Probolinggo (Radar96.com) – Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Allah, menyampaikan pentingnya Tri-Pilar Ekonomi Keumatan saat bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir pada acara Harlah ke-182 Ponpes Zainul Hasan Genggong di Probolinggo, Sabtu (20/11/2021).
“Selama ini orang modern terlalu sering menyebut istilah knowledge-based economy, yakni perekonomian yang didasarkan atas produksi, distribusi dan penggunaan knowledge (pengetahuan). Knowledge-based economy memang penting, karena untuk menghindari jebakan bagi negara berpenghasilan menengah, yang hanya bertumpu pada ekonomi berbasis komoditas (sumber daya alam),” kata Kiai Mutawakkil.
Jadi, negara berkembang juga perlu untuk merambah ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) agar bisa menghasilkan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi. “Jadi sudah waktunya kita meninggalkan ekonomi berbasis komoditi (sumber daya alam) dan mulai merambah ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) agar bisa menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi,” kata Kiai Mutawakkil.
Negara yang pembangunannya bertumpu pada peningkatan dan keandalan sumber daya manusia, ternyata mempunyai perkembangan yang jauh lebih baik dibandingkan negara yang mengandalkan sumber daya alam saja. Ia mencontohkan negara yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah, seperti Jepang, Korea Selatan dan Singapura, namun mereka berhasil mengejar mimpinya dan memenangkan persaingan global.
Menurutnya, hal itu karena negara-negara tersebut menitikberatkan perkembangan ekonominya pada knowledge-based economy. Selain sumber daya alam dan knowledge, pilar ketiga ekonomi yakni culture-based economy atau ekonomi yang didasarkan pada budaya. “Nah terlepas dari pemikiran orang modern di atas, saya ingin menambahkan perlunya kita juga menyempurnakan konsep dan praktik knowledge-based economy dengan culture-based economy,” ujar Kiai Mutawakkil.
Ketua MUI Jawa Timur itu menegaskan bahwa melalui konsep culture-based economy, bangsa Indonesia seyogyanya menjadikan kultur yang dimiliki atau dipraktikkan oleh masyarakat sehari-hari dijadikan sebagai modal penting bagi pengembangan ekonomi. Di sinilah, kata mantan Ketua PWNU Jatim itu, tri-pilar ekonomi keumatan menjadi sangat penting dibahas yang disitu terdapat masyarakat, santri dan pesantren.
“Apalagi, jika bicara Indonesia, maka tidak bisa dipisahkan dari entitas dan sekaligus komunitas yang bernama Islam. Pada titik inilah, santri dan pesantren menjadi pilar penting bagi Islam dan umat Islam di Indonesia,” tegas Kiai Mutawakkil.
Bagi Kiai Mutawakkil, membangun ekonomi Indonesia dengan tidak menyebut santri dan pesantren akan kehilangan ruh sosial. Ia meminta pemerintah sebaiknya dan memang seharusnya menjadikan santri dan pesantren sebagai titik berangkat atau miqot bagi pengembangan ekonomi masyarakat.
“Mengapa begitu? Selain memiliki rekam jejak yang panjang dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di antaranya di bidang ekonomi, santri dan pesantren memikii modal sosial dan kultural yang besar bagi pembangunan, yakni trust (kepercayaan) yang besar dari masyarakat,” lanjut Kiai Mutawakkil.
Kiai Mutawakkil juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada menteri BUMN Erick Thohir yang telah hadir di Harlah ke 182 Ponpes Zainul Hasan Genggong untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada santri dan pesantren tentang tripilar ekonomi umat.
Kiai Mutawakkil menyakini Erick Thohir adalah orang yang pas dan penting dalam kaitannya memperkuat tripilar ekonomi keumatan. Karena beliau mempunya rekam jejak yang kuat di bidang ekonomi. Bukan saja sebagai pengamat, tapi juga sekaligus sebagai pelaku usaha ekonomi dengan pengalaman yang panjang, baik di skala domestik nasional maupun global internasional.
“Apalagi, posisi beliau saat ini sebagai menteri BUMN punya nilai strategis yang tinggi, karena di tangan beliau letak kebijakan pengembangan ekonomi sektor riil,” jelas Kiai Mutawakkil.
Kiai mutawakkil juga sempat memuji Erick Thohir sebagai orang yang tidak hanya pengalaman, namun juga orang sabar dan tabah ketika diterpa isu negatif seputar pengadaan vaksin Covid-19 dan tes PCR. Pujian itu disampaikan melalui sebuah pantun. (*/pna)