diterima menjadi karyawan di Nusa Mart akan dikembangkan melalui training yg disesuaikan dengan perkembangan bisnis Nusa Mart. “Semua itu dalam rangka menciptakan pekerja yang profesional untuk menciptakan satu citra NU yang melayani umat,” katanya. (*/my)