Sidoarjo (Radar96.com) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau gudang Bulog Divre Jawa Timur untuk meminta agar Bulog dan BUMN lain meningkatkan serapan beras dari petani.
Jika hari – hari ini serapan Bulog pada beras petani adalah 1.500 ton per hari, Gubernur Khofifah meminta ditingkatkan menjadi 2.000 ton beras per hari. Jika belum maksimal, Gubernur meminta BUMN lainnya ikut menyerap, tentu atas penugasan Menteri BUMN.
Hal itu menjadi penekanan yang disampaikan Gubernur Khofifah setelah meninjau gudang Perum Bulog Sub Divre Surabaya Utara di Buduran, Sidoarjo, Kamis (25/3/2021).
Gubernur Khofifah meminta agar Bulog meningkatkan serapan beras petani dengan harga minimal sesuai HPP. “Jadi pergerakan penyerapan beras oleh Bulog harus ditingkatkan. Jika biasanya Bulog menyerap beras masyarakat 1.500 ton per hari, maka hari ini saya minta bergerak menjadi 2.000 ton per hari,” tegas Gubernur Khofifah.
Peningkatan serapan beras masyarakat oleh Bulog harus dilakukan seiring dengan masa puncak panen padi yang akan tiba di ahir Maret sampai pertengahan April mendatang.
Daerah penghasil beras mulai panen, dan harus segera diserap sebagai langkah konkret perlindungan pemerintah pada petani. “Saya juga sudah sampaikan usul ke Pemerintah Pusat, kalau ada beras yang harus diserap jangan sampai harga gabah dan beras di bawah HPP. Saya juga usul agar ada kebijakan seperti tahun lalu, dimana Bank Himbara ikut menyerap beras saat sedang menuju puncak panen seperti hari-hari ini,” katanya.
Maka perlindungan pada petani, terutama produsen beras, benar-benar bisa diberikan dan upaya tersebut bisa berseiring dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, Gubernur Khofifah ke depan juga minta tambahan dukungan Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian untuk mengupayakan penyediaan drier atau mesin pengering bagi petani, agar mereka lebih mudah mengeringkan gabah sehingga kandungan air yang cukup tinggi dapat terbantu.
Dalam hal produksi padi, Provinsi Jawa Timur kembali mencetak prestasi, karena berdasarkan rilis BPS terbaru yang dirilis bulan Maret 2021, dicatatkan bahwa Jatim berhasil menduduki peringkat pertama daerah penghasil padi terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), dengan luas panen 1.754.380 ha, Jawa Timur dapat menghasilkan padi sebanyak 9.944.538 ton GKG atau setara 5.712.597 ton beras.
Capaian ini bahkan menggeser posisi Jawa Tengah yang sebelumnya bertengger di peringkat pertama. Tahun ini, Jateng menempati urutan kedua dimana dengan luasan panen 1.666.931 ha, berhasil menghasilkan padi 9.489.165 ton GKG atau setara 5.428.721 ton beras. Peringkat ketiga, Jawa Barat dengan luas panen 1.586.889 ha menghasilkan padi 9.016.773 ton GKG atau setara 5.180.202 ton beras.
Keempat, Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas panen 976.258 ha menghasilkan padi 4.708.465 ton GKG atau setara 2.687.970 ton beras, berada diurutan keempat. Kelima, Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas panen 551.321 ha menghasilkan padi 2.743.060 ton GKG atau setara 1.567.102 ton beras.
“Alhamdulillah, ini membuktikan bahwa program yang dijalankan semua kelompok tani tepat sasaran dan dapat terlaksana dengan baik. Selama ini Jawa Timur menjadi barometer ketahanan pangan nasional dan turut menjaga stabilitas pangan nasional. Kurang lebih ada 16 provinsi di Indonesia bagian timur yang mengandalkan pasokan logistik dari Jawa Timur,” tambah dia.
Khofifah memaparkan, kabupaten/kota penyumbang terbesar produksi padi diantaranya, Lamongan dengan produksi sebesar 886.060,99 ton atau setara beras sebesar 508.993,90 ton. Disusul, Ngawi dengan produksi sebesar 837.773,15 ton atau setara beras sebesar 481.255,17 ton.
Selanjutnya, Bojonegoro dengan produksi sebesar 728.915,12 ton atau setara beras 418.722,13 ton. Kemudian, Jember dengan produksi sebesar 590.263,37 ton atau setara beras sebesar 339.074,24 ton, Tuban dengan produksi sebesar 507.053,88 atau setara beras sebesar 291.274,90 ton.
Khofifah menyebut, kenaikan produksi padi ini dipengaruhi oleh meningkatnya luas panen padi pada tahun 2020 sebesar 1,75 juta ha, yang mengalami kenaikan sebanyak 51,95 ribu ha atau 3,05 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 1,7 juta ha. Selain itu, juga dipengaruhi oleh penggunaan varietas unggul, perbaikan agroinput, penggunaan mekanisasi yang mampu menekan losses serta perluasan areal tanam yang memanfaatkan lahan kering atau lahan idle.
“Tahun 2020, kami juga menerapkan strategi percepatan masa tanam sebelum memasuki musim kemarau guna mengantisipasi krisis pangan akibat kemaru panjang dan pandemi Covid-19. Kami juga mengoptimalkan seluruh lahan pertanian di Jawa Timur, menjaga petani tetap berproduksi dengan cara diberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian seperti benih dan saprodi,” paparnya.
Menurut Khofifah, sektor pertanian menjadi sektor andalan penopang pertumbuhan ekonomi di Jatim, sekaligus sebagai instrumen untuk mendorong pemulihan ekonomi atas dampak pandemi Covid-19.
Secara khusus, Khofifah menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua petani di Jawa Timur yang telah berupaya maksimal meningkatkan produktivitas pertanian meski ditengah pandemi Covid-19. (*/my)